Rabat, MINA – Maroko hari Senin (26/11) mendesak Aljazair untuk secara resmi menanggapi ajakan mereka untuk melakukan dialog langsung antara kedua negara.
Awal bulan ini, Raja Maroko Mohammed VI mengusulkan pembentukan sebuah komite untuk menormalisasi hubungan dengan tetangga di sebelah timur negara itu.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri Maroko menegaskan kekecewaannya terhadap Aljazair yang belum menjawab proposal tersebut, menambahkan bahwa Rabat tetap terbuka dan optimis soal masa depan hubungan antara kedua negara. Seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Pernyataan itu menekankan bahwa proposal tersebut tidak terkait dengan ajakan Aljazair untuk mengaktifkan kembali Uni Maghreb Arab (AMU) setelah bertahun-tahun vakum karena hubungan Maroko-Aljazair saat ini.
Baca Juga: Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hezbollah Hampir Tercapai
“Cara paling baik untuk menyelesaikan masalah-masalah yang masih menggantung antara kedua negara adalah melalui dialog bilateral langsung,” tambah pernyataan itu.
Kedua negara adalah bagian dari kawasan Maghreb, wilayah utama Afrika Utara yang juga termasuk Tunisia, Libya dan Mauritania.
Didirikan secara resmi pada 1989 di kota Marrakesh, AMU memimpikan integrasi ekonomi dan politik antara lima negara bagian Maghreb.
Perbatasan Aljazair-Maroko secara resmi ditutup sejak tahun 1994 ketika Rabat mulai mensyaratkan visa perjalanan kepada warga negara Aljazair menyusul sebuah serangan teroris.
Baca Juga: Kapal Wisata Mesir Tenggelam di Laut Merah, 17 Penumpang Hilang
Aljazair menanggapinya dengan menutup perbatasan di sebelah barat.
Maroko menuduh Aljazair mendukung Front Polisario di Sahara Barat, yang terus memerangi pemerintah Maroko untuk merebut wilayah tersebut. (T/RS3/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA