Jakarta, MINA – Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan perempuan dipersilakan menjadi imam shalat ini merupakan sebuah praktek penyimpangan bukan perbedaan.
Demikian Wapres dalam sambutan acara Milad ke-48 Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (26/7).
“Misalkan perempuan jadi imam shalat itu bukan perbedaan, itu penyimpangan,” tegas Wapres yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Wapres tidak mencontohkan secara spesifik kasus perempuan menjadi imam yang dimaksud.
Baca Juga: Tanah Longsor di Padang Lawas Sumut Akibatkan Empat Orang Meninggal Dunia
Namun sebelumnya Pondok Pesantren Al Zaytun di Indramayu memang pernah mempersilakan perempuan menjadi imam dalam shalat.
Wapres hanya meminta MUI mendudukan persoalan-persoalan seperti itu secara proporsional.
“Kaidahnya ‘la yunkar almukhtalaf fihi, wa’innama yunkar almujmae ealayh (Masalah yang masih diperselisihkan (keharamannya) tidak boleh diingkari, tapi harus mengingkari masalah yang (keharamannya) telah disepakati)’,” ujarnya.
Hal Ini majelis ulama konsisten dari dulu begitu. Mudah mudahan sampai sekarang begitu,” jelas Wapres.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-Laki NNT Kembali Erupsi
Ma’ruf Amin menyampaikan hal itu dalam rangka meneguhkan peran MUI dalam menjaga umat dari penyimpangan.
Wapres yang juga merupakan mantan Ketua Komisi Fatwa MUI mengatakan, perbedaan adalah sesuatu hal yang harus ditoleransi, namun penyimpangan tidak bisa ditoleransi dan harus diluruskan.
“Tetapi, ada orang yang penyimpangan dianggap sebagai perbedaan,” kata Wapres.
Dia mengatakan MUI sebagai lembaga yang paling pantas menjadi imam umat secara institusi, harus bisa memberikan arah kepada umat.
Baca Juga: Gunung Dempo Erupsi, Warga Tetap Beraktifitas Normal
Wapres menyampaikan MUI adalah lembaga yang berjalan di atas rel seperti kereta api. Arah MUI jelas sesuai rel atau landasan/kerangka berpikir, dan tidak bisa di bawa ke mana-mana.
“Karena itu Majelis Ulama (Indonesia) itu sering saya katakan sebagai kereta api, nggak bisa dibawa kemana-mana. Dia berjalan di atas relnya. Jadi kalau orang yang mau ikut Majelis Ulama ikut relnya.
“Kalau ingin tidak ikut rel, mau sendiri, mau membawa arus sendiri, dia jangan naik kereta api, jangan naik Majelis Ulama, naik taksi saja, kalau taksi kan bisa dibawa ke mana aja nggak pakai rel,” jelasnya.
Pada kesempatan itu Wapres juga mengingatkan MUI agar terus menguatkan umat, baik secara kaidah, pendidikan hingga ekonomi.
Baca Juga: Syeikh El-Awaisi: Cinta di Balik Nama Baitul Maqdis
MUI diharapkan bisa terus berperan sebagai mitra pemerintah menguatkan persatuan nasional, kerukunan, dan kebhinekaan. (R/R4/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tinjau Program Bantuan di Herat, MER-C Kirim Tim ke Afghanistan