MASJID AL-AQSA, kiblat pertama umat Islam dan simbol keteguhan iman, kini semakin menghadapi tekanan yang semakin mengkhawatirkan. Serangkaian serangan dan pembatasan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel telah menciptakan situasi yang memprihatinkan bagi jamaah kaum Muslimin setempat yang ingin beribadah di tempat suci ini.
Pasukan Israel secara rutin melakukan serangan ke kompleks Masjid Al-Aqsa, menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan jamaah yang sedang beribadah. Banyak di antara warga Muslim Palestina yang kemudian ditahan dalam serangan brutal di Masjid Al-Aqsa, dengan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Israel.
Tidak hanya pria dewasa, kaum perempuan dan anak-anak pun menjadi sasaran kekerasan. Pasukan Israel menyerang jamaah yang sedang itikaf di Masjid Al-Aqsa dengan granat kejut dan gas air mata, serta memukuli mereka dengan pentungan. Banyak jamaah yang terluka dalam serangan ini, termasuk anak-anak dan perempuan.
Otoritas Israel pun memberlakukan pembatasan ketat terhadap akses ke Masjid Al-Aqsa, terutama selama bulan suci Ramadhan. Hanya jamaah laki-laki berusia di atas 55 tahun dan perempuan berusia di atas 50 tahun yang diizinkan masuk, sementara yang lainnya dilarang. Pembatasan ini menyebabkan banyak umat Muslim tidak dapat melaksanakan ibadah di tempat suci mereka.
Baca Juga: Berapa Kali Rosulullah Shalallahu Alaihi Wasalam Berhaji Setelah Islam? Ini Penjelasannya
Pendudukan Zionis Israel pun terus secara terbuka menodai tempat-tempat suci Islam di kota Al-Quds (Yerusalem) dengan memberikan dukungan penuh untuk memfasilitasi serangan para pemukim ke Masjid Al-Aqsa sebagai bagian dari rencana Yahudisasi dan membaginya secara temporal dan spasial.
Serbuan demi serbuan, aksi demi aksi provokasi, dari ektremis Yahudi dengan dalil ritual keagamaan Talmud, dikawal penuh oleh tentara militer dan perlindungan oleh polisi Israel yang bersenjata lengkap.
Para pemukim Yahudi rupanya sedang menargetkan Masjid Al-Aqsa dan ruang bawah tanahnya, serupa dengan serangan berulang kali mereka, yang dapat meningkatkan situasi di Kota Al-Quds.
Tujuan Serbuan Yahudi
Baca Juga: Krisis Kemanusiaan di Palestina: Solusi dan Tantangan Global
Adapun tujuan utama pemukim Yahudi menyerbu kawasan Masjid Al-Aqsa berkaitan erat dengan keyakinan religius dan agenda politik yang kompleks, yaitu:
- Keyakinan tentang Solomon Temple (Haikal Sulaiman)
Banyak pemukim Yahudi, terutama yang beraliran Zionis religius, meyakini bahwa Masjid Al-Aqsa berdiri di atas reruntuhan Solomon Temple (Haikal Sulaiman), yang dianggap sebagai situs paling suci dalam Yudaisme.
Mereka percaya bahwa membangun kembali Kuil Ketiga di lokasi tersebut akan mempercepat kedatangan Mesias dan mengembalikan kejayaan bangsa Yahudi. Keyakinan ini mendorong mereka untuk melakukan penggalian arkeologi di sekitar dan di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa. Meskipun hingga kini belum ditemukan bukti arkeologis yang meyakinkan tentang keberadaan kuil tersebut di lokasi itu.
- Upaya Yahudisasi dan Penguasaan Kota Al-Quds
Selain alasan religius, terdapat agenda politik untuk menguasai Kota Al-Quds (Yerusalem) secara penuh. Dengan menguasai Masjid Al-Aqsa, Israel dapat memperkuat klaimnya atas seluruh Kota Lama Yerusalem, yang juga diklaim oleh Palestina sebagai ibu kota masa depan mereka.
Baca Juga: Bergabung dalam Perlawanan Palestina Melalui Hari Keffiyeh Sedunia
Proses ini sering disebut sebagai Yahudisasi, yaitu upaya sistematis untuk mengubah identitas budaya dan religius wilayah tersebut menjadi dominan Yahudi.
- Penggalian dan Ancaman terhadap Struktur Masjid Al-Aqsa
Israel telah melakukan berbagai proyek penggalian di sekitar dan di bawah kompleks Masjid Al-Aqsa dengan dalih mencari sisa-sisa Kuil Sulaiman. Penggalian ini menimbulkan kekhawatiran akan melemahkan fondasi Masjid Al-Aqsa dan mengancam stabilitas strukturalnya. Banyak pihak melihat tindakan ini sebagai upaya terselubung untuk meruntuhkan masjid tersebut.
- Provokasi dan Ritual di Kompleks Masjid Al-Aqsa
Pemukim Yahudi sering kali melakukan kunjungan ke kompleks Masjid Al-Aqsa dengan pengawalan ketat dari pasukan Israel. Selama kunjungan tersebut, mereka melakukan tur provokatif dan kadang melaksanakan ritual keagamaan Yahudi di area yang dianggap suci oleh umat Islam.
Tindakan ini memicu ketegangan dan bentrokan dengan jemaah Muslim yang berusaha mempertahankan kesucian masjid.
Baca Juga: Harapan Perdamaian di Palestina, Realita atau Mimpi?
Serbuan pemukim Yahudi ke kawasan Masjid Al-Aqsa didorong oleh kombinasi keyakinan religius tentang Kuil Sulaiman dan agenda politik untuk menguasai Yerusalem secara penuh. Tindakan ini tidak hanya mengancam keberadaan fisik Masjid Al-Aqsa tetapi juga memperburuk ketegangan antara komunitas Yahudi dan Muslim di wilayah tersebut.
Yahudisasi Terkini
Upaya Yahudisasi terhadap Masjid Al-Aqsa terus mengalami eskalasi melalui berbagai strategi yang terorganisir dan sistematis. Berikut adalah beberapa bentuk upaya terkini yang dilakukan oleh otoritas pendudukan Israel dan kelompok ekstremis Yahudi:
- Ritual Sapi Merah, Simbol Kuil Ketiga
Kelompok ekstremis Yahudi telah melakukan latihan ritual penyembelihan sapi betina merah di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: Benteng Syam dan Janji Langit: Melawan Dajjal dan Membebaskan Al-Aqsa
Menurut tradisi Yahudi, abu dari sapi merah yang sempurna diperlukan untuk ritual penyucian yang memungkinkan pembangunan Kuil Ketiga di Yerusalem, tepat di lokasi Masjid Al-Aqsa dan Kubah Sakhrah saat ini.
Pada Agustus 2024, ritual ini dilakukan secara terbuka di depan Masjid Al-Aqsa, menandai intensifikasi upaya simbolik untuk mengklaim situs suci tersebut.
Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, beberapa hari lalu melihat lima sapi merah di pemukiman ilegal Shiloh, di Tepi Barat yang diduduki, sebuah pendahuluan, menurut supremasi Yahudi, untuk pembangunan Kuil yang mereka rencanakan akan didirikan di atas Masjid Al-Aqsa.
- Penggalian Terowongan yang mengancam struktur Masjid Al-Aqsa
Otoritas Israel telah mempercepat proyek penggalian bawah tanah di sekitar dan di bawah Masjid Al-Aqsa. Penggalian ini mencakup pembangunan 22 terowongan baru yang mengarah ke Tembok Barat dan jalur Sharaf, serta penggalian di bawah tembok barat Masjid Al-Aqsa yang dapat mengancam stabilitas fondasi dan struktur bangunan bersejarah tersebut.
Baca Juga: Haji, Momentum Perbaikan Integritas Bangsa
Penggalian ini juga bertujuan untuk menghubungkan situs-situs Yahudi dengan kompleks Masjid Al-Aqsa, sebagai bagian dari narasi yang memalsukan sejarah dan identitas kota Yerusalem.
- Pembukaan Gerbang Baru Akses bagi Yahudi
Pemukim Yahudi sering memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa melalui Gerbang Al-Maghariba dengan pengawalan ketat dari pasukan Israel. Akses ini digunakan untuk melakukan ritual keagamaan Yahudi di area yang dianggap suci oleh umat Islam, yang memicu ketegangan dan bentrokan dengan jemaah Muslim.
Penggunaan gerbang ini secara eksklusif oleh pemukim Yahudi dianggap sebagai upaya untuk mengubah status quo dan memperkuat klaim Yahudi atas situs tersebut.
Terkini, Kamis (8/5/2025) lalu, sebuah bangunan bersejarah Ribat Al-Kurd, yang terletak di dekat gerbang Bab al-Hadid, juga dijadikan sebagai salah satu gerbang masuk kompleks Masjid Al-Aqsa, sebagai jalur baru proyek Yahudisasi Al-Aqsa.
Baca Juga: Jama’ah dan Izin, Adab yang Menjaga Kita Tetap dalam Naungan Ilahi
Ribat al-Kurd, yang dibangun pada era Mamluk abad ke-7 H, merupakan bangunan hibah dari Komandan Al-Sayfi Kurd, salah satu pemimpin Mamluk paling terkemuka. Bangunan itu dibangun untuk menampung orang-orang miskin, pengunjung, ulama, dan jamaah.
- Rencana Pembagian Masjid Al-Aqsa
Anggota parlemen Israel dari Partai Likud, Amit Halevi, mengusulkan pembagian kompleks Masjid Al-Aqsa antara umat Muslim dan Yahudi. Usulan ini mencakup alokasi sekitar 30% area di bagian selatan untuk umat Islam, sementara sisanya, termasuk area Kubah Sakhrah, akan diberikan kepada umat Yahudi.
Rencana ini menuai kecaman dan kekhawatiran dari warga Palestina dan komunitas internasional, karena dianggap sebagai langkah awal menuju penguasaan penuh atas situs suci tersebut dan berpotensi memicu konflik agama yang lebih luas.
Penjaga Masjid Al-Aqsa
Baca Juga: Pekan ke-10 Berteriak di Depan Kedubes AS
Menghadapi aksi-aksi provokasi ekstremis Yahudi dan pemerintah Israel, bangkitlah para penjaga Masjid Al-Aqsa, yang dikenal dengan Murabithun dan Murabithat, sebutan bagi para penjaga Masjid Al-Aqsa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan Muslim Palestina.
Mereka menjalankan tugas suci untuk menjaga kesucian dan keberlangsungan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, terutama di tengah tekanan dan ancaman dari pasukan pendudukan Israel.
Murabithun (laki-laki) dan Murabithat (perempuan) adalah relawan yang secara sukarela hadir di Masjid Al-Aqsa untuk menjaga dan memakmurkan tempat suci tersebut. Mereka berasal dari berbagai kalangan masyarakat Palestina, termasuk ibu rumah tangga, guru, dan mahasiswa. Jumlah mereka mencapai sekitar 600 pria dan 650 wanita.
Para Murabithun dan Murabithat menjalankan berbagai aktivitas, bukan hanya menjaga kehadiran di Masjid Al-Aqsa secara bergantian selama 24 jam untuk memastikan Masjid Al-Aqsa tidak pernah kosong dari aktivitas ibadah.
Baca Juga: Gaza di Ambang Bencana Kelaparan
Mereka juga mengadakan kegiatan keagamaan, seperti membaca Al-Qur’an, mengikuti kajian, mengajar anak-anak, dan mengedukasi masyarakat.
Kegiatan pokoknya tentu saja menghadang provokasi dari para pemukim Yahudi yang hendak memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa.
Menghadapi situasi yang semakin mengkhawatirkan di Masjid Al-Aqsa, tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja. Dan itu, menjadi kewajiban seluruh umat Islam untuk menjaganya dan mempertahankannya dari serbuan kaum ekstemis Yahudi dan pendudukan Zionis Israel. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Bansos, Vasektomi, dan Etika Islam