Oleh: Dr. Sharif Amin Abushammala
Pada tanggal 27 Rajab ini diyakini oleh sebagian umat Islam sebagai hari peringatan peristiwa Isra’ Mi’raj, merupakan mukjizat yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan merupakan satu dari sekian tanda yang menentukan perjalanan sejarah Nabi dan juga Islam.
Peristiwa itu sendiri terjadi setahun sebelum hijrahnya Rasulullah dan pengikutnya ke Madinah.
Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam
Pengertian isra’ dan mi’raj
Isra’ adalah berpindahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis.
Dalam isra’ tersebut, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ditemani oleh malaikat Jibril di atas kendaraan Buroq yang memotong jarak antara dua masjid tersebut dari waktu standar.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal
Sedangkan mi’raj adalah peristiwa yang terjadi setelah isra’, yaitu naiknya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ke langit didampingi oleh malaikat Jibril hingga mencapai Sidratul Muntaha. Mi’raj adalah salah satu dari masalah gaib yang wajib diimani oleh setiap muslim kerena kegamblangannya dalam Al-Quran dan Sunnah.
Aam Huzn
Sebelum peristiwa isra’ mi’raj, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghadapi hari-hari yang sulit dan menyedihkan. Abu Thalib yang merupakan paman sekaligus pelindung dakwah dan diri Nabi, meninggal dunia. Lalu kemudian disusul oleh Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha yang merupakan istri sekaligus orang yang paling dekat dengan Nabi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Setelah kematian Abu Thalib yang selalu membela Nabi, maka kaum Quraisy semakin bersemangat untuk menyakiti Nabi. Hingga akhirnya Rasulullah pergi ke Thoif untuk meminta pertolongan penduduknya. Namun, mereka pun menyakiti beliau, karena itu bertambah sedih hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka tahun ini disebut sebagai ‘Aam Huzn’ atau Tahun Kesedihan. Kerena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghibur dan menguatkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan mukjizat isra’ mi’raj, agar kemudian bertambahlah tekad dan kekuatannya untuk mengemban beban dakwah.
Nabi dihadapkan pada dua pilihan
Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidur di Hijr dalam Masjidil Haram dan malaikat Jibril mendatanginya. Kemudian Jibril membangunkan Rasulullah dan keluar bersamanya ke pintu masjid. Lalu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berangkat ditemani Jibril hingga sampai ke Masjid Al-Aqsa yang terletak di Baitul Maqdis dengan mengendarai Buroq yang digambarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan sabda beliau: “Aku didatangi buroq, yaitu jenis hewan melata (dabbat) yang putih tingginya melebihi himar dan di bawah bighal (keledai).” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melanjutkan, “kemudian aku menaikinya hingga sampai di Baitul Maqdis.” Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melanjutkan, “Maka kemudian aku mengikatnya dengan tali sebagiamana yang dilakukan para nabi.” Setelah itu Jibril mendatanginya dengan membawa dua cawan, satu cawan berisi khamer dan satu cawan berisi susu. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengambil cawan yang berisi susu dan meminumnya, dan meninggalkan cawan yang berisi khamer. Lalu Jibril berkata kepadanya, “Engkau telah memilih kesucian. Engkau telah memilih umatmu, wahai Muhammad. Khamer telah diharamkan atas kalian.”
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Turunnya kewajiban shalat
Karena itulah kita melihat Masjid Al-Aqsa hadir sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah risalah Islam, terutama kewajiban shalat dan berkumpulnya para nabi di sana seolah sebagai pembaiatan mereka kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Dari Masjid Al-Aqsa pula Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan mi’raj, naik ke langit dimana Nabi menerima perintah shalat. Perjalanan tersebut sangat tergambar dengan jelas dan mendetail dalam kitab-kitab hadits. Perjalanan tersebut tidak sampai menghabiskan satu malam, kerena Nabi kembali ke tempat tidurnya pada malam itu juga. Pada pagi harinya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menceritakan tentang perjalannya (isra dan mi’raj) kepada halayak ramai. Maka ada yang membenarkan dan ada pula yang mendustakannya. Oleh sebab itu Nabi sampai menjelaskan secara detail tentang Masjid Al-Aqsa kepada mereka, agar mereka bisa membenarkan cerita perjalannya ke Masjid Al-Aqsa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Keterkaitan Masjid al-Aqsa dengan dunia Islam
Dr. Musthafa As-Siba’i mengatakan bahwa dalam peristiwa Isra’ Mi’raj sesungguhnya terdapat banyak rahasia. Salah satunya adalah yang berkaitan secara khusus dengan Masjid Al-Aqsa. Ia mengatakan, “Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj terdapat ikatan atau hubungan antara isu Masjid Al-Aqsa dan sekitarnya (Palestina) dengan isu dunia Islam. Sebab Makkah, setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam diutus, adalah titik kumpul dunia Islam dan kesatuan cita-citanya. Maka membela Palestina hakekatnya adalah membela Islam itu sendiri. Setiap muslim di seluruh penjuru dunia wajib membelanya. Lalai untuk membela dan membebaskannya, berarti melalaikan Islam dan merupakan bentuk kedurhakaan yang akan Allah Subhanahu wa Ta’ala balas kepada setiap mukmin.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Penegasan atas hubungan Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsa
Peristiwa isra’ merupakan penegasan akan adanya hubungan antara Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsa. Persoalan hubungan kedua masjid tersebut adalah persoalan lama yang bisa dilacak sampai pada era Nabi Adam AS dan anak-anaknya di bumi. Hal itu dijelaskan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ketika dia bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Wahai Rasulullah, masjid apa yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Nabi menjawab, “Masjidil Haram.” Dia bertanya lagi, “kemudian apa?” Nabi menjawab, “Masjid Al-Aqsa.” Dia bertanya lagi, “Berapa lama jarak antara keduanya?” Nabi menjawab, “Empat puluh tahun, kerenanya di mana pun engkau mendapati waktu shalat tiba maka shalatlah, kerena sesungguhnya di situ terdapat keutamaan.” (HR Bukhori)
Hubungan lama ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
سبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (الإسراء 1)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra’: 1)
Hubungan antara dua masjid tersebut dalam Islam bukan hanya terbatas pada peristiwa isra’ saja, tetapi sampai pada ibadah yang paling utama, yaitu shalat. Di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika hijrah agar tetap menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat shalat. Hal tersebut berlanjut hingga enam belas bulan lamanya, sampai pada peristiwa pemindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram dengan turunnya firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 144 yang artinya, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.”
Para ulama telah menjelaskan bahwa hubungan dua masjid inilah yang kemudian membuat umat Islam memiliki rasa tanggung jawab terhadap Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Al-Aqsa dan bagaimana cara membebaskannya. Membuat mereka merasakan bahwa ancaman terhadap Masjid Al-Aqsa berarti ancaman terhadap Masjidil Haram. Menguasai Masjid Al-Aqsa berarti satu langkah untuk menguasai Masjidil Haram, sebab Masjid Al-Aqsa adalah pintu gerbang menuju Masjidil Haram. Bila Masjid Al-Aqsa hilang dari tangan umat Islam dan jatuh ke tangan orang-orang Yahudi, maka hal itu hakekatnya adalah ancaman terhadap Masjidil Haram dan negeri Hijaz.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Isyarat mi’raj dari Baitul Maqdis
Peristiwa mi’raj (naiknya) Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ke langit dari Bumi Baitul Maqdis lalu kembali lagi ke situ setelah perjalanan dari langit adalah sebuah isyarat bahwa Masjid Al-Aqsa merupakan pintu gerbang langit ke bumi. Juga merupakan sebuah pertanda begitu pentingnya Masjid Al Aqsa dan kedudukannya. Karena itu, ia adalah amanah dan tanggung jawab yang diembankan kepada seluruh umat Islam. (A/RS5/RI-1)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Sumber: Aqsapedia
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati