MASJID Al-Nasr, yang terletak di tengah kota tua Nablus di Tepi Barat utara, merupakan salah satu bangunan bersejarah paling penting yang terkait dengan kota tersebut.
Masjid tersebut terpatri dalam ingatan setiap warga Palestina yang mengunjunginya, karena status historis dan hubungan keagamaan bangunan bersejarah itu.
Penargetan Masjid Al-Nasr oleh pasukan pendudukan Israel pada dini hari Jumat (7/3), dengan membakar sebagian masjid, berperan dalam kembali menyorot masjid tersebut setelah selama bertahun-tahun menjadi destinasi hati para pencinta kota Nablus dan bangunan bersejarahnya.
Pembangunan dan pendirian pertama Masjid Al-Nasr (Kemenangan) dimulai pada tahun 15 H, pada masa Amr bin Al-Ash, yang memulai pembangunannya setelah pembebasan Palestina.
Baca Juga: Arab Saudi Kecam Serbuan ke Al-Aqsa oleh Ben-Gvir
Masjid ini tetap dalam kondisi ini hingga tahun 1099, ketika Tentara Salib mengubahnya menjadi gereja setelah pendudukan Palestina.
Setelah Shalahuddin Al-Ayyubi memperoleh kemenangan atas Tentara Salib pada tahun 1155, kaum Muslim merebut kembali Masjid Al-nasr dan mengubahnya kembali menjadi masjid.
Masjid tersebut diperluas dan lebih banyak perhatian diberikan kepadanya, dan diberi nama ini sebagai hasil dari kemenangan Al-Nasir Shalahuddin.
Pada tahun 1927, Palestina dilanda gempa bumi yang sangat dahsyat yang berdampak pada kota Nablus. Akibatnya, masjid tersebut mengalami kerusakan parah, dan hanya bagian selatan yang tersisa dari bangunan aslinya.
Baca Juga: Israel Perluas Operasi Militer di Jalur Gaza
Pada tahun 1935 masyarakat Nablus kembali ke Masjid Al-Nasr dan merenovasinya hingga seperti sekarang, menjadi sebuah bangunan bersejarah yang mencuri hati siapa saja yang memasukinya bahkan melewatinya.
Yang membedakan Masjid Al-Nasr dengan masjid lainnya adalah adanya kubah hijau besar, yang merupakan kubah tertinggi kedua setelah Masjidil Aqsa yang diberkahi.
Masjid Al-Nasr memiliki lapangan luas yang bersebelahan dengannya, disebut Lapangan Al-Manara, yang menampung banyak jamaah, sehingga menjadi tempat yang paling cocok bagi banyak orang untuk menyelenggarakan berbagai acara dan kegiatan keagamaan. Terutama acara Shubuh Agung yang dimulai pada akhir tahun 2019 dan berlanjut selama beberapa pekan serta menyaksikan jumlah peserta yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Masjid Al-Nasr memegang peranan penting dalam konfrontasi dengan pendudukan, karena beberapa kali masjid ini menjadi sasaran Intifada 1987, dan Intifada Al-Aqsa tahun 2000.
Baca Juga: Brigade Al-Quds Tembakkan Roket ke Permukiman Israel
Hingga saat ini, Masjid Al-Nasr Nablus menjadi sasaran penggerebekan dan serangan oleh tentara pendudukan Israel, yang melakukan sabotase dan bahkan pembakaran, seperti yang terjadi baru-baru ini.
Penulis dan sejarawan Mamdouh Berri mengatakan bahwa apa yang terjadi merupakan balas dendam terhadap kota tua dan penduduknya, terutama setelah fenomena Shalat Subuh Agung beberapa tahun yang lalu, yang membuat marah para perwira pendudukan. Bahkan negara pendudukan sejak saat itu menunjukkan sebagian dari kebencian yang mengakar tersebut.
Berri juga menegaskan bahwa serangan terhadap Masjid Al-Nasr berarti menyerang penduduk kota tua, yang dikenal sebagai tempat tinggal tokoh nasionalis, orang yang dicari, dan pejuang perlawanan.
Apa yang terjadi dengan Masjid Al-Nasr, lanjut Berri, kejahatan pendudukan tidak lagi diatur oleh hukum atau kontrol apa pun mengingat arogansi pendudukan dan sikapnya yang mengabaikan semua orang.
Baca Juga: Jurnalis Radio Suara Al-Aqsa di Gaza Syahid Bersama Keluarganya
Siapa pun yang melewati Kota Tua akan melihat bahwa Masjid Al-Nasr dan menara di dekatnya merupakan salah satu landmark budaya terpenting di kota Nablus, dan pendudukan ingin membalas dendam melalui dimensi keagamaan dan sejarah masjid ini.
Berri mengemukakan kekhawatirannya bahwa apa yang terjadi dengan Masjid Al-Nasr merupakan skenario yang akan datang dalam penanganan tempat-tempat suci Islam di wilayah Palestina yang kemudian akan meluas ke Masjidil Aqsa yang diberkahi.
Pada Jumat pagi (7/3), pasukan pendudukan Israel membakar Masjid Al-Nasr, selama penyerbuan Israel ke kota tersebut.
Pasukan Israel juga menyerbu sejumlah masjid lain di dalam Kota Tua tanpa peringatan sebelumnya, dan merusak isinya.
Baca Juga: Genosida Gaza: Per 2 April 2025 Sebanyak 50.423 Syahid, 114.638 Luka
Pasukan pendudukan Israel mencegah Departemen Pemadam Kebakaran Kota Nablus memadamkan api di dalam Masjid Al-Nasr, yang menyebabkan eskalasinya secara signifikan.
Sejak 21 Januari, tentara pendudukan telah memperluas agresi militernya yang disebutnya “Tembok Besi” di kota-kota dan kamp-kamp di Tepi Barat utara, khususnya di Jenin, Tulkarm, dan Tubas.
Menurut Kementerian Kesehatan, 63 orang telah gugur, menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi, dan menyebabkan kerusakan yang luas.
Saatnya komunitas negerai Muslim dan umat Islam untuk memperhatikan dan menjaga Masjid Al-Nasr di Nablus, Masjid Ibrahimi di Hebron, dan Masjidil Aqsa di Yerusalem. []
Baca Juga: Pasukan Israel Lakukan Pembantaian di Gaza, 40 Lebih Orang Syahid
Sumber : Quds Press
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tentara Pendudukan Israel Memulai Serangan Darat Skala Besar di Rafah