Melbourne, MINA – Meski pelaksanaan shalat Idul Adha 1441/2020 tidak digelar karena aturan pembatasan terkait COVID-19 yang masih berlaku di Australia, salah satu masjid di Melbourne tetap sibuk dalam beberapa hari terakhir.
Komunitas Muslim di Australia merayakan Idul Adha pada Jumat (31/07).
Sejak pekan lalu, relawan dari Pillars of Guidance Community Centre (PCGG) yang berada di kawasan Doveton, sebelah tenggara Melbourne sudah menyiapkan sebuah proyek lebaran.
Proyek tersebut sudah disesuaikan dengan kondisi pandemi virus corona di Melbourne khususnya, dengan angka penularan yang masih tertinggi dibandingkan kota lain di Australia.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
“Kita pikir daripada merayakannya di masjid, yang tentu saja tidak bisa dilakukan … kita memilih untuk membantu warga,” ujar Abdulah Hamimi, relawan dari PCGG, sebagaimana laporan ABC News Indonesia.
Tahun ini, proyek lebaran yang dilakukan mereka belum pernah dilakukan sebelumnya, yakni membagikan bingkisan lebaran dengan layanan ‘drive thru atau drive-through.’
Selasa malam lalu (28/7), para relawan membagikan bingkisan lebaran berisi makanan pokok, termasuk beras dan minyak, ‘hand sanitizer’, masker, permen dan mainan melalui jendela atau bagasi mobil.
“Mereka tidak keluar dari mobil. Benar-benar ‘drive-thru’ seperti di McDonald’s. Mereka tidak boleh masuk masjid sama sekali,” kata Hamimi.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Ia mengatakan setidaknya 150 keluarga telah mendaftar untuk mendapatkan bingkisan untuk Idul Adha tahun ini, termasuk mereka yang tak layak mendapat tunjangan uang dari Pemerintah Australia.
“Orang-orang cerita … saya ibu tunggal, mengurus anak-anak, orang tua, dan tidak dapat dukungan pemerintah. Ini yang memotivasi kami untuk melakukannya,” ujar Hamimi.
Hamimi mengatakan masjid PCGG telah mendapat banyak sumbangan untuk mengisi bingkisan lebaran, bahkan bukan hanya dari sesama komunitas Muslim saja.
“Lebaran adalah saat di mana komunitas berkumpul dan ajang untuk berbagi, berbuat kebaikan, dan menyediakan kehangatan dan kenyamanan. Lebaran drive-thru ini hanyalah cara baru, tanpa kehilangan makna lebaran itu sendiri,” ujarnya.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Tunjukkan Pengorbanan Kita dengan Taat Hukum
Warga Melbourne, Kauthar Abdulalim masih ingat masa kecilnya saat merayakan Idul Adha di rumah kakek-neneknya di Kenya, di mana ratusan orang mengantre untuk menerima jatah makanan dan sumbangan.
Namun kini di Australia, ia dan keluarganya hanya mengundang kerabat dan teman pada malam sebelum hari lebaran.
Biasanya mereka memulai perayaan dengan menghias tangan menggunakan henna.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
“Kami juga menyiapkan pakaian yang istimewa … Ibu saya akan memasak beberapa hidangan khusus yang ia buat hanya beberapa kali dalam setahun,” kata Kauthar.
“Sebagai migran, kami semua tidak memiliki keluarga besar di sini. Idul Adha adalah satu dari sedikit kesempatan di mana kami berkesempatan bertemu komunitas Muslim lainnya,” lanjutnya.
Bagi kebanyakan Muslim di Australia, seperti Kauthar, perayaan Idul Adha lebih dari sekedar menyembelih kambing atau sapi.
Kauthar mengatakan kepada ABC, hewan yang dikorbankan hanyalah simbol dan sebenarnya pengorbanan memiliki “makna yang lebih dalam”, terutama selama masa ‘lockdown’ di Melbourne.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Cara terbesar untuk merayakan Idul Adha dan menunjukkan pengorbanan kita adalah dengan mentaati hukum, yaitu untuk tetap tinggal di rumah, mengenakan masker jika harus keluar untuk hal-hal yang benar-benar penting,” katanya.
“Mengorbankan waktu [kami] dengan komunitas … akan terasa menyedihkan dan sulit, tetapi jelas kami melakukannya untuk kebaikan yang lebih besar bagi seluruh masyarakat Australia.”
Kauthar menambahkan banyak warga Muslim yang bekerja di bidang yang juga penting, seperti di bidang kesehatan, dan mereka tidak bisa mengambil cuti untuk menghabiskan Idul Adha dengan keluarga mereka di rumah.
“Mereka juga harus berkorban dan terus berada di luar sana memerangi pandemi ini dan melakukan apapun yang mereka bisa sesuai kapasitas mereka … untuk membantu masyarakat Australia yang lebih luas.”
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Dalam sebuah pesan yang dikirim kepada komunitas Muslim menjelang Idul Adha, Perdana Menteri Scott Morrison mengucapkan terima kasih pada komunitas Muslim untuk “pengertian dan upaya yang dilakukan pada masa-masa yang sulit ini.”
Jangkau Tetanggamu
Awal bulan ini, komunitas Muslim Melbourne menyatakan keprihatinan mereka tentang bagaimana mereka telah “diperlakukan secara tidak adil” oleh laporan media yang mengaitkan perayaan Idul Fitri pada akhir Mei dengan peningkatan kasus COVID-19 di Victoria.
Dewan Islam Victoria (ICV) telah memperingatkan agar media tidak mengkambinghitamkan komunitas Muslim, tetapi juga mendesak komunitas Muslim untuk terus mematuhi nasihat kesehatan selama perayaan hari besar.
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
“Kita perlu mematuhi saran dari tenaga medis profesional dan otoritas kesehatan kita,” kata Mohamed Mohideen, Presiden ICV kepada ABC.
“Nabi kita yang tercinta, Muhammad, berkata, ‘Jika kamu mendengar ada wabah di suatu negeri, jangan masuk; dan jika [wabah] itu mengunjungi tempat di mana kamu berada, jangan keluar dari sana,'” katanya, mengacu pada imbauan untuk mengurangi kontak fisik selama pandemi.
Mohamed juga menekankan pentingnya menjaga persatuan komunitas selama pandemi, karena persatuan dan berbagi adalah bagian dari aspek mendasar saat ibadah haji.
“Kita harus bisa bersatu dan bekerja menuju tujuan bersama untuk membantu satu sama lain dan juga masyarakat Australia yang lebih luas,” katanya.
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara
“Jangkau tetanggamu. Tidak peduli apa agama yang mereka peluk, teleponlah atau ajaklah berbicang melalui pagar [dan lihat] bagaimana keadaan mereka,” pungkas Mohamed.(AK/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu