Roma, 21 Muharram 1438/22 Oktober 2016 (MINA) – Protes atas lima masjid yang ditutup pemerintah setempat dengan alasan administrasi, ratusan umat Muslim Italia melaksanakan salat Jumat (21/10) di depan gedung Kolosseum Roma.
Menurut panitia, aksi itu dilakukan karena adanya pembatasan yang tidak adil pada kebebasan untuk mempraktikkan agama mereka di negara itu.
Para jemaah pun menggelar karpet dan sajadah pada pinggir-pinggir trotoar di dekat bangunan kuno tempat pertarungan gladiator tersebut.
Beberapa spanduk tampak bertuliskan “perdamaian” dan “buka masjid”, demikian Aljazeera yang dikutip Kantor Berita Islam MINA.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Banyak Muslim Italia menduga pemerintah setempat menanggapi iklim ketidakpercayaan yang disebabkan oleh serangan baru-baru ini di Eropa, dengan cara menutup tempat-tempat ibadah itu dengan alasan teknis.
Koordinator aksi protes dari sekelompok Muslim Bangladesh, Dhuumcatu, mengeluhkan bahwa tempat ibadah Muslim di Roma telah dicap ilegal oleh otoritas karena dianggap adanya berbagai pelanggaran bangunan.
“Kami merasa orang menunjuk jari pada kami,” kata Francesco Tieri, seorang mualaf, koordinator untuk sejumlah organisasi Islam.
“Tidak ada kemauan politik untuk mengakui bahwa kita ada di sini dan bahwa kita adalah masyarakat yang damai. Kami terpaksa harus menyewa tempat untuk salat. Dengan salat berjemaah kita seperti menghirup udara. Jika tidak, kita seperti mati,” ujarnya.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Barbara Saltamartini, politikus anti-imigrasi dari Partai Liga Utara, menyebut aksi demonstrasi pada Jumat itu sebagai “provokasi yang tidak dapat diterima”, seharusnya tidak pernah diizinkan untuk mengambil tempat di Roma.
Polisi mengkonfirmasi penutupan beberapa masjid dan mengatakan bahwa pihak berwenang menjamin kebebasan berpikir, tetapi dalam kerangka hukum.
Islam Bukan Agama Resmi
Di Italia, Islam tidak diakui sebagai agama resmi, tidak seperti Kristen, Yudaisme atau Mormon. Sehingga banyak umat Islam dari Afrika Utara dan Asia Selatan merasa didiskriminasikan atas dasar ras dan agama.
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas
Padahal menurut angka resmi, ada lebih dari 800.000 warga Muslim yang tinggal di Italia secara hukum. Pejabat setempat juga memperkirakan ada sekitar 100.000 lainnya hidup di sana secara permanen tanpa surat-surat resmi.
Angka itu menunjukkan komunitas Muslim memiliki lebih dari 1,5 persen dari populasi penduduk Italia. Islam saat ini menjadi agama yang paling diminati di negara yang mayoritas menganut Katolik Romawi itu.
Sebagian umat Muslim mengadakan salat di rumah dan di pusat-pusat kebudayaan Islam. Sementara beberapa politisi sayap kanan mengatakan, berkumpulnya mereka di tempat-tempat itu membuat pejabat berwenang sulit untuk memantaunya, dan dapat meningkatkan risiko “radikalisasi”.
Menteri Dalam Negeri Italia Angelino Alfano mengatakan pada bulan Agustus lalu bahwa tempat-tempat salat di garasi seharusnya tidak diperbolehkan lagi.
Baca Juga: Hotel Italia Larang Warga Israel Menginap Imbas Genosida di Gaza
Partai-partai sayap kanan telah menyerukan larangan pada setiap masjid yang dibangun dengan dana dari donor di luar Italia.
Sementara usulan untuk membangun masjid bergaya tradisional di beberapa tempat telah sering mengalami perlawanan dari dewan lokal. (T/P4/P001)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Demonstrasi Meletus di Paris Protes Galang Dana Zionis