Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid Kerisik Jejak Peradaban Pattani, Simbol Kebangkitan Islam, dan Inspirasi Solidaritas untuk Al-Aqsa

Rana Setiawan Editor : Ali Farkhan Tsani - 37 detik yang lalu

37 detik yang lalu

0 Views

Masjid Kerisik terletak di provinsi Pattani, Thailand, terletak di jalan no.42 (jalur Pattani-Narathiwat) di Ban Krue Se, sekitar 7 kilometer dari kota Pattani.(Foto: IST)

DI SELATAN  Thailand, berdiri sebuah bangunan tua yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah Islam di Asia Tenggara: Masjid Kerisik.

Bagi sebagian orang, ia hanyalah masjid tua di Pattani. Namun bagi masyarakat Melayu-Muslim, masjid ini adalah simbol perlawanan, kebangkitan, sekaligus saksi sejarah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan perjuangan umat Islam.

Lebih dari sekadar situs bersejarah, Masjid Kerisik menyimpan pesan universal bahwa iman, identitas, dan martabat tidak boleh dipadamkan oleh kekerasan dan penindasan. Pesan itu pula yang kini bergema dari Pattani hingga ke Palestina, dari Selatan Thailand hingga ke Kota Al-Quds, sebuah ikatan solidaritas yang tidak pernah padam.

Saksi Sejarah Islam di Pattani

Baca Juga: 11 Tips Menjadi Suami yang Menghargai Istri dalam Islam

Masjid Kerisik, yang juga dikenal sebagai Masjid Pintu Gerbang, dibangun pada 1514 oleh Sultan Muzaffar Shah, penguasa Kesultanan Melayu Pattani. Masjid ini tercatat sebagai salah satu masjid pertama di Asia Tenggara, dengan arsitektur bercorak Timur Tengah yang unik. Batu-batunya disusun menggunakan campuran beras ketan hitam, kulit kerang, putih telur, dan gula merah cair, teknik bangunan tradisional yang menandai kreativitas sekaligus kearifan lokal.

Masjid tersebut bukan hanya pusat ibadah, melainkan juga pusat pemerintahan dan peradaban. Pada masanya, ia menjadi masjid resmi Kesultanan Pattani yang berdiri sejak awal abad ke-16 hingga jatuh ke tangan Siam pada tahun 1786. Runtuhnya kesultanan menandai babak baru penindasan terhadap identitas Melayu-Muslim di kawasan itu.

Namun, masjid ini tetap tegak, menjadi saksi atas tragedi sekaligus kebangkitan. Salah satu peristiwa paling memilukan terjadi pada 28 April 2004, ketika aparat keamanan Thailand menyerbu masjid ini. Sebanyak 32 pemuda Muslim terbunuh dalam tragedi berdarah itu. Hingga kini, luka itu belum sepenuhnya sembuh dalam ingatan masyarakat Pattani.

Dari Tragedi ke Kebangkitan Identitas Islam

Baca Juga: Israel: Penjajah yang Menjadikan Palestina Neraka

Ironisnya, upaya untuk membungkam Islam di Pattani justru melahirkan gelombang kesadaran baru. Sejak akhir 1990-an, berbagai tuntutan sosial berhasil mengubah lanskap kehidupan Muslim di Selatan Thailand. Jika sebelumnya jilbab sempat dilarang di ruang publik, kini perempuan Muslim bebas mengenakan hijab. Pakaian adat Melayu, seperti baju kurung dan songkok, kembali diterima.

Kebangkitan identitas ini menunjukkan betapa masjid dan madrasah berperan penting dalam menjaga memori kolektif sekaligus memperkuat fondasi budaya dan agama. Masjid Kerisik tidak hanya menjadi bangunan bersejarah, tetapi juga lambang kebangkitan spiritual dan politik umat Islam Pattani.

Kebangkitan itu selaras dengan konsep “Sumud”, sebuah istilah dari Palestina yang berarti keteguhan, kesabaran, dan konsistensi dalam menghadapi penindasan. Masyarakat Pattani memahami, sebagaimana rakyat Palestina, bahwa mempertahankan identitas adalah bentuk perlawanan yang paling mendasar.

Jejak Ulama dan Peradaban Ilmu

Baca Juga: Mengenal Armada Kemanusiaan Global Sumud Flotilla: Harapan yang Berlayar Menembus Blokade Gaza

Selain sebagai pusat perlawanan, Pattani juga melahirkan ulama-ulama besar yang meninggalkan warisan keilmuan bagi dunia Melayu. Nama Sheikh Daud al-Fatani (1769–1847) adalah salah satu yang paling masyhur. Ulama besar ini menulis lebih dari 70 kitab yang menjadi rujukan utama di pesantren, pondok, dan madrasah di Malaysia, Indonesia, Brunei, dan Thailand Selatan.

Pengaruh Sheikh Daud al-Fatani membuktikan bahwa Pattani bukanlah pinggiran dunia Islam, melainkan salah satu pusat intelektual yang berkontribusi besar terhadap jaringan keilmuan Nusantara. Dan Masjid Kerisik, bersama madrasah-madrasah di sekitarnya, menjadi titik awal lahirnya generasi ulama pejuang tersebut.

Dari Pattani ke Palestina: Benang Merah Solidaritas

Pertanyaan besar kemudian muncul: apa hubungan antara Masjid Kerisik di Pattani dengan Masjid Al-Aqsa di Kota Al-Quds (Yerusalem)?

Baca Juga: Tragedi 21 Agustus, Masjid Al-Aqsa Dibakar Ekstremis Zionis Australia

Jawabannya terletak pada spirit perlawanan dan solidaritas umat Islam lintas batas geografis. Pattani dan Palestina sama-sama mengalami penjajahan, diskriminasi, dan upaya penghapusan identitas. Di Pattani, masyarakat Melayu-Muslim berjuang mempertahankan bahasa, budaya, dan agama mereka. Di Palestina, rakyat berjuang melawan kolonialisme Israel yang merampas tanah dan menghancurkan kehidupan mereka.

Keduanya bertemu dalam kata kunci: Sumud—keteguhan untuk tidak menyerah meski dihadapkan pada kekerasan struktural.

Gerakan solidaritas ini kini menemukan jalannya melalui inisiatif Sumud Nusantara, sebuah jaringan aksi kemanusiaan dan advokasi yang menghubungkan perjuangan rakyat Pattani, Palestina, dan dunia Islam secara lebih luas. Dari Pattani, suara solidaritas terus bergema, menyuarakan kebebasan Al-Aqsa sebagai amanat kolektif umat Islam.

Masjid Kerisik sebagai Inspirasi Global

Baca Juga: Shepherd Leadership,  Gaya Kepemimpinan yang Terpinggirkan di Era Modern

Dalam konteks global, Masjid Kerisik memiliki peran simbolik yang mendalam. Ia mengingatkan dunia bahwa Islam di Asia Tenggara memiliki akar sejarah yang kuat—lebih tua dari kolonialisme Barat maupun pengaruh modernisasi nasionalis. Selain itu, penindasan tidak pernah berhasil menghapus iman—sebaliknya, ia justru melahirkan kebangkitan baru.

Masjid juga adalah pusat peradaban dan perlawanan, seperti Al-Aqsa di Palestina, Masjid Kerisik di Pattani berdiri sebagai benteng spiritual melawan ketidakadilan.

Pesan universal inilah yang menjadikan Masjid Kerisik lebih dari sekadar monumen sejarah. Ia adalah simbol perlawanan global, inspirasi bagi generasi muda Muslim di Asia Tenggara, dan pengingat bahwa perjuangan membela Al-Aqsa bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina, melainkan tanggung jawab bersama.

Meski demikian, perjuangan masyarakat Pattani masih menghadapi tantangan besar: diskriminasi struktural, keterbatasan hak politik, dan pembangunan ekonomi yang timpang. Namun dengan terbukanya ruang kebebasan beragama dan menguatnya jaringan solidaritas lintas batas, ada harapan baru yang terus tumbuh.

Baca Juga: Refleksi 17 Tahun AWG: Bergerak Berjamaah Buka Blokade Gaza, Bebaskan Al-Aqsa, dan Palestina

Dalam konteks Palestina, dukungan dari Asia Tenggara, termasuk dari komunitas Pattani, menegaskan bahwa isu Al-Aqsa dan Palestina adalah isu kemanusiaan, bukan semata isu regional. Dukungan ini hadir melalui diplomasi, aksi kemanusiaan, hingga narasi budaya yang meneguhkan ikatan spiritual antara Pattani dan Al-Quds.

Dari Pattani untuk Al-Aqsa

Masjid Kerisik adalah saksi sejarah Pattani, simbol kebangkitan Islam di Selatan Thailand, sekaligus penghubung spiritual bagi perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan Palestina. Dari tragedi berdarah hingga kebangkitan identitas, masjid ini mengajarkan bahwa iman tidak pernah bisa dipadamkan.

Kini, saat dunia menyaksikan penderitaan Palestina yang masih berlangsung, Pattani mengirimkan pesan melalui simbol masjid bersejarahnya, bahwa solidaritas, keteguhan, dan perjuangan adalah jalan menuju pembebasan.

Baca Juga: Israel Raya dan Mimpi Gelap Zionisme: Ancaman Global yang Mengintai Umat Manusia

Kita, umat manusia, tidak boleh diam. Dari Pattani hingga Palestina, dari Masjid Kerisik hingga Masjid Al-Aqsa, mari bersama memperkuat Sumud—keteguhan melawan penindasan, membela keadilan, dan menegakkan kebebasan. Perjuangan ini bukan hanya milik satu bangsa, tetapi amanat seluruh umat manusia yang mendambakan dunia yang bermartabat dan damai. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Napas Perjuangan Umat dan Perlawanan Rakyat Palestina

Rekomendasi untuk Anda