Jakarta, MINA – Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin mengatakan, peran masjid dalam mengembangkan literasi keagamaan sangat strategis.
“Masjid adalah salah satu tempat yang sangat strategis untuk menjadikannya sebagai pusat pengembangan literasi, khususnya yang berkaitan dengan literasi keagamaan Islam, di samping pengembangan human development index secara keseluruhan,” kata Kamaruddin dalam pernyataannya, Senin (14/2).
Dia menjelaskan, sebagai pusat pengembangan literasi keagamaan yang sangat strategis, masjid harus memainkan peran instrumental untuk meningkatkan minat baca masyarakat yang ada di sekitarnya, termasuk di dalamnya para takmir masjid.
“Penguatan kepustakaan Islam di masjid ini adalah bagian dari ikhtiar kita untuk mengarusutamakan paham keagamaan yang moderat,” jelasnya.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Paham keagamaan yang moderat adalah paham yang menyadarkan masyarakat bahwa mereka bukan saja sebagai umat beragama, tetapi juga warga bernegara. Misalnya, saya adalah orang Islam, tetapi saya juga orang Indonesia,” imbuhnya.
Guru Besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ini menegaskan, untuk menyukseskan tujuan yang memiliki tantangan besar ini, Kemenag akan menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Nasional yang akan ditindaklanjuti dengan kerja sama di daerah-daerah.
“Masjid ini adalah tempat yang paling strategis untuk pengembangan literasi keamagaan masyarakat. Untuk itu perpustakaannya juga harus kita kembangkan, harus kita revitalisasi. Kalau bisa, kita kuatkan. Dengan demikian, insyaallah, literasi keagamaan di masyarakat juga akan semakin meningkat,” katanya.
Dia menjelaskan, minimnya literasi keagamaan berdampak pada pengelolaan zakat, infak, sedekah, serta wakaf.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Katanya, penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS), potensi zakat di Indonesia hampir mencapai 400 triliun rupiah setiap tahun.
Dari potensi yang besar itu, ungkap Dirjen, yang berhasil dihimpun BAZNAS hanya sekitar 12 hingga 13 triliun rupiah saja.
“Ketika kami di Bimas Islam bersama BAZNAS dan Badan Wakaf Indonesia mencoba mengkaji, ada satu temuan yang menarik, ternyata ada dampak yang cukup signifikan dari minimnya minat baca masyarakat,” katanya.
“Kita itu tidak paham secara memadai tentang zakat, apalagi wakaf, sehingga partisipasinya tidak maksimal. Jadi ada korelasi antara literasi dan partisipasi. Semakin tinggi literasi, maka partisipasinya untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah juga semakin tinggi. Oleh karena itu salah satu program prioritas kita adalah meningkatkan literasi masyarakat di bidang Ziswaf ini, dan masjid punya peran di sini,” urainya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Kamaruddin kembali menegaskan, peran masjid dalam mengembangkan literasi di tengah masyarakat sangat strategis. Oleh karenanya, Kemenag akan meningkatkan kapasitas khazanah keilmuan takmir-takmir masjid di seluruh Indonesia, sehingga upaya meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan bernegara bisa tercapai.
“Saya berharap kita bisa bersama-sama membangun perpustakaan masjid kita. Saya yakin dan optimis cara tersebut bisa membantu pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan membantu kita semua untuk semakin meningkatkan literasi keagamaan. Insyaallah kita akan tingkatkan kapasitas perpustakaan masjid,” katanya. (L/R2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat