Jakarta, MINA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno meresmikan Masjid Rihlatul Jannah di dalam Gedung kementerian itu , Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (17/7).
Dalam peresmian tersebut, Menparekraf Sandiaga juga mengajak masyarakat dan jamaah untuk ikut dalam gerakan memuliakan masjid. “Peresmian masjid ini menjadi momentum emas pembangunan ekonomi umat dan peradaban,” ujarnya.
Sandiaga juga berpesan kehadiran masjid ini menjadi salah satu sarana untuk mendidik karakter umat Islam. Jangan hanya terpatok untuk kegiatan yang rutin saja, tetapi juga harus memakmurkan masjid dengan cara menggelar pengajian dan kajian-kajian lain secara rutin sesuai dengan syariat Islam.
Peresmian tersebut dihadiri jamaah di lingkungan Kemenparekraf dan sekitarnya, ulama dan tokoh, Menteri Pariwisata Periode 2014-2019, Arief Yahya; Wakil Menteri Pariwisata Periode 2011-2014, Sapta Nirwandar; serta para pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemenparekraf /Baparekraf RI, juga tamu undangan di antaranya Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) DMI.
Baca Juga: BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru
Masjid Rihlatul Jannah diinisiasi Menparekraf, Sandiaga Uno ini didesain dengan konsep tampilan modern dan bersifat netral, satu rangkaian visual dengan Gedung SAPTA PESONA yang sudah cukup ikonik.
Gedung Sapta Pesona memiliki karakter elemen tekukan pada masa bangunannya. begitupun pada desain masjid ini yang memiliki elemen tekukan yang dihadirkan menjadi kesan yang kuat pada desain fasadnya.
Selain karena mengadopsi karakter Gedung Sapta Pesona, tekukan pada fasad juga secara fungsional memang terjadi karena arah orientasi kiblat yang miring terhadap bentuk lahan.
Rihlah secara bahasa berarti perjalanan. Sama seperti safar, namun kata rihlah digunakan secara spesifik untuk perjalanan yang begitu panjang. Jannah adalah konsep surga dalam ajaran agama Islam.
Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan
“Pemilihan padanan kata Rihlatul Jannah sebagai nama masjid di lingkungan Kemenparekraf/Baparekraf ini diharapkan menjadi bagian dari tindakan nyata, yaitu sebagai bekal dalam perjalanan panjang manusia menuju surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” kata Dr. H. A. Juraidi, MA, Dosen Ilmu Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat menyampaikan tausyiah pada peresmian tersebut.
Secara filosofis, masjid tersebut didesain menyatu dengan Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf dari segi arsitektur, unsur-unsur ruangan, bahkan sampai dengan warna dan desain interior maupun eksterior.
Bangunan Masjid Rihlatul Jannah didominasi oleh warna putih dan abu-abu kehijauan, warna yang juga digunakan pada Gedung Sapta Pesona.
Bagian fasad bangunan menggunakan material yang menonjolkan motif Batik Kawung sebagai upaya mengadopsi karakter khas budaya Indonesia. Sedangkan pada bagian interior bangunan, finishing plafond menggunakan rotan sintetis sebagai upaya mengangkat unsur craftmanship Indonesia.
Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan
Masjid Rihlatul Jannah dapat menampung lebih dari 700 orang dengan luas 1.000 meter persegi.
Pembiayaan pembangunan masjid tersebut sepenuhnya menggunakan dana umat atau dana partisipasi dari para donatur, tidak menggunakan dana APBN kecuali untuk lahan saja.(L/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama