Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masjid ‘Seribu Tiang’ Al-Falah, Sang Ikonik Kota Jambi

Rendi Setiawan - Selasa, 8 Maret 2022 - 19:41 WIB

Selasa, 8 Maret 2022 - 19:41 WIB

27 Views ㅤ

Lantunan suara azan mengalun indah nan merdu di tengah hiruk pikuk jalanan Kota Jambi ketika orang-orang masih disibukkan dengan pekerjaan mereka. Siang itu cukup terik dibalut kesejukan angin sepoi-sepoi dan ubin masjid. Seorang muazin berdiri tegap di depan mic sambil terus menyuarakan lafal azan melalui pengeras suara masjid. Tempat itu adalah Masjid Agung Al-Falah Jambi, salah satu destinasi wisata religi di Kota Jambi yang patut disinggahi.

Masjid Agung Al-Falah terkenal dengan julukan Masjid Seribu Tiang, berdiri di pusat Kota Jambi. Julukan ini bukan tanpa alasan, sebab masjid ini memiliki banyak sekali tiang-tiang penyangga. Masjid ikonik ini menerapkan konsep cakar ayam, tanpa dinding. Konsep ini diadopsi dari sebuah ide milik seorang guru besar di Institute Teknologi Bandung (ITB) Profesor Sedyatmo. Konsep cakar ayam cukup populer karena mampu menekan biaya transmisi listrik dan dianggap ramah lingkungan.

Ketua Harian Pengurus Masjid Agung Al-Falah, Mislan menuturkan, penyebutan istilah Masjid Seribu Tiang memiliki beragam versi, salah satunya didasarkan pada cerita masyarakat. Ia menduga, penamaan itu bermula saat Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gusdur berkunjung ke Masjid Agung Al-Falah. Kala itu, sang ajudan Presiden berbisik ke Gusdur bahwa masjid itu memiliki tiang yang banyak. Sejak saat itulah muncul penamaan Masjid Seribu Tiang.

“Konon ceritanya seperti itu. Kita tidak tahu jelasnya kapan istilah Masjid Seribu Tiang itu pertama kali dipopulerkan. Tapi yang jelas, masyarakat di Kota Jambi menyebutnya Masjid Agung, ada juga yang menyebutnya secara lengkap Masjid Agung Al-Falah, jarang ada yang menyebut Masjid Seribu Tiang. Biasanya yang menyebut Masjid Seribu Tiang itu dari luar Jambi. Kita tidak masalah,” terang Mislan.

Baca Juga: Pentingnya Kepemimpinan dalam Islam dan Larangan Hidup Tanpa Pemimpin

Satu hal yang unik dari masjid ini, secara sekilas jika mendengar nama Masjid Agung, maka dengan mudah kita akan mengatakan bahwa masjid ini adalah masjid kabupaten/kota, sementara masjid di provinsi adalah Masjid Raya. Stigma itu cukup beralasan, sebab sesuai aturan. Tapi, ada pengecualian terhadap Masjid Agung di tujuh provinsi, salah satunya di Provinsi Jambi. Masjid Agung Al-Falah ini adalah masjid provinsi.

Menurut catatan pengurus Masjid Agung Al-Falah, tiang di masjid kebanggaan masyarakat Kota Jambi ini mencapai 232 tiang, terdiri dari 40 tiang besar dilapisi kayu pada bagian bawahnya, dan tembaga pada bagian tengah yang menyangga kubah utama dengan arsitektur indah. Sementara 192 tiang lainnya berwarna putih berjejer mengelilinya hingga bagian luar masjid.

Pada sisi luar masjid, terdapat menara yang menjulang tinggi dan kolam ikan yang dibangun mengelilingi bangunan utama masjid. Konsep ini sengaja dibuat untuk menetralisir debu-debu yang masuk. Selain itu, tempat ibadah ini sangat sejuk karena angin yang berembus bisa masuk ke dalam tanpa ada halangan dinding. Masjid ini hanya dilengkapi dengan kipas angin tanpa AC.

Selain ramah lingkungan dan hemat energi, konsep ini dianggap mampu membuat sebuah bangunan menjadi tahan terhadap goyangan gempa. Konsep terbuka dan tanpa sekat di masjid ini menimbulkan kesan ramah dan terbuka. Memang, masyarakat Jambi dikenal memiliki sifat ramah terhadap tamu yang datang dari luar Jambi.

Baca Juga: Kehancuran Negara Israel

Untuk bagian dalam masjid dengan luas bangunan mencapai 6.400 meter persegi itu, terdapat kubah besar dipenuhi hiasan aksen garis-garis dalam berbagai warna. Kubah semakin nampak indah dengan adanya kaligrafi yang terbuat dari kaca. Kehadiran lampu hias dengan ukuran besar bermaterialkan tembaga, semakin mempercantik sisi dalam masjid. Masjid ini diperkirakan mampu menampung hingga 10 ribu jemaah.

Pada sisi mihrab, masjid ini dihiasi dengan aneka kaligrafi yang terbuat dari kuningan dan tembaga. Bagian kanan mihrab, terpatri kaligrafi yang bertuliskan asma Allah SWT, sedangkan pada sisi kiri berhiaskan kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Pada kiri dan kanan mihrab, terdapat kaligrafi bertuliskan nama-nama khulafaur rasyidin, empat sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali.

Bentuk mihrab di Masjid Agung Al-Falah ini mirip dengan konsep tahta pada kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. “Ada pengaruh budaya luar Jambi, karena memang arsitek, pengawas lapangan, serta pekerja yang membangun masjid ini banyak yang berasal dari luar Jambi, khususnya dari Jawa,” kata Mislan.

Sejarah Masjid Agung Al-Falah Jambi

Baca Juga: Persatuan Kunci Penyelesaian Krisis Palestina

Masjid Agung Al-Falah ini berada di Jalan Sultan Thaha No. 60 Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi yang Sekretariatnya berada di Islamic Center Jambi. Masjid ini terletak di pusat keramaian Kota Jambi, tepatnya berdekatan dengan Pasar Angso Duo, sebuah pasar tradisional masyarakat Kota Jambi. Masjid Agung Al-Falah ini memiliki sejarah cukup panjang.

Ide pembangunan masjid ini pertama kali dimulai pada tahun 1960 oleh Pemerintah dan beberapa tokoh agama, tokoh adat, maupun tokoh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan syiar Islam. Di samping peningkatan jumlah penduduk yang cukup signifikan di Jambi, juga mempermudah umat Islam dalam menjalankan ibadah mereka.

Dari pendapat yang timbul untuk mencari berbagai solusi terbaik termasuk lokasi, pendanaan, dan lain sebagainya, maka pada tahun 1971 program pembangunan masjid ini baru dimulai. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Drs. H. Abdurrahman Sayoeti yang menjabat sebagai Sekda Provinsi Jambi saat itu.

“Pembangunan masjid ini juga didukung oleh tokoh-tokoh agama, tokoh adat, hingga tokoh masyarakat yang nantinya menjadi simbol kemasyhuran masyarakat Jambi,” jelas Mislan.

Baca Juga: Persatuan Kunci Penyelesaian Krisis Palestina

Beberapa tokoh yang ikut berperan dalam pembangunan masjid ini antara lain; Syeikh H.M.O Bafadhal, Chatib Quzuwain, Sulaiman Abdullah, Abdul Kadir Ibrahim, Saman Muhi, Nurdin Abdul Ghani, M Daud Al Hafiz, Jadawie, Yusuf Dahali, Zuhdito, Said Magwie, Hasyip Kalimuddin Syam, Madjid Ghaffar, Abdul Kadir Aripin, dan lain sebagainya.

Saat itu, menurut Mislan, usulan pembangunan masjid ini disampaikan kepada Gubernur KDH Tingkat I Provinsi Jambi, Noer Atmadibrata.

Jika merunut sejarah, jelas Mislan, lokasi yang menjadi berdiri Masjid Agung Al-Falah ini adalah milik Kesultanan Melayu Jambi yang pada tahun 1885 masehi dikuasai Belanda. Tanah itu pernah dijadikan sebagai Pusat Pemerintahan Belanda atau Benteng Belanda. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, lokasi Benteng tersebut dikuasai Korem 042/Gapu.

Ketika diusulkan akan menjadi lokasi pembangunan Masjid Agung, maka Gubernur melalui Sekda Kota Jambi menghubungi Panglima Kodam II Sriwijaya di Palembang untuk meminta kembali tanah tersebut. Usaha ini membuahkan hasil dengan disepakati dan dikembalikannya tanah tersebut kepada Pemprov Jambi yang dulunya milik Kesultanan Melayu Jambi.

Baca Juga: Persatuan Kunci Penyelesaian Krisis Palestina

“Lokasi yang sekarang berdiri megah Masjid Agung Al-Falah ini dulunya adalah bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Melayu Jambi. Konon, Kesultanan Melayu tidak pernah kalah dalam pertempuran, sampai tiba Belanda datang ke wilayah itu. Penamaan Al-Falah yang berarti kemenangan ini karena Kesultanan Melayu selalu menang, sehingga digunakan nama ini untuk Masjid Agung,” tutur Mislan.

Makna filosofis lain dari penamaan Al-Falah ini, menurut Mislan, adalah karena lokasinya sebagai Tanah Paseko Batuah, yaitu tanah milik Kesultanan Melayu Jambi yang pada tahun 1885 dikuasai Belanda, namun dengan perjuangan yang gigih, akhirnya lokasi itu dapat direbut kembali oleh Kesultanan Melayu Jambi.

“Ini artinya bahwa Jambi telah menang dalam perjuangan melawan Belanda yang kemudian di lokasi tanah Benteng ini sebagai tanah pilih dijadikan lokasi pembangunan masjid yang megah nan agung. Oleh karena itu, masjid ini kemudian diberi nama Masjid Agung Al-Falah Jambi,” jelas Mislan.

Fasilitas Masjid Agung Al-Falah

Baca Juga: Konsep Kemerdekaan dalam Islam

Masjid ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang kegiatan keagamaan. Bagi para jemaah yang hendak beribadah, mereka akan menemukan fasilitas seperti tempat parkir yang mampu menampung puluhan mobil, tempat penitipan sepatu dan sandal, tempat wudu, hingga toilet. Masjid ini juga telah dilengkapi dengan genset, serta sound system lengkap.

Pada halaman masjid, pengunjung akan menjumpai adanya taman yang berhiaskan aneka tumbuhan. Tak hanya itu, pada Masjid Agung Al-Falah juga terdapat aula serba guna yang bisa digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti melangsungkan pernikahan, koprasi, alat-alat kepengurusan jenazah, kantor sekertariat, perpustakaan dengan koleksi bermacam buku agama dan juga madrasah.

Lokasi Masjid Agung Al-Falah yang terletak di pusat Kota Jambi juga membuat wisatawan tidak akan merasa kesulitan untuk menemukan penginapan apabila ingin bermalam. Selain itu, disekitar masjid juga banyak dijumpai warung, café dan rumah makan yang bisa dituju usai wisata religi ke masjid kebanggaan masyarakat Jambi ini. Berkunjung ke Masjid Agung Al-Falah tentunya dapat memberikan pengalaman wisata religi yang cukup berkesan. (A/R2/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Berjilbab Kewajiban Setiap Wanita Muslim

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
MINA Millenia
Kolom
MINA Millenia
MINA Sport
MINA Health
Asia