Oleh: Ardansyah, Pimpinan Yayasan Deen Salam Peduli – Kupang NTT
Banyak orang lupa bahwa masjid adalah poros kehidupan umat Islam. Tercatat dalam tarikh Nabi, bahwa tempat pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau berhijrah adalah masjid, bukan pasar, bukan sekolah, bukan pula istana.
Nabi Muhammad tidak mendirikan istana karena memang Nabi Muhammad bukan hendak mendirikan dinasti atau kerajaan. Masjidlah yang dibangun pertama oleh Nabi Muhammad dan menjadi titik awal peradaban Islam. Dari sinilah Rasulullah membangun peradaban Islam dari Nol. Setelah Masjid Kuba, Rasul membangun Masjid Nabawi di kota Madinah Al Munawaroh.
Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dimuliakan dalam agama Islam. Sebagaimana sabda Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang artinya :
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
“Tidak dianjurkan (kepada kalian) kecuali dengan mengunjungi tiga masjid. Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha” (Al-Hadits).
Dari masjid Nabawi, Nabi mendirikan sebuah universitas pertama dalam Islam yakni Ash Shuffah. Ash Shuffah itu sendiri adalah sebuah tempat yang menyerupai teras dari masjid Nabawi.
Di sini berkumpul para Sahabat yang berhijrah dari Makkah ke Madinah dan mereka pada umumnya tidak memiliki rumah juga sanak famili di Madinah. Oleh Rasulullah, para sahabat ini ditampung di Shuffah.
Diantara mereka adalah sahabat Abu Dzar Al Ghifari, Abu Hurairah, Hudzaifah bin Yaman, Bilal bin Rabah dan beberapa sahabat lainnya. Semoga Allah meridhoi para sahabat Nabi yang mulia.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Mereka sehari-harinya fokus menimba ilmu dari Nabi Muhammad sebagai Maha Gurunya. Mereka mencukupi kebutuhan hidupnya dengan bekerja alakadarnya, hanya untuk bisa bertahan hidup, karena prioritas utama mereka adalah mencari keberkahan ilmu dari Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Selain masjid digunakan sebagai tempat ibadah dan menimba ilmu, masjid juga oleh Rasulullah dan para sahabat dijadikan tempat bermusyawarah, tempat bertemu (Silahturahim) antara muslim satu dengan muslim lainnya dan juga masjid sebagai tempat transit para musafir yang lelah melakukan perjalan.
Bahkan masjid pun, oleh Nabi sering dimanfaatkan untuk Riyadhoh (melatih ketangkasan) umat Islam. Maka dengan fungsi seperti ini lahirlah umat yang berilmu, cekatan, terampil dan tangkas dalam menyikapi segala problematika umat.
Setelah kita menengok ke belakang, bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memfungsikan masjid dengan baik dan maksimal, maka adalah sebuah keharusan bagi kita di zaman ini, jika ingin meraih kesuksesan dalam membangun peradaban Islam di akhir zaman, wajib bagi kita memfungsikan masjid sebagaimana dicontohkan Baginda nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Masjid di era kontemporer (kekinian) harus bisa memfasilitasi umat dengan baik. Diantara fungsi masjid yang perlu diperhatikan adalah:
Pertama, masjid menjadi sentral ibadah.
Kedua, masjid menjadi tempat musyawarah untuk memecahkan berbagai persoalan umat.
Ketiga, masjid menjadi sentral pendidikan Islam.
Keempat, masjid menjadi sentral ekonomi umat.
Kelima, masjid menjadi sentral pembinaan ketangkasan umat.
Pertanyaannya, sudahkah kita mencurahkan segala perhatian kita agar masjid-masjid kita dapat berfungsi sebagaimana yang disebut?
Jika belum, maka sangat wajar jika masjid kita masih jauh dari kata makmur. Sebagai orang-orang yang diberi amanah untuk mengurus masjid, hal ini harus menjadi titik perhatian para Takmir.
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para Takmir agar masjid menjadi nyaman untuk ibadah umat:
1. Masjid selalu dalam keadaan bersih
Tidak sedikit kita jumpai, masjid di sekitar kita dalam keadaan kotor. Debu di lantai, di karpet, di mimbar, di lemari atau rak tempat Al-Qur’an diletakkan. Ada pula masjid yang kipas anginnya penuh debu. Saking tebalnya debu, tak terlihat lagi warna asli kipas anginnya.
Terkadang hal ini dianggap sepele sebagian pengurus masjid. Padahal, kebersihan masjid adalah salah satu faktor kenyamanan dalam beribadah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Tak jarang, seorang khatib harus mengebas lagi mimbar khutbah ketika akan duduk. Karena tempat duduknya berdebu. Islam mengajarkan: kebersihan adalah sebagian dari iman.
2. Pastikan air selalu tersedia
Tak jarang, ketika kita hendak shalat di sebuah masjid, airnya habis. Umat bingung, mau wudhu di mana. Ditambah lagi, di toilet air pun habis. Lengkaplah sudah penderitaan umat, dikarenakan kelalaian para pengurus masjid. Ketersediaan air mestinya selalu dicek setiap harinya. Pastikan bak penampungan air selalu terisi penuh.
3. Pastikan fasilitas umum berfungsi dengan baik
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam, tak Ada Jejak Yahudi Sedikit Pun
Hal yang sering kita jumpai adalah keran air yang macet atau sudah tak bisa menutup dengan baik. Pintu toilet yang bolong-bolang atau tak dapat dikunci dengan baik. Ada pula masjid yang bola lampunya sudah putus berhari-hari. Microfon juga tak berfungsi secara baik. Hal-hal ini hendaknya menjadi perhatian pengurus masjid.
4. Faktor keamanan
Dari motor, handphone, kotak amal, tas bahkan sandal jamaah terkadang raib dicuri orang. Zaman sekarang memang rawan dengan kasus pencurian. Maka Takmir atau pengurus masjid harus peka dan menyiapkan langkah-langkah preventif, agar umat dapat beribadah dgn aman dan nyaman.
Sebagai contoh: Takmir bisa menyiapkan lemari khusus penyimpanan barang berharga. Dilengkapi kunci. Jadi jamaah bisa meletakkan barang dan menguncinya. Sehingga jamaah bisa beribadah dengan tenang dan tak khawatir barangnya hilang.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
5. Menyiapkan fasilitas tambahan
Fasilitas tambahan yang barangkali bisa disiapkan adalah Dispenser dan gelas air minum gratis bagi jamaah, atau Cafe atau warung sederhana yang dapat memudahkan jamaah memenuhi kebutuhan pribadinya.
Inilah beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh para Takmir Masjid.
Tak ada kata terlambat, yuk segera bangkit menata masjid kita agar menjadi episentrum kebaikan dan mercusuar dakwah Islam.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Jika masjid sudah nyaman dan membuat umat betah beraktivitas di dalamnya, maka layaklah disebut “Masjidku Surgaku.”
Semoga bermanfaat. (AK/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga