Sydney, MINA – Beberapa maskapai penerbangan internasional mengatakan menghindari rute penerbangan di atas kawasan Selat Hormuz dan Teluk Oman di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
Hal itu diawali oleh maskapai penerbangan yang berpusat di Sydney, Australia, yaitu Qantas Airways, kemudian diikuti beberapa maskapai lainnya yaitu British Airways, Singapore Airlines Ltd, Emirates, Flydubai, Etihad, Lufthansa Jerman, maskapai Belanda KLM, Cathay Pacific, dan Malaysia Airlines dan Malaysia Airlines Bhd. Sementara untuk maskapai lain belum menyatakan hal serupa. Media Bisnis Standard melaporkan yang dikutip MINA, Ahad (23/6).
Sebelumnya, Badan Penerbangan Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan peringatan darurat akan adanya potensi identifikasi di wilayah tersebut.
Rute yang mereka hindari adalah di atas Selat Hormuz dan Teluk Oman. Hingga berita ini diturunkan, belum ada pemberitahuan lebih lanjut kapan hal itu akan berakhir.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Untuk maskapai Lufthansa, mereka mengumumkan telah menghindari Selat Hormuz dan Teluk Oman sejak Kamis lalu (20/6). Meskipun memepuh jarak lebih jauh dari rute semula, mereka tetap melakukan hal itu demi keselamatan.
Maskapai Lufthansa melayani rute penerbangan dari negara-negara Eropa ke India.
Adapun maskapai penerbangan Malaysia Airlines mengatakan pesawatnya menghindari wilayah udara di atas Selat Hormuz untuk penerbangan dengan tujuan dari London, Jeddah dan Madinah.
Sebelumnya pada Kamis 20/6 lalu, sistem anti serangan udara jarak menengah Iran, Khordad-3, berjaya menembak jatuh sebuah pesawat nir-awak atau drone mata-mata militer tak berawak Amerika Serikat (AS) tercanggih, RQ-1 Global Hawk. Iran ternyata telah memiliki sistem anti serangan udara tercanggih yang bisa melumpuhkan drone tercanggih AS.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Hal itu telah membuat Teheran dan Washington berada di ambang perang, sehingga perusahaan-perusahaan penerbangan internasional merasa tak aman lagi menebangi kawasan konflik itu.
Ketegangan AS-Iran telah meningkat sejak Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir 2015 yang membatasi program nuklir Teheran . Setelah keluar dari kesepakatan multinasional itu, AS menerapkan kembali sanksinya terhadap Teheran, tapi tidak dipatuhi sekutu-sekutunya termasuk oleh negara-negara Uni Eropa, Jepang dan Korea.
Sementara itu Iran terus maju dengan pengembangan industri milternya untuk menghadapi AS dan sekutu-sekutu Arabnya, antara lain telah berjaya memproduksi sistem anti serangan udara tercanggih yang bisa merontokkan drone tercanggih AS beberapa hari yang lalu. (T/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai