DALAM dunia yang serba cepat seperti sekarang, banyak orang ingin segalanya instan. Makanan instan, informasi instan, bahkan kesuksesan pun diinginkan secara instan. Tidak sedikit yang bermimpi menjadi sukses dalam semalam: kaya mendadak, terkenal dalam sekejap, atau meraih posisi tertinggi tanpa harus melewati anak tangga proses yang melelahkan. Sayangnya, realita tidak sesingkat harapan. Pertanyaannya, mungkinkah kita benar-benar bisa sukses tanpa melalui proses panjang?
Media sosial dan dunia digital sering menampilkan kisah sukses yang terlihat tiba-tiba. Seorang konten kreator mendadak viral. Seorang entrepreneur muda meraih omzet miliaran. Tapi yang tidak banyak orang lihat adalah bertahun-tahun kerja keras, kegagalan, tekanan, dan air mata yang mereka lewati sebelum momen “instan” itu datang. Kesuksesan instan hanyalah puncak gunung es yang tampak, sedangkan proses panjang adalah bagian besar yang tersembunyi di bawah permukaan.
Takut gagal, takut lelah, takut tertinggal. Itulah tiga ketakutan terbesar yang membuat orang enggan menjalani proses. Kita ingin hasil cepat karena kita takut jika terlalu lama berproses, maka orang lain akan mendahului kita. Padahal setiap orang punya waktu dan jalur hidupnya sendiri. Takut terhadap proses juga berasal dari ketidaksabaran dan krisis mental—kita terbiasa mendapatkan sesuatu dengan cepat, sehingga kehilangan daya tahan menghadapi tekanan dalam waktu yang panjang.
Proses adalah Guru Terbaik
Proses adalah tahap di mana karakter, mentalitas, dan kemampuan seseorang diuji dan dibentuk. Seorang petani tidak bisa memanen padi keesokan hari setelah menanam. Ia harus sabar menunggu, merawat, dan menjaga dari hama serta cuaca ekstrem. Begitu juga dengan manusia. Proses panjang membentuk ketangguhan. Tanpa proses, seseorang bisa saja mendapatkan hasil, tapi tidak akan punya kekuatan untuk mempertahankannya. Kesuksesan tanpa proses adalah ilusi yang mudah hancur ketika ujian datang.
Baca Juga: Tetap Istiqamah Meski Luka Tak Jua Reda
Alih-alih takut, cobalah untuk menikmati proses. Proses bukanlah penderitaan, tapi sebuah perjalanan belajar. Setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh. Setiap kegagalan adalah pelajaran yang membuat kita lebih bijaksana. Menikmati proses membuat kita tidak hanya mengejar hasil, tapi juga menghargai setiap langkah kecil yang membawa kita mendekati tujuan.
Banyak orang yang ingin sukses seperti lari sprint—cepat dan langsung sampai. Tapi kenyataannya, sukses itu seperti lari maraton—butuh stamina, strategi, dan ketekunan. Orang yang terlalu cepat ingin sampai biasanya cepat kehabisan energi. Sebaliknya, mereka yang sabar dan konsisten, walau lambat, akan tetap sampai pada garis akhir.
Lihatlah kisah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau tidak langsung menjadi pemimpin umat saat menerima wahyu pertama. Beliau melewati fase dihinakan, dicaci, diusir, bahkan hendak dibunuh. Tapi beliau terus berproses. Lihat juga tokoh-tokoh dunia seperti Thomas Edison yang gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu, atau Oprah Winfrey yang ditolak berkali-kali sebelum menjadi ikon televisi dunia. Mereka semua melalui proses panjang.
Jalan pintas menuju sukses sering kali berujung pada kehancuran. Korupsi, kecurangan, memalsukan data, dan menjual integritas adalah beberapa bentuk jalan pintas yang sering ditempuh demi hasil cepat. Namun pada akhirnya, semua itu akan membawa masalah yang lebih besar. Jalan yang benar memang lebih panjang dan menantang, tapi di situlah letak keberkahannya.
Baca Juga: Gaza, Kebebasan Pers, dan Tanggung Jawab Dunia
Dalam Islam, kita diajarkan untuk berikhtiar maksimal, lalu bertawakal kepada Allah. Jangan takut terlambat sukses, karena rezeki setiap manusia sudah ditentukan. Yang penting adalah kerja keras dan kesungguhan kita dalam menjemput takdir baik itu. Allah tidak menilai hasil akhir semata, tetapi juga proses dan usaha yang kita lakukan.
Saat kita mengubah fokus dari hasil ke proses, maka kita akan merasa lebih ringan menjalani hidup. Fokus pada satu langkah setiap hari, bukan 100 langkah di depan. Lakukan perbaikan terus-menerus (kaizen). Meskipun belum sampai di tujuan, selama kita bergerak ke arah yang benar, maka kita sudah berada di jalan kesuksesan.
Kesuksesan sejati bukan hanya harta dan jabatan. Sukses yang sejati adalah ketika kita bisa bermanfaat bagi orang lain dan diridhai Allah. Itu semua tidak bisa diraih dengan cara instan. Shalat yang khusyuk, ilmu yang dalam, akhlak yang mulia—semua butuh latihan dan proses panjang.
Tiap orang punya timeline hidup yang berbeda. Jangan iri jika temanmu terlihat lebih cepat sukses. Bisa jadi prosesnya berbeda. Yang penting adalah kita tidak berhenti berusaha dan tetap berada di jalan yang benar. Perbandingan yang paling adil adalah dengan diri kita sendiri: apakah hari ini lebih baik dari kemarin?
Baca Juga: Palestina dalam Kitab-Kitab Suci: Perspektif Islam, Yahudi, dan Kristen
Setiap proses yang kita jalani adalah investasi masa depan. Saat kita belajar, kita menanam ilmu. Saat kita bekerja keras, kita menanam pengalaman. Semua itu akan tumbuh menjadi modal berharga yang tidak bisa dibeli dengan uang. Jangan merasa rugi menjalani proses. Justru, proses itulah yang membuat kita layak menerima kesuksesan.
Ketika lelah menjalani proses, ingatlah bahwa Allah melihat setiap tetes keringat dan air mata kita. Tidak ada usaha yang sia-sia di sisi-Nya. Berdoalah, minta kekuatan. Jangan hanya minta hasil, tapi minta juga kesabaran dalam proses. Karena hanya mereka yang sabar yang bisa memetik hasil terbaik di akhir.
Jadi, jika hari ini kamu ingin sukses instan tapi masih takut terhadap proses panjang, ubahlah cara pandangmu. Tidak ada kesuksesan yang benar-benar instan. Semua yang besar dimulai dari hal-hal kecil yang dilakukan secara konsisten. Nikmati prosesnya, hargai setiap kemajuan, dan tetaplah melangkah meskipun pelan.
Sukses itu bukan tentang siapa yang paling cepat sampai, tapi siapa yang paling kuat bertahan hingga akhir.[]
Baca Juga: Jangan Jadi Generasi Rebahan
Mi’raj News Agency (MINA)