Mbah Juriah, Berumur Lebih Tua dari Negara Ilegal Israel, Kobarkan Semangat Bebaskan Al-Aqsha dan Kemerdekaan Palestina

Oleh: Nurhadis, Wartawan MINA, Kepala Biro MINA Sumatera,

 

Lembaga Peduli Palestina, Aqsa Working Group (AWG) Indonesia menggelar secara serentak pengibaran bendera Indonesia dan Palestina di beberapa titik ketinggian di berbagai daerah se-Indonesia.

Di Lampung, AWG membentangkan bendera sepanjang 10 meter di beberapa titik di antaranya di Masjid An-Nubuwwah, masjid terbesar di Lampung yang terletak di Komplek Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah, Al-Muhajirun Negararatu Natar Lampung Selatan. Di Komplek Ponpes ini, santri dan masyarakat bahkan ikut mengibarkan benderanya di lapangan yang mereka namai lapangan Gaza, selain menerbangkan seratus balon bertuliskan Save Al-Aqsha dan Free Palestine.

Ikut juga pasukan berkuda mengelilingi lapangan. Empat ekor kuda dibimbing oleh Adi Prasetyo dan Imanudin bersama dua orang anaknya yang merupakan santri Ponpes Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah dari Ekskul Berkuda. Annisa Hanifa (12) santri kelas 6 MI dan Isa Ahmad (9) santri kelas 3 MI ini dengan gagah berkuda mengelilingi lapangan dengan membawa bendera Indonesia dan Palestina yang berkibar terkena terpaan angin.

Di Bandar Lampung, bendera berukuran 10 meter tersebut dikibarkan di ketinggian Teropong Kota Bandar Lampung. Terlihat view kota Bandar Lampung dari ketinggian tersebut.

Menjelang ashar, tim pengibaran bendera Indonesia dan Palestina dari AWG Lampung menuju Menara Siger di Pelabuhan Bakauheuni Lampung Selatan. Menara Siger ini merupakan ikon Provinsi Lampung.

Menara siger berdiri di atas gunung Damping 110 MDPL. Bagi warga yang menyeberang menggunakan kapal dari Merak ke Bakauheuni tentu akan dapat menyaksikan kegagahan menara setinggi 32 meter ini.

Sekitar seratus lebih warga dan anggota pengurus AWG hadir pada pengibaran bendera di titik nol ujung Selatan Sumatera ini. Selain dari Lampung Selatan, Bandar Lampung, hadir juga warga dan simpatisan AWG dari Sido Makmur, Melinting, Lampung Timur.

Saat dibariskan di anak tangga Menara Siger, ada yang menarik mata kamera wartawan MINA dari ratusan peserta yang berbaris rapi. Sorotan mata kamera semakin tajam saat Ketua , M. Waliyulloh meneriakkan takbir dan disambut ratusan peserta. Terselip seorang nenek, yang belakangan diketahui Bernama , berumur 75 tahun. Dengan lantang berteriak “Allahu Akbar “dan “Al-Aqsha Haqqunaa.”

Suaranya yang lantang terdengar berbeda di antara suara-suara anak muda yang lain. Seolah tersirat pesan darinya bagi anak muda untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah sampai kapanpun sebagaimana dirinya yang tidak berhenti berjuang untuk Al-Aqsha dan Palestina meski sudah diberi kelebihan umur.

Tak terasa, mata berkaca, bagaimana kami yang muda kalah semangatnya dengan nenek yang lahir pada 10 Agustus 1947, satu tahun sebelum Israel mendeklarasikan negara ilegalnya di tanah Palestina.

Mbah Juriah yang umurnya lebih tua daripada negara illegal Israel tersebut dan telah memiliki 7 orang anak, 26 cucu, dan 19 cicit ini dengan semangat berteriak lantang sebagai bentuk dukungannya menentang klaim sepihak zionis Israel yang dibantu Inggris saat itu menguasai tanah Palestina.

Baginya, membantu baik dalam bentuk dukungan moril maupun materiil terhadap saudara di Palestina yang menjadi sasaran kezaliman merupakan sebuah kewajiban bukan hanya bagi anak muda tapi bagi seluruh umat manusia. Maka Mbah Juriah tidak menyia-nyiakan kesempatan saat AWG perwakilan Lampung Timur menyerukan kepada masyarakat untuk ikut membela dengan mengibarkan bendera di ikon Provinsi Lampung, Menara Siger ini.

Mbah Juriah bergegas bersiap, ikut rombongan menaiki mobil pick-up bak terbuka bersama warga lain, menempuh waktu kurang lebih satu jam setengah untuk tiba di ujung selatan Pulau Sumatera itu.

Menurut Mbah Juriah, Israel telah membunuh banyak nyawa kaum muslimin dan warga Palestina lainnya. Selain itu, bagi Mbah Juriah, alasan bahwa Al-Aqsha merupakan kiblat pertama umat Islam mestinya cukup bagi kita untuk berupaya semaksimal mungkin untuk membebaskan masjid yang namanya disebut di dalam Al-Qur’an ini.

Segera saja, tangkapan kamera wartawan MINA menyebar ke group-group whatsapp sehingga salah seorang muhsinin, Efyurlis Ramli yang juga merupakan Naibul Imaam Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Niyabah Natar, Wilayah Lampung tergerak memberikan hadiah berupa uang sejumlah Rp. 500.000 untuk Mbah Juriah.

“Dari photo-photo yang ada, photo ini dengan ekpresi ibu tersebut telah cukup mencuri perhatian kami. Dan ibu tersebut berhak  mendapatkan apresiasi dari kami berupa mal sebesar 500.000,” demikian bunyi komentar Efyurlis pada salah satu group whatsapp.

Mbah Juriah melalui MINA menyampaikan pesan khusus bagi pejuang-pejuang murobithin Palestina yang sampai saat ini masih terus berjuang menjaga Masjid Al-Aqsha dari serangan dan penodaan zionis Israel. “Tetap semangat untuk para mujahid dan mujahidah dalam melakukan jihad fii sabilillah,” ujarnya.

Mabah Juriah menjadi semangat bagi penulis untuk terus berjuang tanpa kenal Lelah, tidak ada pilihan lain kecuali umat Islam bergerak berjamaah untuk maksimal berupaya agar Al-Aqsha terbebas dari cengkraman zionis Israel, dan bangsa Palestina merdeka dari pendudukan Zionis sehingga damai tercipta di Palestina, dan kedamaian akan tercipta di seluruh dunia. Allahu Akbar. Al-Aqsha Haqqunaa. (A/B03/RS2).

Mi’raj  News Agency (MINA).

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.