New York, MINA – Ketidakjelasan kapan Iran akan menyerang Israel membuat media-media Barat mengatakan bahwa operasi perang psikologis Teheran telah membuat Israel waspada dan kehilangan rasa ketenangan.
Surat kabar Amerika The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan, Senin (12/8), mengutip sumber-sumber yang terpercaya, Israel telah menaikkan tingkat kewaspadaan militernya ke level tertinggi untuk pertama kalinya bulan ini, menyusul pengamatan persiapan oleh Iran dan Hezbullah Lebanon untuk operasi skala besar yang potensial.
WSJ menyatakan, meskipun Israel tidak yakin apakah operasi pembalasan akan segera terjadi, mereka bertindak hati-hati.
Financial Times melaporkan, “hampir setiap hari, ancaman baru muncul dari tokoh politik atau militer senior Iran.”
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Korps Garda Revolusi Islam telah mengumumkan latihan militer baru, tetapi tidak ada bukti mengenai hal-hal spesifik tentang bagaimana atau kapan respons akan terjadi. Menurut seorang sumber, ketidakpastian ini adalah hal yang diinginkan oleh para pemimpin Iran.
Artikel tersebut selanjutnya menyatakan, Iran sedang melakukan operasi perang psikologis untuk membuat pasukan pendudukan, keamanan, dan kemampuan logistik Israel tetap waspada, sehingga menghilangkan rasa tenang bagi warga Israel.
Demikian pula, koresponden BBC Nafiseh Kohnavard melaporkan, seorang pejabat militer AS menyatakan bahwa pasukan AS di Timur Tengah telah mengantisipasi serangan balasan Iran dan Hizbullah sejak Sabtu (10/8).
Kohnavard menambahkan bahwa “Tidak seorang pun tampaknya tahu kapan. Atau bahkan apakah…” serangan akan terjadi.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun di Penjara, Amerika Bebaskan Saudara laki-laki Khaled Meshaal
Ia mencatat bahwa meskipun ada antisipasi yang meningkat, terutama sejak Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memerintahkan kapal untuk mempercepat pergerakannya ke Timur Tengah, tidak ada indikator khusus bahwa serangan akan segera terjadi. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia