Oleh Asep Setiawan, Anggota Dewan Pers
MEDIA massa memainkan peran penting dalam penyebaran informasi yang cepat akurat, informasi yang bernilai pendidikan, informasi yang memberikan harapan dan juga informasi yang kritis. Media massa dalam kerja hariannya tidak hanya menghitung berapa berita dan tulisan yang sudah dibuat tetapi juga terkait dengan strategi bagaimana informasi itu memberi dampak kepada publik dan pengambil keputusan. Informasi yang dikemas dalam bentuk berita dan analisis itu juga memperhitungkan kemampuan para pembacanya.
Di Indonesia saja terdapat lebih dari 40.000 media massa yang aktif baik di Jakarta maupun di pelosok daerah. Masyarakat pers nasional ini dari sisi kuantitas terus berkembang karena adanya kemerdekaan pers di Indonesia yang dijamina UU No 40 Tahun 1999. Sejauh ini sudah ada sekitar 30.182 jurnalis yang memiliki sertifikasi kompetensi. Dengan ekosistem seperti ini maka setiap media memiliki tantangan tersendiri untuk memperjuangkan gagasan dan idealismenya. Termasuk di dalamnya bagaimana media dapat hidup sehat.
Tantangan Media Massa
Baca Juga: Nilai-Nilai Islam untuk Atasi Perubahan Iklim Global
Artikel ini akan mengulas beberapa tantangan dan menawarkan solusinya. Tantangan pertama bagi media adalah persaingan media massa baik yang pro, netral atau anti kepada perjuangan Palestina. Penyedian informasi tidak hanya media konvensional dalam arti media online, penyiaran dan cetak tetapi juga penyedia berita melalui media sosial dan platform digital. Dengan ekosistem yang didominasi dan dikuasai oleh Barat maka media yang memiliki nafas perjuangan Palestina semakin berat.
Dengan kehadiran begitu banyak media maka setiap entitas media perlu identitas dan keunikan sendiri yang membedakan dari media lainnya. Dengan keunikan dan kekhasan memperjuangkan Palestina maka media akan memiliki audiens dan komunitas sendiri. Tim redaksi tidak membuat berita untuk setiap orang dan memuaskan setiap individu tetapi fokus kepada audiens yang sudah ada.
Setiap lembaga media mengalami kesulitan karena tidak memiliki visi misi, tidak memiliki ideologi sehingga cepat lelah dan surut karena kesulitan yang terus dihadapinya. Oleh sebab itulah maka setiap media harus memformulasikan dahulu apa yang menjadi cita-cita media itu sendiri. Setelah menetapkan visi misi dan cita-cita serta ideologi dari media maka dituangkan dalam program tahunan, program bulanan dan program harian dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Tantangan kedua terkait dengan kekuatan sumber daya manusia yang mengelola media itu sendiri. Yang dimaksud SDM di sini terutama adalah wartawan yang menjadi mesin inti dari sebuah lembaga penerbitan atau penyiaran.
Baca Juga: Mengapa Donald Trump Ingin Menguasai Jalur Gaza, Palestina?
Awak media ini harus terus memiliki pemahaman kuat terhadap sejarah perjuangan Palestina sekaligus memiliki kemampuan bahasa Arab dan Inggris yang kuat sehingga memberikan informasi yang bermutu kepada masyarakat. Jurnalis juga akan mampu mengakses dokumen dan informasi dari bahasa asing sekaligus membangun jaringan dengan wartawan internasional termasuk dari Palestina.
Tantangan ketiga, fokus kepada segmen tertentu. Di dalam format media apapun tidak ada media yang sifatnya general, umum untuk semua orang. Media dapat dikategorikan berdasarkan umur, pekerjaan, Lokasi tinggal dan bahkan pendidikan. Dengan demikian diperlukan kemampuan media itu sendiri untuk selalu mengelola audiensnya dan bahkan mengembangkan audiens lebih luas.
Dengan teknologi sekarang sangat mudah untuk melihat berapa audiens media kita, siapa saja mereka dan bahkan bisa diketahui sebarannya. Media yang tidak memiliki fokus kemungkinan akan tergerus oleh mereka yang memiliki target audiens yang jelas.
Tantangan keempat, bagaimana berita dan informasi ini menggerakkan audiens. Salah santu bentuk output media adalah pengaruh, dampak dan opini. Di Indonesia salah satu peran media mengembangkan opini untuk kepentingan demokrasi, hukum dan kepentinga publik lainnya. Oleh sebab itu salah satu indikator sebuah media berhasil adalah mampu menggerakan publik, mampu menggerakkan hati audiens dalam ikut memperjuangkan Palestina. Tentu saja ini dapat berhasil kalau redaksi memiliki kemampuan mengemas berita dan karya jurnalistik dengan tepat.
Baca Juga: [Populer MINA] Erdogan ke Indonesia, Rencana Trump di Gaza Tertolak
Tantangan lainnya yang tidak dibahas dalam adalah terkait kehadiran media sosial, kehadiran paltform global dan kehadiran artificial intelligence dalam dunia pers. Semua tantangan itu dapat dihadapi dengan melandaskan kepada kualitas dari media itu sendiri, kualitas SDM nya dan terus dikembangkan mengikuti trend dunia.
Dalam sejarah perjuangan dimanapun, peran media massa sangat penting sebagai sarana menginformasi perkembangan, menganalisis situasi, memetakan jalan ke depan sekaligus menggalang pembentukan opini serta memberikan pengaruh kepada para pengambil keputusan tingkat nasional maupun internasional.
Oleh sebab itulah, kehadiran media yang berkualitas sangat penting , kehadiran sumber daya manusia yang bermutu juga menjadi keniscayaan dalam perjuangan Palestina. Hal ini dapat dilakukan antara lain melalui pelatihan yang terus menerus serta memantau perkembangan teknologi dalam diseminasi pengetahuan kepada publik.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Turunnya Nabi Isa AS di Akhir Zaman: Tanda Besar Kiamat dan Misi Penyelamatannya