London, 18 Rabi’ul Akhir 1436/8 Februari 2015 (MINA) – Media London terkemuka, The Economist, menyatakan mendukung kandidat kuat calon presiden, (purn) Jenderal Muhammadu Buhari, mantan presiden Muslim Nigeria.
Buhari memerintah Nigeria pada 31 Desember 1983 hingga 27 Agustus 1985, setelah merebut kekuasaan dalam kudeta militer. Namun dia gagal dalam pemilu 2003, 2007, dan 2011.
Dalam editorial pada edisi 7 Februari 2015, majalah berita yang disegani itu mengingat masa kepemimpinan Buhari sebelumnya, disebutkan pemerintahannya “keji, brutal dan beruntungnya hanya sebentar”, Sahara Reporters melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Ahad.
“Kenapa seorang mantan diktator dengan catatan seperti itu ditawarkan kesempatan lain?” tanya The Economist.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
“Salah satu alasannya, di negara yang menterinya secara rutin memakai jam tangan seharga berlipat dari gaji tahunannya, Buhari menjadi seorang pertapa yang mengenakan sandal dengan catatan memerangi korupsi. Ia telah berulang kali mencalonkan diri dalam pemilihan dan menerima hasilnya ketika ia kalah,” tulis media itu.
Pada Desember 2014, ia muncul sebagai Calon Presiden dari All Progressives Congress (APC) yang merupakan aliansi empat partai oposisi, untuk pemilu 2015.
Buhari berasal dari kota Daura di negara bagian Katsina, dari latar belakang etnis Fulani, dan imannya adalah Islam berpaham Sunni.
Menurut The Economist, pemilih Nigeria memiliki banyak alasan untuk tidak memilih Jonathan.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“(Presiden Nigeria) Jonathan telah menunjukkan sedikit kemauannya untuk mengatasi korupsi endemik,” kata majalah itu. “Ketika gubernur bank sentral melaporkan $ 20 miliar telah dicuri, ganjarannya ia harus diberhentikan. Lebih buruk lagi, pada era Jonathan, banyak negara bagian utara telah terbakar,” tambahnya.
“Jika Buhari dapat menyelamatkan Nigeria, sejarah mungkin akan berpihak kepadanya,” kata The Economist.
“Seorang mantan diktator adalah pilihan yang lebih baik dari pada presiden gagal,” tegas The Economist merujuk Presiden Jonathan yang dianggap gagal memberantas korupsi dan memerangi kelompok bersenjata Boko Haram di utara.
Dalam polling di berbagai media nasional, Buhari tampil menjadi pemenang survei dari 13 kandidat lainnya yang akan bersaing dalam pemilu 14 Februari 2015 yang kemudian dinyatakan ditunda hingga 28 Maret 2015. (T/P001/R05)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa