Washington DC, MINA – Dalam salah satu panggung utama aksi “No Kings”, jurnalis Muslim berdarah Inggris-Amerika Mehdi Hasan menyampaikan kritik keras terhadap retorika anti-imigran dan Islamofobia yang sering dimanfaatkan dalam politik Amerika.
Indian Express melaporkan, Mehdi menyindir keras Donald Trump dengan menyatakan bahwa sang politisi adalah “anak dari imigran, cucu dari imigran, dan bahkan menikahi dua perempuan imigran”, namun tetap menebar ketakutan terhadap imigran dan umat Muslim demi kepentingan politiknya.
Mehdi juga menyinggung standar ganda Amerika dalam kebijakan luar negeri, khususnya terhadap Palestina.
Ia menilai pemerintahan Amerika dengan mudah menyebut pejuang Palestina sebagai ancaman, sementara tindakan kekerasan berlebihan dari Israel sering dibiarkan dengan alasan “pembelaan diri”.
Baca Juga: UEA Kirim 7.200 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Pascagencatan Senjata
Pernyataan ini disambut sorakan dan tepuk tangan dari massa, yang menegaskan bahwa isu Palestina kini tidak lagi dipandang sebagai persoalan luar negeri semata, melainkan bagian dari perjuangan global melawan penindasan.
Menurutnya, Islamofobia tidak hanya hadir dalam bentuk ujaran kebencian, tetapi juga dalam kebijakan publik yang menarget komunitas Muslim secara sistematis.
Dengan memanfaatkan panggung demonstrasi warga Amerika sendiri, suara Mehdi Hasan menjadi jembatan antara perjuangan minoritas di Amerika dan perjuangan rakyat Palestina yang masih hidup di bawah pendudukan.
Kehadiran tokoh Muslim dalam aksi nasional ini menunjukkan bahwa suara perlawanan terhadap ketidakadilan tidak lagi dimonopoli oleh kelompok mayoritas, melainkan mulai diarusutamakan oleh berbagai komunitas lintas agama dan ras. Isu Palestina dan Islamofobia menjadi titik temu perlawanan terhadap ketidakadilan global. []
Baca Juga: Netanyahu Tergetkan Normalisasi dengan Saudi dan Indonesia Sebelum Pemilu
Mi’raj News Agency (MINA)