Oleh Almas Shafira, Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud (STISA-ABM) Lampung
Baitul Maqdis merupakan salah satu situs paling penting dalam Islam. Namun, signifikansi keislamannya sering kali direduksi oleh konflik politik dan agama yang berlangsung hingga kini.
Prof. Abd Al-Fattah El-Awaisi, seorang Guru Bisar bidang Baitul Maqdis, melalui konsep Islamic Jerusalem, memperkenalkan pendekatan integral yang menyoroti Baitul Maqdis sebagai pusat spiritual, intelektual, dan peradaban Islam.
Pendekatan integral Islamic Jerusalem, yaitu memperkenalkan konsep Islamic Jerusalem sebagai pendekatan multidisiplin yang mencakup dimensi sejarah, agama, politik, dan budaya.
Baca Juga: Pentingnya Ilmu dan Persatuan Muslimin dalam Pembebasan Masjidil Aqsa
Konsep ini melihat Baitul Maqdis tidak hanya sebagai situs keagamaan, tetapi juga pusat peradaban yang menyatukan umat manusia melalui nilai-nilai Islam yang inklusif.
Sedangkan, sejarah dan nilai keislaman Baitul Maqdis, ditinjau dari Kiblat pertama umat Islam sebelum Ka’bah.
Peristiwa Isra’ Mi’raj menjadi tanda untuk meneguhkan hubungan spiritual Baitul Maqdis dengan umat Islam.
Peran Khalifah Umar bin Khattab dalam menjaga harmoni di Baitul Maqdis setelah pembebasannya secara damai, juga menunjukkan hubungan spiritual yang kuat antara Baitul Maqdis dan Khalifah.
Baca Juga: Karya Seni Untuk Solidaritas Palestina
Nilai spiritual Baitul Maqdis ditunjukkan dengan konsep “Barakah” dan hubungannya dengan Islam. Dalam hal ini, Prof. El-Awaisi, menggambarkan Baitul Maqdis sebagai tanah yang diberkahi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat pertama, yang berbunyi:
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
_Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. Al-Isra [17]: 1)._
Keberkahan tersebut bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual dan intelektual, menjadikannya pusat penyebaran ilmu dan kedamaian.
Baca Juga: Fenomena FOMO Muncak di Kalangan Gen Z
Lokasi Isra’ Mi’raj penuh berkah di kawasan Baitul Maqdis memiliki posisi unik sebagai kiblat pertama umat Islam. Hal ini sekaligus menunjukkan pentingnya dalam praktik ibadah umat Muslim.
Selain itu, peristiwa Isra’ Mi’raj juga meneguhkan Baitul Maqdis sebagai tempat suci yang menjadi penghubung antara bumi dan langit.
Kini, walaupun Baitul Maqdis menjadi pusat konflik politik, terutama dalam konteks penjajahan modern. Namun, nilai keislaman Baitul Maqdis tetap menjadi dasar bagi umat Islam untuk mempertahankannya sebagai simbol perdamaian.
Adapun strategi pelestarian nilai Islam dalam modernisasi, menurut Prof. El-Awaisi , perlu pendekatan edukasi dan kolaborasi internasional untuk menjaga nilai keislaman Baitul Maqdis tersebut. Ia menekankan pentingnya penelitian multidisiplin untuk memahami kompleksitas isu yang ada.
Baca Juga: Keteguhan Iman di Tengah Arus Zaman: Refleksi Islami untuk Generasi Milenial
Di antara solusi multidisiplin tersebut adalah dengan menekankan pentingnya pendidikan (edukasi) dan penelitian (research), melalui pengembangan kurikulum berbasis nilai Islam yang membahas sejarah dan pentingnya Baitul Maqdis. Hal ini sekaligus mendorong penelitian tentang peran Baitul Maqdis dalam membangun peradaban Islam.
Solusi lainnya, adalah dengan mengadakan kolaborasi internasional untuk perdamaian, seperti dengan meningkatkan dialog lintas agama untuk menyelesaikan konflik yang berlangsung. Termasuk dengan melibatkan badan internasional seperti UNESCO untuk melindungi situs-situs suci.
Tidak kalah pentingnya dalah dengan menguatkan peran lembaga keislaman dalam pelestarian situs suci, serta dengan menjaga integritas sejarah Baitul Maqdis melalui dokumentasi dan publikasi.
Dengan demikian, upaya-upaya melestarikan identitas keislaman Baitul Maqdis di tengah konflik dapa tetap terjaga, melengkapi upaya-upaya lainnya seperti aksi-aksi solidaritas Palestina berupa: demonstrasi, longmarch, bedah buku, seminar, pendakian gunung, gowes sepeda, daurah, dan sebagainya. Al-Aqsa Haqquna!!!
Baca Juga: Pembebasan Baitul Maqdis: Perspektif Geopolitik dan Spiritual Islam
*Mi’raj News Agency (MINA)*