Hijrah, sebuah istilah yang berasal dari sejarah Islam, telah mengalami transformasi makna yang signifikan di era kontemporer.
Pada awalnya, hijrah merujuk pada peristiwa bersejarah ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para pengikutnya berpindah dari Mekah ke Madinah untuk menghindari penganiayaan dan mencari lingkungan yang lebih kondusif bagi perkembangan ajaran Islam. Namun, dalam konteks modern, khususnya di Indonesia, konsep hijrah telah berkembang menjadi fenomena sosial-keagamaan yang kompleks dan multidimensi.
Hijrah zaman now dapat didefinisikan sebagai sebuah proses transformasi diri yang melibatkan perubahan gaya hidup, cara berpakaian, dan pola pikir seseorang menuju praktik keagamaan yang dianggap lebih baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada aspek spiritual, tetapi juga mencakup dimensi sosial, ekonomi, dan budaya. Popularitas konsep hijrah di kalangan generasi muda Indonesia telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh berbagai faktor termasuk perkembangan teknologi informasi dan media sosial.
Salah satu aspek penting dari hijrah zaman now adalah perubahan penampilan fisik. Bagi perempuan, hal ini sering kali ditandai dengan keputusan untuk mengenakan hijab atau jilbab, serta pakaian yang lebih tertutup dan longgar.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Sementara bagi laki-laki, perubahan ini mungkin terlihat dalam bentuk memelihara jenggot atau mengenakan pakaian yang dianggap lebih islami, seperti gamis atau celana cingkrang. Namun, penting untuk dicatat bahwa perubahan penampilan ini hanyalah satu aspek dari proses hijrah yang lebih luas dan mendalam.
Dimensi spiritual dari hijrah zaman now melibatkan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan praktik keagamaan. Ini dapat mencakup peningkatan frekuensi ibadah, seperti shalat lima waktu dan puasa sunah, serta upaya untuk mempelajari Al-Qur’an dan hadits secara lebih mendalam. Banyak individu yang menjalani hijrah juga aktif mengikuti kajian-kajian keagamaan, baik secara langsung maupun melalui platform digital seperti YouTube dan Instagram.
Aspek sosial dari hijrah zaman now tercermin dalam perubahan lingkaran pergaulan dan aktivitas sosial. Individu yang berhijrah cenderung mencari komunitas yang selaras dengan nilai-nilai dan praktik keagamaan mereka yang baru.
Hal ini dapat melibatkan bergabung dengan kelompok-kelompok kajian Islam, organisasi dakwah, atau komunitas online yang berfokus pada topik-topik keislaman. Perubahan ini sering kali disertai dengan pemutusan hubungan atau pengurangan interaksi dengan lingkungan sosial sebelumnya yang dianggap tidak sejalan dengan gaya hidup islami yang baru diadopsi.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Dalam konteks ekonomi, hijrah zaman now telah memunculkan berbagai peluang bisnis baru yang berfokus pada produk dan layanan halal dan syariah. Ini mencakup industri fashion muslim, kosmetik halal, makanan dan minuman halal, serta layanan keuangan syariah. Banyak individu yang berhijrah juga memilih untuk beralih ke pekerjaan atau usaha yang dianggap lebih sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, seperti menghindari transaksi yang melibatkan riba atau produk-produk yang diharamkan dalam Islam.
Peran Medsos
Fenomena hijrah zaman now tidak terlepas dari peran media sosial (medsos) dan teknologi digital. Platform seperti Instagram, YouTube, dan TikTok telah menjadi sarana utama bagi para influencer dan tokoh agama untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah dan inspirasi hijrah.
Konten-konten ini sering kali dikemas dalam format yang menarik dan mudah dicerna oleh generasi muda, seperti video pendek, infografis, atau quotes inspiratif. Hal ini telah berkontribusi pada popularisasi dan normalisasi konsep hijrah di kalangan milenial dan generasi Z.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Meskipun hijrah zaman now telah membawa dampak positif bagi banyak individu dalam hal peningkatan spiritualitas dan moralitas, fenomena ini juga tidak lepas dari kritik dan kontroversi. Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa pemahaman hijrah yang terlalu dangkal dan fokus pada aspek-aspek superfisial dapat mengarah pada sikap eksklusivisme dan intoleransi. Ada juga kekhawatiran bahwa gerakan hijrah dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi ekstremis.
Salah satu tantangan dalam memahami dan mengevaluasi fenomena hijrah zaman now adalah keragaman interpretasi dan praktik di antara para pelakunya. Sementara beberapa individu memaknai hijrah sebagai proses perbaikan diri yang holistik dan berkelanjutan, yang lain mungkin lebih fokus pada aspek-aspek tertentu seperti penampilan atau ritual ibadah. Keragaman ini mencerminkan kompleksitas dan dinamika Islam di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor historis, kultural, dan sosial-politik.
Dalam konteks yang lebih luas, fenomena hijrah zaman now dapat dilihat sebagai bagian dari tren global Islamic revival atau kebangkitan Islam. Tren ini ditandai dengan meningkatnya kesadaran dan identitas keislaman di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara dengan populasi Muslim minoritas. Namun, penting untuk memahami bahwa manifestasi tren ini di Indonesia memiliki karakteristik unik yang dipengaruhi oleh konteks lokal dan sejarah panjang Islam Nusantara.
Aspek gender juga menjadi dimensi penting dalam analisis fenomena hijrah zaman now. Beberapa pengamat berpendapat bahwa gerakan hijrah cenderung lebih menekankan perubahan pada perempuan, terutama dalam hal penampilan dan perilaku sosial. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang potensi penguatan atau justru pengekangan peran perempuan dalam masyarakat. Di sisi lain, banyak perempuan yang menjalani hijrah melihat proses ini sebagai pemberdayaan dan penemuan kembali identitas diri mereka.
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
Dari perspektif psikologi sosial, hijrah zaman now dapat dipahami sebagai bentuk pencarian identitas dan makna hidup di tengah kompleksitas dan ketidakpastian dunia modern. Bagi banyak individu, khususnya kaum muda, hijrah menawarkan kerangka moral dan spiritual yang memberikan arah dan tujuan hidup. Namun, penting untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa beberapa individu mungkin terdorong untuk berhijrah karena tekanan sosial atau keinginan untuk diterima dalam komunitas tertentu, bukan semata-mata karena motivasi spiritual yang murni.
Dalam ranah pendidikan, fenomena hijrah zaman now telah memunculkan diskusi tentang pentingnya literasi agama yang kritis dan komprehensif. Ada kebutuhan untuk mengembangkan pendekatan pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada aspek ritual dan hukum, tetapi juga menekankan pemahaman kontekstual, nilai-nilai etika universal, dan kemampuan berdialog dengan berbagai perspektif. Hal ini penting untuk memastikan bahwa proses hijrah tidak mengarah pada sikap eksklusif atau pemahaman agama yang sempit.
Melihat ke depan, perkembangan fenomena hijrah zaman now kemungkinan akan terus berlanjut dan berevolusi seiring dengan dinamika sosial-budaya dan teknologi. Tantangan bagi para pemikir, pendidik, dan pemimpin masyarakat adalah bagaimana mengarahkan energi positif dari gerakan hijrah ini menuju pembangunan masyarakat yang lebih inklusif, toleran, dan berkemajuan, sambil tetap menghormati keragaman interpretasi dan praktik keagamaan. Diperlukan dialog yang konstruktif antara berbagai pihak untuk memastikan bahwa konsep hijrah dapat berkontribusi positif terhadap pembangunan karakter individu dan kohesi sosial di Indonesia. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta