Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Pekan ini kita memasuki pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban). Ini berarti, beberapa hari lagi, kita akan berjumpa dengan bulan agung nan mulia, bulan suci Ramadhan.
Kita tentu berharap dapat berjumpa dengan hari-hari bulan suci Ramadhan, dan dapat menjalankan ibadah penuh berkah di dalamnya.
Harapan ini begitu besar karena salah satu keutamaan bulan suci Ramadhan disebut sebagai bulan pembakaran dosa-dosa.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ramadhan, sesuai asal katanya dari bahasa Arab yang artinya panas membakar.
Panas membakar bisa berasal dari sinar matahari yang menyengat ke bumi. Sejarahnya, orang-orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya.
Datangnya bulan Ramadhan masa itu bertepatan dengan masa panas akibat sengatan terik matahari. Apalagi bagi pejalan kaki di atas padang pasir. Maka dinamakan bulan Ramadhan.
Ramadhan bermakna panas membakar juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa seolah tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan dan minum seharian. Apalagi yang belum terbiasa berpuasa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Panas membakar bulan Ramadhan bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan hikmah untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia.
Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan yang mulia ini ruhiyah dan jasmaniyah umat Islam dibakar, ditempa, serta digembleng dengan berbagai amaliyah Ramadhan. Ini semua agar hawa nafsu syahwat dan nafsu keduniaan, tertundukkan dan terkendalikan, dan lumuran dosa-dosanya terkikis habis.
Sebagaimana dijanjikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’Anhu).
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Hingga seusai Ramadhan tercapailah derajat takwa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sesuai dengan jani Allah, “La’allakum tattaquun,” (QS Al-Baqarah 183).
Karena itu, mulai pertengahan bulan Sya’ban ini, alangkah baiknya jika kita memulai membiasakan melaksanakan ibadah dan amal kebajikan. Sehingga nanti pada masa memasuki bulan suci Ramadhan, kita sudah terbiasa melakukannya.
Mulai dari berlatih berpuasa pada bulan Sya’ban ini, kemudian membiasakan shalat fardhu berjama’ah, menambah dengan shalat sunah, terutama shalat malam (tahajud). Juga memperbanyak bertadarus Al-Quran, berdzikir dan berdoa, serta menggemarkan infak dan sedekah, serta berbagai kebaikan di dalamnya.
Mengisi hari-hari berjalan dengan membaca berbagai referensi tentang hal-hal yang terkait dengan ibadah pada bulan Ramadhan. Tentu ini akan sangat baik, agar memasuki bulan suci Ramadhan nanti bisa mengisinya dengan berbagai amal ibadah dengan maksimal.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Bertahap, mulai meninggalkan dan menjauhi segala dosa dan kemaksiatan, akan menjadikan jiwa lebih lapang menyambut bulan suci Ramadhan. Sehingga kehadiran bulan suci Ramadhan, benar-benar dapat kita sambut dengan kesucian jiwa dari berbagai dosa dan kemaksiatan.
Harapan terbesarnya, melalui bulan suci Ramadhan Allah berkenan manghapusan dosa-dosa kita, melipatgandakan amal ibadah kita, dan memasukkan kita ke surga-Nya. Aamiin. (A/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang