Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Inilah Sumpah Pemuda yang hingga kini abadi dan terus diingat, semangat yang dulu berkobar, masihkah terasa hingga sekarang?
Sejarah Singkat Sumpah Pemuda
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Seorang peneliti dan Sejarawan, Tiar Anwar Bachtiar, M.Hum bercerita singkat tentang sumpah pemuda, “Sumpah Pemuda” pada 28 Oktober 1928 sebenarnya hari terakhir Kongres Pemuda ke-2. Kongres pemuda pertama diselenggarakan sekitar tahun 26, dan tahun 28’ kumpul kembali. Para pemuda ini melihat gerakan pemuda dari berbagai daerah seperti Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Java, Jong Sumatera, juga seperti Jong Islamieten Bond (JIB) dan menginspirasi sebagian pemuda seperti Moh. Hatta, Yamin, Soekarno, termasuk Natsir juga dan lain-lain yang merasa harus berkumpul dan dikumpulkan pada suatu kongres.
Rapat pada kongres itu sampai menghasilkan sebuah keputusan yaitu memberikan nama, apa sebenarnya yang mereka perjuangkan. Selama ini, mereka memperjuangkan yang sifatnya parsial. Harus diberi nama apa yang mereka perjuangkan.
Akhirnya, populer nama ‘Indonesia’ dari kongres pemuda itu. Nama Indonesia dikenal sebelumnya hanya pada kalangan pelajar, khususnya mahasiswa Indonesia di Belanda yang mempelajari ilmu geografi, ada istilah ‘indo nesos’ (kepulauan Hindia), juga dalam pelajaran biologi, maka para pelajar ini mengusulkan nama ‘Indonesia’ dalam kongres.
Mula-mula terjadi korespondensi mahasiswa Indonesia di Belanda, dengan mahasiswa Indonesia di Mesir. Akhirnya ketika mereka pulang ke Indonesia, dipatenkan nama Indonesia untuk menyebut apa yang mereka perjuangkan berupa tanah air, Indonesia. Bangsa (nation) Indonesia, sekalipun penamaan baru ini agak absurd, dan bahasa melayu sekalian saja dinamakan bahasa Indonesia.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Yang menarik dan rumit di sini ialah nation atau bangsa yang sebenarnya merujuk konsep kebudayaan. Mereka para pemuda berkeinginan dalam keragaman etnis, disatukan dalam budaya Indonesia. Lalu apa itu kebudayaan Indonesia? Jadi disimpulkan seperti hanya penjejeran etalase dari kebudayaan-kebudayaan yang ada, disebutlah kebudayaan Indonesia.
Hal ini dapat menimbulkan dengan kebudayaan komunitas lain. Misal, ada ditemukan batik dan reog di Malaysia. Ini bukan persoalan Indonesia dan Malaysia! Sejak lama, orang–orang Ponorogo ada yang pindah ke Malaysia, dan akar kebudayaannya tetap Ponorogo, bukan Indonesia. Karenanya, bangsa ini istilah politik saja, yang hari ini mewujudkan Indonesia dalam kebudayaan.
Semangat Nasionalisme Yang Tidak Berlebihan
Sumpah pemuda ini, dianggap manjur untuk melumpuhkan gerakan-gerakan separatis yang akan mengganggau keamanan Negara dengan semangat nasionalisme. Semangat ini dapat diterapkan dengan tidak berlebihan, karena bagaimanapun kita hidup di bumi Indonesia ini.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Para pejuang terdahulu, berjuang melawan penjajah tentu ingin mempertahankan wilayahnya, namun sebagai muslim, pejuang kita seperti Diponegoro, M. Natsir, Agus Salim, Bagus Hadikusumio, Kasman Singodimedjo menganggap bahwa kebenaran lebih mereka cintai dalam membela bangsa dengan menegakkan nilai-nilai Islam.
Mereka adalah orang-orang yang berjuang bagi Negara, ikhlas dalam membelanya dan sangat paham tentang nasionalisme, namun perbedaannya adalah asas nasionalisme Islam adalah aqidah Islamiyah, sementara penyeru nasionalisme murni berhenti hanya sebatas negaranya saja.
Ketika sumpah pemuda yang menggagas sumpah nasionalisme, yang hanya terbatas pada tempat tertentu , maka dalam Islam, rasul telah menjelaskan bahwa ada sumpah yang sangat agung dibanding sumpah pemuda, yaitu bersumpah penghambaan hanya kepada Allah saja. Sebuah kalimat yang teguh, kalimat Tauhid, kalimat yang menjadikan orang-orang yang mencetak sejarah, pemuda-pemuda yang mengubah sejarah, pemuda-pemuda yang rabbani, mencetak pemuda harapan dunia.
Aqidah mempersatukan hati-hati orang mukmin, jika kita lihat proses tarbiyah Rasulullah bagaimana ketika beliau mempersiapkan para pemuda dengan aqidah yang benar, karena memang generasi mereka yang akan memegang tampuk kepemimpinan kedepan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Sumpah Pemuda, mengajak kita berpikir, bahwa pentingnya peran pemuda, mengingat bahwa ternyata ada sumpah yang jauh lebih agung, tidak hanya terbatas pada suku, bangsa,dan wilayah tetapi sumpah kepada sebuah kebenaran. Melihat generasi-generasi lalu, agaknya kita dapat mengambil pelajaran, bahwa peran pemuda sangatlah penting. Sampai-sampai nanti Allah akan mempertanyakan usia muda kita dihabiskan untuk apa? Dan ini tentunya akan kita jawab suatu saat nanti.
Memaknai Sumpah Pemuda
Pemuda, begitu banyak makna dan arti yang dapat ditafsirkan dalam satu kata tersebut. Banyak orang manafsirkan tentang pemuda, ada yang menilai dengan kebaikan dan tidak sedikit pula yang menilai dengan keburukan yang diakibatkan oleh sikap dan perilaku pemuda.
Di jaman yang semakin modern ini ditandai dengan begitu pesatnya kemajuan dunia teknologi , tidak sedikit orang mengkhawatirkan keberadaan pemuda. Banyak pemuda terjerumus dalam keburukan dan kemaksiatan walaupun masih banyak pula pemuda yang mampu membuktikan dirinya untuk berprestasi dan melakukan hal-hal kreatif serta positif dalam mengisi hidup dan kehidupan ini. Akan tetapi, berita yang lebih banyak tersiar dalam media massa baik media cetak maupun media elektronik adalah sisi keburukan. Sehingga hal ini menimbulkan kekawatiran dari berbagai kalangan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kemajuan teknologi, dalam hal ini teknologi digital semakin menambah citra buruk pemuda. Begitu banyak beredar video, gambar atau artikel yang berisi dengan kemaksiatan dan keburukan. Yang memprihatinkan adalah bahwa pelaku utama yang paling banyak adalah pemuda. Bagaimana nasib bangsa ini bila para pemuda sebagai penerus perjuangan dan pengemban tanggung jawab tumbuh kembangnya bangsa ini memiliki sikap dan peri laku yang penuh dengan kemaksiatan. Banyak generasi muda yang tenar melalui kreatifitas mereka dalam mengekspresikan suatu kondisi dengan membuat video lipsync, seperti Dubsmash, atau membuat Video di Instagram, hal ini membuat mereka menjadi icon yang dikenal diseluruh bumi nusantara ini bahkan sampai ke mancanegara. Dan lebih jauh lagi, dengan kreatifitas tersebut mereka bisa menghasilkan sesuatu hal yang berarti khususnya bagi mereka yaitu ketenaran dan materi.
Namun, perlu kita sadari dan pahami bahwa pencapaian yang sebenarnya bukanlah ketenaran dan materi semata. Akan tetapi, pencapaian hakiki adalah bagaimana kita menjadi manusia seutuhnya yang mampu melaksanakan perintah-Nya dan mampu menjauhi larangan-Nya. Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.
Selain semangat para pemuda Indonesia yang tertuang dalam semangat Sumpah Pemuda, patut menjadi renungan dan landasan bagi para pemuda bagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan contoh pendidikan dan pembelajaran dalam membendung diri mereka dari kemaksiatan yang terjadi di kalangan masyarakat serta penyelamatan akidah tauhid.
Allah berfirman,
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo`a: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)”.” (Al-Kahfi: 10)
Para pemuda, bahkan kita dapat mengambil hikmah dari ayat tersebut bagaimana usaha yang harus dilakukan untuk menghadapi segala bentuk kemaksiatan yang terjadi di kalangan masyarakat saat ini. Bukan berarti kita harus mengasingkan diri, menyepi dan menjauh dari kehidupan ini. Akan tetapi, hikmah yang patut kita ambil adalah bagaimana usaha positif dalam memanfaatkan perkembangan teknologi sebagai ladang dakwah dan amal ibadah kita. Kita mampu berdakwah dan memberikan contoh positif melalui media webcam ataupun video recorder walaupun dari kamar sempit yang kita miliki.
Walaupun dibatasi oleh dinding yang kokoh, tembok yang tebal serta ruang dan waktu yang tidak terukur, akan tetapi hal ini tidak menjadikan halangan untuk bisa memberikan sesuatu hal yang positif khususnya bagi negeri ini yang tidak dibatasi oleh ras, suku atau agama.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Kita bisa memanfaatkan fasilitas jejaring sosial yang sedang berkembang saat ini untuk saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan sebagaimana Allah berfirman, “Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2).
Sebagai umat Islam yang dirahmati Allah, mari kobarkan semangat Sumpah Pemuda ini untuk para penerus bangsa dengan berbuat kebaikan dan menghasilkan kreatifitas positif yang berarti untuk kemajuan umat Islam di negeri ini bahkan hingga ke luar negeri.(T/P006/R05)
(Disarikan dari berbagai sumber)
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)