Oleh: Rendy Setiawan, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Dalam literatur Islam, kemajuan ilmu pengetahuan berbanding lurus dengan perhatian dan pengamalan perintah membaca dan menulis. Dengan kata lain, semakin banyak kegemaran membaca umat Islam, kian tinggi peradaban Islam, begitu pula sebaliknya. Perintah tentang dua aktivitas ini (membaca dan menulis) terkandung dalam Al Qur’an surat yang pertama kali turun, Surat Al-‘Alaq.
Membaca, jika yang dimaksud adalah kata ‘Iqra’ sebagaimana termaktub dalam Surat Al-‘Alaq tersebut, tidak hanya menunjuk pada kegiatan mengeja ‘huruf, kata atau kalimat’ sebagaimana umum dipahami dan dilakukan oleh kaum Muslimin belakangan ini.
Namun, membaca merupakan kata sekaligus sebuah kosep penting yang memiliki makna luas dan mendasar dan menjadi kunci kelahiran serta perkembangan tradisi keilmuan dalam Islam. Karena persinggungan peradaban Islam dengan peradaban lain telah terjadi sejak masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Maka perintah Iqra’ tetap up to date hingga hari ini, khususnya dalam merespon masuknya doktrin-doktrin kajian kaum orientalis (Orang Barat yang mengkaji tentang ke-Timuran) dalam studi ilmu-ilmu ke-Islaman.
Membaca, sebagai aktivitas menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan sebagainya, yang tidak lepas dari pandangan hidup Islam. Sejatinya, berbicara tentang hakikat Islam. Sebab perintah tersebut berbicara tentang asas, proses, sumber, objek ilmu dan segala hal yang berhubungan dengan ilmu dan keilmuan.
Al-Qur’an Sebagai Sumber Ilmu
Tidak disangsikan lagi, Al Qur’an, salah satu sumber utama dalam setiap displin keilmuan, menjawab setiap problematika yang tengah dihadapi para pemikir-pemikir, baik dari pemikir Islam, maupun pemikir Barat, betapa tidak? Hal itu karena perintah membaca terkandung dalam Al Qur’an yang mengandung konsep tentang aspek-aspek kehidupan termasuk ilmu. Sehingga, wahyu menjadi satu-satunya sumber dan asas bagi aktivitas membaca dan menulis itu sendiri.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Dalam kondisi seperti itu, tradisi intelektual dalam sejarah peradaban Islam dapat hidup dan berkembang secara dinamis. Hal itu menunjukkan bahwa jika saja kegiatan membaca sebagai implementasi dari perintah Iqra’ terlepas dari bimbingan Allah dan wahyu-Nya, maka tidak akan ada perkembangan intelektual dan ilmu secara signifikan, apalagi sebuah peradaban kokoh sebagaimana yang telah dicapai Islam.
Sejarah keilmuan dalam Islam membentuk komunitas ilmuwan, dimana wujudnya dalam sejarah perkembangan peradaban Islam adalah berdirinya kelompok belajar Ashab Al-Suffah di Madinah.
Di situ kandungan wahyu dan hadis-hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara efektif dikaji. Inilah tonggak awal tradisi intelektual dan gambaran terbaik sebuah lembaga belajar mengajar dalam Islam. Ribuan hadis berhasil dipelajari dan dicatat oleh mereka yang belajar kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka tak heran, sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lahirlah para sahabat besar yang hafal ribuan hadis seperti Abu Hurairah, Abu Dzar Al-Ghifari, Salman Al-Farisi, ‘Abdullah ibn Umar, ‘Abdullah ibn Mas’ud dan lainnya.
Walaupun dalam bentuk yang berbeda, namun kegiatan pengkajian wahyu dan hadis tersebut terus dilakukan oleh generasi selanjutnya hingga hari ini.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Jika kita mau menganalisa Surat Al-‘Alaq: 1-5, maka aktivitas meneliti, membaca, memahami, dan segala hal yang berkaitan dengan keilmuan harus dilakukan secara berkelanjutan. Hal ini Allah Ta’ala isyaratkan dengan pengulangan kata Iqra’ pada ayat ketiga dari Surat Al-‘Alaq setelah penyebutan pada ayat yang pertama.
Sebagian ulama mengatakan, pengulangan perintah tersebut karena membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa melainkan setelah dilakukan berulang-ulang dan bahkan dibiasakan yang berfungsi sebagai penguat memori otak kita.
Manfaat Membaca
Membaca adalah salah satu aktivitas yang memiliki segudang manfaat. Sedikitnya ada beberapa manfaat yang dapat saya uraikan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Pertama, Melatih Kemampuan Berpikir
Otak ibarat sebuah pedang, semakin diasah akan semakin tajam. Kebalikannya jika tidak diasah, juga akan tumpul. Apakah alat yang efektif untuk mengasah otak? Jawabannya adalah membaca.
Dengan membaca, otak akan bertambah kuat. Bacalah buku sebanyak mungkin. Menurut para ahli, keuntungan dari membaca buku dapat memberikan dampak yang menyenangkan bagi otak kita. Membaca juga membantu meningkatkan keahlian kognitif dan meningkatkan perbendaharaan kosakata.
Kedua, Meningkatkan Pemahaman
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Contoh nyata dari manfaat ini banyak dirasakan oleh siswa maupun mahasiswa. Di mana membaca dapat meningkatkan pemahaman dan memori, yang semula tidak mereka mengerti menjadi lebih jelas setalah membaca.
Logika sederhana saja, sebagai pengalaman penulis pribadi, tidak mungkin siswa atau mahasiswa memahami materi pelajaran/kuliah kalau mereka tidak membaca. Dari sini jelas bahwa membaca sangat berperan dalam membantu seseorang untuk meningkatkan pemahamannya terhadap suatu bahan/materi yang dipelajari.
Ketiga, Menambah Wawasan dan Ilmu Pengetahuan
Manfaat yang satu ini tidak bisa disangsikan lagi. Betapa tidak? Dengan membaca, anda akan mengetahui dunia. Ada pepatah mengatakan, “Jika engkau ingin mengenal dunia, maka mulailah membaca. Dan jika engkau ingin dikenal dunia, maka mulailah menulis.”
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dengan membaca pula, kita akan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai pergaulan dan tetap bisa bertahan dalam menghadapi gejolak zaman.
Dan tentu, dari manfaat yang telah disebutkan, itu hanyalah sebagian kecil dari manfaat membaca. Akan ada manfaat lain yang akan kita rasakan ketika kita telah memahami urgensi dari membaca. (P011/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang