Oleh: Imam Shamsi Ali/ Presiden Nusantara Foundation, New York.
Sejak sebulan terakhir ini Nusantara Foundation sedang sibuk-sibuknya menangani sebuah kegiatan monumental, Program Kepemimpinan Global atau Global Leadership Program. Program yang biasa disingkat dengan GLP ini diadakan sebagai sebuah kerjasama antara Nusantara dan ICM (Insan Cendekia Madani), sebuah sekolah unggulan di Serpong.
Sebenarnya kegiatan GLP ini bukan sesuatu yang baru. Justeru program yang berlangsung antara bulan Oktober dan Nopember saat ini adalah angkatan kelima (Batch 5). Empat angkatan yang lalu berlangsung sejak tahun 2016 lalu. Setiap angkatan diikuti oleh maksimal 12 orang peserta.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Durasi program yang disepakati bersama Nusantara dan ICM adalah dua bulan. Namun demikian Nusantara membuka diri kepada institusi-institusi lain untuk mengadakan program yang sama dengan durasi (jangka waktu) yang berbeda. Saat ini selain dua bulan, Nusantara juga menawarkan program untuk jangka sebulan (30 hari) dan dua minggu (14 hari).
Latar belakang
Program kepemimpinan global atau GLP ini berawal dari sebuah pemikiran atau tepatnya sebuah dorongan kenyataan bahwa dunia kita saat ini adalah dunia yang mengglobal (globalized world). Sebuah realita dunia yang sangat berbeda dari masa lalu.
Di antara sekian banyak karakter dunia global barangkali ada tiga yang karakter dominannya.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Pertama, bahwa dunia global kita saat ini dipaksa untuk berada dalam sebuah ruang “kecepatan” (speed) yang luar biasa. Karakter kecepatan ini didukung penuh oleh kemajuan dunia informai, khususnya media sosial.
Kedua, bahwa dunia global juga menciptakan “kompetisi” yang dahsyat dalam hidup manusia, dalam segala aspeknya. Persaingan global ini menimbulkan ragam realita dalam dunia saat ini, termasuk persaingan ekonomi yang semakin terbuka.
Ketiga, bahwa dunia global juga semakin memperkecil (minimize) dinding-dinding pembatas (barriers) di antara manusia. Sehingga sejatinya hampir saja semua manusia hidup di bawah satu atap yang sama. Atau dengan ungkapan lain, kita sedang berada dalam sebuah perahu yang sama di tengah samudra luas.
Ketiga karakter dominan dunia global itu menuntut sikap kejelian dan antisipasi yang tinggi dari generasi muda umat ini. Sebab mau atau tidak, senang atau benci, semua tanpa kecuali masuk dalam lingkaran dunia seperti yang disebutkan di atas.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Oleh karenanya hanya dua kemungkinan yang akan terjadi di hadapan kita. Ikut menjadi pemain dan menenukan arah dunia kita. Atau sebaliknya menjadi pasif dan menjadi korban dalam lipatan perubahan yang terjadi dengan sangat drastis itu.
Di sinilah program kepemimpinan global ini memainlan peranan sigjifikannya dalam mempersiapkan generasi yang mampu mengantisipasi berbagai perubahan dunia global itu.
Generasi yang mampu mengantipasi “kecepetan” informarsi dengan segala konsekwensinya. Generasi yang tidak akan tergilas oleh kecepatan itu. Sebaliknya akan mampu mengendalikan kecepatan itu untuk membangun dunia yang lebih baik.
Generasi yang juga mampu membangun kesiapan dalam diri untuk mengambil bahagian dalam kompetisi dunia yang ganas itu. Generasi yang tidak hanya akan menjadi objek. Tapi mengambil bagian dalam kompetisi dan menang.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Dan generasi yang bangga dengan diri dan identitasya. Tapi juga generasi yang sadar bahwa dunia semakin kecil dan manusia memiliki tanggung jawab yang sama untuk menjaganya. Menyadari bahwa dunia ini adalah rumah bersama manusia.
Singkatnya Program kepemimpinan global ini bertujuan untuk membangun generasi yang berwawasan global. Yang dalam bahasa klasiknya adalah membentuk generasi yang tidak lagi berkarakter “bagaikan katak di bawah tempurung”.
Motto yang kami pakai untuk menyimpulkan tujuan dari program ini adalah “bagaikan pohon yang baik. Akarnya kokoh dan rantingnya tinggi ke atas langit. Memberikan buah-buahnya dengan izin Tuhannya”.
Akar kokoh berarti solid pada identitas unggulan (Islam). Ranting tinggi berarti luas wawasan, pergaulan dan networking. Memberikan buah berarti menjadi manusia yang siap memberikan manfaat dan membangun peradaban manusia.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Program utama
Selama menjalankan program ini peserta mendapat kesempatan untuk mengikuti berbagai program atau aktifitas yang telah disiapkan. Aktifitas-aktifitas tersebut mencakup kegiatan yang berwawasan keilmuan, kerohaniaan, dan juga mentalitas dan fisik.
Dengan hadirnya proyek pondok pesantren Nusantara di Amerika memungkinkan bagi para peserta untuk merasakan “nyantri” di Amerika. Di sana mereka tinggal dan menikmati ragam kegiatan kerohaniaan, termasuk qiyamullail dan ragam kegiatan kerohaniaan lainnya.
Di pesantren juga para peserta dapat menikmasi ragam fasilitas olah raga, seperti bola basket, bola volley, cycling (bersepeda), bola kali, atau sekedar jogging (lari) di sekitar pondok yang damai.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Peserta juga berkesempatan bersekolah di sebuah sekolah Islam Amerika. Tujuan utama dari sekolah ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran “global networking”. Di sekolah ini mereka berinteraksi dengan murid-murid dengan latar belakang global.
Di tengah ragam program yang serius dan cukup melelahkan itu, peserta juga berkesempatan melakukan berbagai kegiatan santai seperti mengunjungi tempat-tempat wisata yang terkenal seperti Liberty, Top of the Rock, bermain Ice skeating, dan lain-lain.
Peserta bahkan berkesempatan untuk mengunjungi kota-kota besar di bagian Timur Amerika, seperti Washington DC dengan White House, Capitol Hills, dll. Juga Philadelphia dengan Liberty Bell, dan lain-lain. Termasuk Boston dengan Universitas-universitàs terkenal dunia, seperti Harvard dan MIT.
Bahkan salah satu program yang paling menarik dari kegiatan ini adalah kunjungan edukasi ke berbagai Universitas terkenal Amerika. Pada angkatan kelima ini misalnya peserta telah berkesempatan untuk mengunjungi Harvard, MIT, Columbia, Yale, Hartford Seminary, NYU, Princeton, dan beberapa lagi.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Dari semua kegiatan itu barangkali yang paling unik adalah kegiatan-kegiatan dialog bersama “counterpart” dari kalangan non Muslim. Dengan dialog dan interaksi langsung dengan non Muslim ini, mereka belajar membuka wawasan tentang dunia yang semakin terbuka, dan bagaimana menyikapinya secara bijak.
Tentu tidak terlupakan pembekalan mereka dalam komunikasi dan bahasa Ingggris yang lebih baik. Dan juga pelatihan berdialog dan “delivery” (ceramah) dalam bahasa Inggris yang benar.
Penutup
Walaupun saat ini Nusantara sedang menjalan program kerjasama dengan Insan Cendekia Madani Serpong, Nusantara juga membuka diri untuk bekerjasama dengan sekolah-sekolah atau institusi lainnya.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Saat ini program kerjasama dengan Insan Cendekia Madani berlangsung dua kali setahun. Program bulan Februari-Maret dan Program Oktober-Nopember. Sehingga Nusantara membuka diri untuk bekerjasama dengan sekolah-sekolah lain pada bulan-bulan selain empat bulan tersebut.
Bagi sekolah-sekolah atau institusi-insitusi yang berminat dapat menghubungi Nusantara via VA di +19174152553 atau +1917528-3678. Atau melalui email: [email protected]
Demikian disampaikan sebagai informasi kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Semoga Allah SWT memudahkan semua langkah dakwah kita dalam upaya “li i’laai Kalimatillah”. Amin.
Udara Denver-New York, 11 Nopember 2018
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
(R07/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin