Dinar Uang Masa Lalu dan Masa Depan
Gold; The once and Future Money, Emas; Sebagai Mata Uang Masa Lampau dan Akan Datang. Demikian judul sebuah buku yang ditulis oleh Nathan Lewis (John Wiley & Son, 2007). Seorang senior economist pada sebuah perusahaan Asset Management di New York. Dalam salah satu kesimpulannya dia menulis, “Mungkin perlu waktu beberapa tahun atau beberapa puluh tahun, tetapi era uang kertas perlahan-lahan akan berakhir. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali kembali ke hard currency. Manfaat dari hard currency sungguh luar biasa. System hard currency masa depan akan berdasarkan emas(baca Dinar. pen) sama persis dengan yang terjadi dimasa lampau.”
Johan Nais Bitt seorang futurolog masa kini yang dianggap ‘Dewa’ nya ekonomi modern di dunia Barat, mengatakan, “Monopoli uang kertas yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monopoli uang kertas yang dikeluarkan oleh satu Negara.”
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Bahkan spekulan terkenal George Soros juga meyakini bahwa “Dominasi uang kertas akan berakhir.”Masyarakat tidak akan lagi memercayai mata uang kertas dan akan pindah ke mata uang privat. Yaitu benda-benda (mata uang) riil yang memang memiliki nilai intrinsik.
Dinar dan Dirham Hilang, Kekhilafahan Islam Runtuh
Upaya Barat untuk dapat mengalahkan dan menguasai dunia Islam mereka menggunakan tiga konsep strategis yang dirumuskan oleh seorang Pendeta DR. Samuel Zwemer, seorang Theolog bangsa Inggris dan tokoh orientalis pada akhir abad 19. Tiga konsep itu ialah; pertama, jauhkan umat Islam dari agamanya. Kedua, tumbangkan ke Khilafahan dunia Islam. Ketiga, westernisasi.
Konsep strategis ini dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Attatruk seorang agen Inggris Yahudi Dunamah yang disusupkan ke Turki untuk menghancurkan Khilafah Turki Usmany. Dengan medirikan Gerakan Politik Nasionalis sekuler Al Ittihad wa Al Taraki dengan tiga target utamanya yaitu; pertama, berdaya upaya agar umat Islam tidak bersatu. Kedua, tumbangkan ke Khalifahan Turki Usmany. Ketiga, enjadikan Turki sebagai negara sekuler
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Upaya mereka berhasil tepatnya 3 Maret 1924 M Khilafah Turki Usmany resmi dibubarkan. Turki menjadi negara sekuler, atribut dan simbol Islam dihapus, undang-undang berdasar syariat diganti undang-undang sekuler, penggunaan bahasa arab dan pakaian jilbab dilarang. Inilah musibah terbesar bagi dunia Islam yang dilupakan oleh sebagian besar umat Islam hari ini.
Setelah tumbangnya ke Khilafahan itu maka kekuatan umat Islam tercabik-cabik, negeri-negeri Islam diperebutkan menjadi daerah kolonial (jajahan imperialist Barat), dirampok kekayaannya, dihancurkan budaya dan agamanya.
Termasuk didalamnya dihilangkannya mata uang Dinar dan Dirham di ganti dengan uang kertas. Dikemudian hari ternyata uang kertas sebagai alat tukar berubah menjadi alat untuk menguasai ekonomi umat Islam dengan permainan moneter, hegemoni dan monopoli penggunaan alat tukar oleh negara adidaya dengan mata uang yang tidak memiliki nilai intrinsik. Berapa triliun sudah aset umat di dunia Islam hilang dan menjadi korban spekulasi dan permainan moneter dunia yang dikuasai kaum kapitalis.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa