Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

MEMBANGUN MASYARAKAT BERTABUR RAHMAT

Bahron Ansori - Ahad, 11 Januari 2015 - 13:37 WIB

Ahad, 11 Januari 2015 - 13:37 WIB

832 Views

PemandanganOleh : Ahmad Zubaidi A (Amir Majelis Tarbiyah dan Taklim Jama’ah Muslimin Pusat)

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّيُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ (60)

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya: sedang Allah mengetahuinya, apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”

Cita-cita

Baca Juga: Enam Prinsip Pendidikan Islam

Cita-cita hidup kita di dunia adalah membangun masyarakat muslim yang bertabur rahmat, berwibawa,  kuat, kokoh, yang membawa rahmat bagi seluruh alam. Tetapi juga ditakuti musuh-musuh Allah yang ingin membuat keonaran (dzolim). Masyarakat yang sanggup menegakkan syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk diri, keluarga dan masyarakatnya sebagai bukti kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya. Dinamika kehidupannya siang dan malam bersungguh-sungguhuntuk membumikan Islam sebagai rahmat Allah, jihad fisabilillah. Dengan harapan Allah berkenan mencintai dan ridha kepadanya.

Hubungan Persaudaraan

Hubungan persaudaraan di antara muslimin bagaikan bangunan yang kokoh, dimana satu sama  lain saling kuat menguatkan dan terpimpin menurut manhaj Rasullulah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Khilafah. Hal ini yang menjadi ciri khas dan sangat fundamental. Karena masyarakat sekuat apa pun jika tidak terpimpin  berdasarkan manhaj Rasulullah sering dimisalkan dengan berbagai ibroh.

Al Quran mengibaratkan seperti rumah laba-laba, sangat rapuh. Ada yang mengibaratkan sebagai anak ayam yang kehilangan induknya, kebingungan tak ada perlindungan dari berbagai ancaman yang membahayakan. Almarhum mantan Menteri Agama, Alamsyah Ratu Prawira Negara pernah memisalkan Muslimin saat ini seperti ayam. Apa pun pestanya, ayam yang disembelih. Ada yang mengibaratkan bagikan gunung pasir, setiap saat bisa berantakan bahkan lenyap hanya oleh angin atau badai.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-10] Makanan dari Rezeki yang Halal

Muslimin Belum Menyadari

Muslimin di seluruh dunia sampai hari ini sebagian besar belum menyadari tentang hal ini. Sehingga walaupun jumlahnya cukup besar kaum muslimin tanpa pimpinan berdasarkan syariat (manhaj nubuwwah), keadaannya terombang-ambing kesana kemari tanpa tujuan yang benar. Bahkan menjadi obyek permainan kafir dan musuh Allah lainnya, mayat-mayatnya bergelimpangan terinjak-injak hina oleh musuh diberbagi belahan dunia.

Persiapan

Lalu persiapan apa yang harus disiapkan kaum muslimin agar kokoh, kuat seperti bangunan yang saling mengutkan itu? Ada 3 hal yang harus dipersiapkan yaitu:

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Pertama, persiapan membangun dirinya sendiri. Setiap mukmin harus memiliki rencana yang jelas, apa yang akan dilakukannya dan semua yang dilakukan itu tidak lepas dari ibadah kepada Allah SWT.

Kedua, persiapan membangun keluarga. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun tarbiyah, baik di rumah maupun di sekolah-sekolah dengan tarbiyah yang diajarkan Rasullullah SAW. Kemudian secara kemasyarakatan dibangun dengan taklim-taklim baik yang dilakukan di rumah-rumah maupun di masjid

Ketiga, kekuatan Qs. Al-Anfal: 60. Mencermati ayat dalam surat Al Anfal ayat 60 tersebut, maka seorang muslim secara perorangan maupun secara jama’i wajib terus berusaha secara maksimal mempersiapkan diri menghadapi musuh berupa kekuatan pisik, alat-alat berupa kendaraan, maupun persenjataan termasuk ekonomi. Allah SWT menutup ayat tersebut dengan apa yang engkau infaqkan di jalan Allah pasti akan memenuhi pahalanya tak sedikitpun dikurangi. Mempersiapkan diri, keluarga, masyarakat dalam kekuatan guna menggetarkan musuh sangat strategis. Usaha musuh melemahkan muslimin terus tak disadari, seperti hidup santai, bermewah, pesta, bermaksiat dibungkus hiburan, narkoba, permainan lagho (main-main) masih banyak contoh lain.

Obyek Persenjataan Musuh

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Dari dahulu sampai kapan pun musuh-musuh Allah berusaha mengalahkan mukminin dengan segala kekuatan. Jika muslimin kuat, musuh tak akan dapat mengalahkan, tetapi jika muslimin lemah maka akan terjadi berbagai kehinaan menimpa muslimin karena dikalahkan musuh. Sebagaimana kita lihat kondisi muslimin pada saat ini, kondisi muslimin lemah, tak ada satu imam yang ditaati karena Allah, ukhuwah islamiyah sangat rapuh, mudah dipecah-belah oleh musuh, diadu domba bahkan diciptakan peperangan antara sesama. Tanpa menyadari dijadikan sasaran perdagangan senjata sekaligus  muslimin dijadikan obyekujicobakekuatansenjatamusuh. Seperti yang terjadi di syuriah, palestina, afganistan, Iraqdannegerinegerimuslim lainnya.

Perlunya Pembakaran

Aktivitas yang berat, peristiwa demi pristiwa yang merupakan resiko dakwah, tersebarnya kemaksiatan, menjadi tantangan dalam mempersiapkan kekuatan. Ibarat dalam membangun sebuah bangunan, bahan-bahan yang sangat pokok seperti batu, batubata, besi, semen, pasir dll. Semuanya ini ada dan menjadi ada setelah mengalami pembakaran yang sangat tinggi; besi bisa di bentuk karena dipanaskan sehingga dapat di bentuk sesuai dengan kebutuhan manusia. Semen juga dihasilkan dari pembakaran yang sangat tinggi, begitu juga batu bata yang dibentuk sedemikian rupa kemudian dibakar dengan suhu yang tinggi begitu juga dengan yang lainnya. Semua kekuatan dibangun dengan pembakaran.

Permisalan apa ini…? Seperti halnya Rasullulah mendidik para sahabat ketika diawal-awal Islam tegak, sahabat Nabi Bilal bin Rabah yang di lempar batu di atas padang pasir yang panas oleh tuanya, dipukuli, disiksa, hal ini untuk membuktikan keimannya kepada Allah Ta’ala. Itulah bentuk pembakaran akidah yang di alami dari para sahabat. Ayah ibunya Ammar, yang menjadi syahid justeru menjadi pembakar semangat bagi sahabat yang lain.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Bagaimana dengan kita pada saat ini sudaraku…? Apakah hanya menonton, menuntut, komentar miring seraya membesarkan pembakaran dapur-dapur kita untuk mengasilkan kekenyangan perut semata? Tentu saja tidak kan…?

Maka mari kita bentuk ini dengan memperbanyak ibadah kepada Allah Ta’ala, memperbanyak latihan mental maupun fisik, berdakwah tentang khilafah dsb sebagai usaha pembakaran agar menjadi manusia  yang bertakwa dan dinamis dengan dinamika jihad dalam membumikan rahmat. Dengan demikian masyarakat yang bertabur rahmat dunia akhirat semakin dekat.

Kesimpulan

Pertama, cita-cita kita harus tetap hidup dan senantiasa menyala di dalam hati. Cita-cita itu jangan melenceng, sehingga niat untuk membangun masyarakat bertabur rahmat menjadi mustahil.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Kedua, semuanya membutuhkan persiapan; melalui tarbiyah, taklim, infak 5% dari pendapatan kotor, diluar zakat, dan tathowu serta lainnya dengan ruhul jihad menebar rahmat.

Ketiga, perlunya pelatihan walaupun bersusah payah. Selain itu, harus sanggup menghadapai tantangan dakwah walau berat, karena hal itu hakikatnya adalah pembakaran untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa. Bismillah, insya Allah dengan izin Allah, kita bisa menjadi Hizbullah sejati.(R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Indonesia