Oleh : Abu Ilham AP, Amir Majelis Dakwah Pusat Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Umumnya orang merasa Islam hanya dengan sholat, zakat, haji dst., sementara syariat membangun hubungan antar manusia dan sistem kemasyarakatan hanya dianggap urusan dunia yang boleh berbentuk apa saja.
Islam baru diamalkan dari aspek upacara/ritualnya. Padahal program pertama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam saat hijrah ke Madinah adalah membangun masjid sebagai pusat kepemimpinan dan pembinaan umat, kemudian mempersaudarakan para shahabat Muhajirin (asal Mekah) dengan Anshor (penduduk Madinah).
Atas dasar fondasi kepemimpinan dan ukhuwah tsb beliau membangun masyarakat Islam, Madinah. Madinah adalah masyarakat madani, yang diartikan sebagai masyarakat berperadaban/bermoral, karena dibina untuk mengamalkan syariat dengan utuh (kaffah). Tentu saja di jaman modernpun Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah tetap berlaku bagi muslimin, dengan menegaskan perwujudan amalan-amalan sbb:
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
- Amalkan Islam secara kaffah
Syariat Islam yang Allah turunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah satu kesatuan paket amalan kehidupan yang rahmah bagi umat manusia.
Di dalamnya mengatur tatalaku hablumminallah (doa, dzikir, shalat, haji), maupun hablumminannaas (shadaqah, zakat, berlaku jujur, tolong-menolong, berkasih sayang, nasihat menasihati) hingga berjihad membela tegaknya syariat dan keselamatan umat. Inilah kekaaffahan syariah Islam yang harus diamalkan secara utuh, tidak sepotong-sepotong.
Allah berfirman: Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, masuk-lah kamu ke dalam Islam secara keseluruh-an, dan janganlah kamu turut langkah2 setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS Al-Baqarah [2]: 208).
- berjamaah.jpg">berjamaah-300x178.jpg" alt="berjamaah" width="300" height="178" />Amalkan Islam secara berjama’ah
Manusia adalah mahluk sosial (berjama’ah), tidak mampu hidup sendiri. Naluri manusia mendorong untuk hidup bersama saling mengisi kebutuhan dan kekurangan masing-masing.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Muslimin sedunia adalah satu umat (ummatan waahidah), yang berikatan ukhuwwah, yang saling menasihati dan saling peduli. Mereka satu komunitas umat dunia yang tidak terpisahkan oleh perbedaan suku, bangsa dan negara.
Allah berfirman: Artinya: “Berpegang-eratlah kalian dengan tali Allah secara berjama’ah dan janganlah kalian berpecah-belah/bergolong-golongan”. (QS Ali Imran [3]: 103).
Allah berfirman: Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan seperti sebuah bangunan yang tersusun kokoh”. (QS Ash-Shof: 4).
- Mengangkat pemimpin umat
Kepemimpinan dalam kehidupan manusia merupakan keharusan yang tidak bisa dielakkan. Tanpa pimpinan masyarakat akan kacau dan tidak jelas arah kehidupannya. Maka Allah yang Maha Mengetahui telah mewajibkan umat Islam mentaati Ulil Amri, selain Allah dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Allah berfirman: Artinya: “Wahai orang2 yg beriman, taatlah kpd Allah, dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri di antara kalian”. (QS An-Nisa [4]: 59).
Ulil Amri diantara orang-orang beriman atau Khalifah bukanlah jabatan politis melainkan sebagai penerus kepemimpinan Nabi, yang memimpin umat Islam sedunia dalam beribadah kepada Allah.
Tanpa Khilafah maka umat Islam seperti ayam kehilangan induknya, terpecah-belah dan tertindas tanpa daya. Syariat tanpa Ulil Amri, tidak bedanya ada Undang-undang tapi tanpa pemerintah. Siapa yang memimpin?
Maka bai’at umat kepada Ulil Amri/Khalifah sebagaimana Khulafaur Rasyidin, adalah wujud kepahaman umat atas wajib adanya pimpinan umat (Ulil Amri}, sebagaimana perintah Allah dalam S.an-Nisa 59. Muslimin agar introspeksi, apakah sudah kaffah?
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Allah juga mengingatkan: Artinya: “Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”. (QS Al-Kahfi [18]: 104).
Wallahu a’lam. (nur/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin