TAK semua perjuangan mendukung Palestina memang harus dengan senjata. Tak semua pembelaan atas bangsa terjajah, mesti dengan orasi menggelora.
Kadang, sebuah lensa jurnalis yang mengena, lebih tajam dari senjata, dan lebih menyentuh dari kata-kata. Di sudut ruang galeri yang hening, terpajang luka-luka dalam bingkai kering.
Itulah salah satu sudut pameran foto yang diselenggarakan oleh Organisasi Mahasiswa di kamp pengungsi Nahr al-Bared Tripoli, Lebanon utara.
Begitulah salah satu cara Organisasi Generasi Baru (Majd) saat memperingati Hari Nakbah ke-77, pada Senin, 19 Mei 2025.
Baca Juga: Darah di Atas Tanah Suci: Jeritan Palestina di Bawah Langit yang Terluka
Para aktivis mahasiswa yang berasal dari kamp-kamp pengungsian, tetap semangat menggelorakan pameran foto di Sekolah Amqa yang berafiliasi dengan NRWA, dengan mengusung tema, “Palestina di Mata Mahasiswa.”
Dalam pameran yang disiarkan Quds Press, terlihat foto-foto dokumenter dari Gaza yang terjerembab, dari Tepi Barat yang tercekik, dari anak-anak yang tak sempat tumbuh, dari rumah-rumah yang rata dengan tanah, namun semuanya tetap tegak dalam ingatan.
Pameran seni yang tidak sekadar indah, tetapi berani bicara tentang kebenaran yang dibungkam, tentang Nakbah yang jangan terulang, tentang pengusiran yang jangan terjadi lagi, tentang pemindahan paksa yang mengoyak sejarah, tentang kehancuran hidup yang diredam media. Namun semuanya terungkap jernih dalam hitam-putih foto perjuangan.
Mohammed Badr, seorang aktivis Organisasi Mahasiswa Majd di kamp tersebut, berujar semangat bahwa pameran itu bertujuan untuk menanamkan kesadaran akan perjuangan Palestina di benak para mahasiswa dan para pengunjung pada umumnya.
Baca Juga: Kunjungan Transaksional Trump ke Timteng di Tengah Kelaparan Gaza
“Kami ingin berbagai kegiatan nasional dan budaya yang menyasar pemuda dan pelajar dari segala usia, dan berkontribusi dalam membangun kesadaran nasional yang kokoh untuk menolak lupa serta menumbuhkan kepercayaan bahwa perlawanan terhadap penjajahan Zionis Israel itu masih ada.”
Menurutnya, peringatan Nakbah, yang terjadi tanggal 15 Mei 1948, merupakan luka sejarah yang terbuka dalam hati nurani rakyat Palestina, dan tak boleh lupa.
Pameran yang mendapat interaksi luas dari para pelajar, mahasiswa dan warga setempat, bukan sekadar ruang visual, tapi medan kesadaran dan solidaritas.
Gambar-gambar eksklusif seolah hendak merangkul hati yang beku, menghidupkan empati yang nyaris padam.
Baca Juga: Langkah-Langkah Sederhana Menuju Surga
Pameran menjaga agar manusia tak lupa, bahwa di balik statistik dan siaran berita, ada wajah-wajah yang menangis dan berharap.
Pameran seni bukanlah pelarian, tapi ia adalah penjaga nurani melalui setiap karya yang jujur,
Melalui pameran, Palestina menemukan tempatnya untuk bicara, suaranya untuk didengar, dan haknya untuk dibela, oleh siapa pun yang masih memiliki hati nurani dan kemanusiaan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Perjalanan Trump ke Timteng Tak Banyak Bantu Warga Palestina