Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)
Allah berfirman di dalam ayat yang biasanya disampaikan dalam nasihat pernikahan, yaitu :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Rum / 30 : 21).
Ayat ini menjelaskan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah menciptakan manusia berpasang-pasangan secara serasi.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Allah menciptakan berpasangan itu agar mereka merasa ada kecenderungan dan merasa ada ketenteraman. Lalu Allah menjadikan di antara pasangan tersebut rasa cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) sebagai buah dari pernikahan. Sehingga tumbuh ketenangan (sakinah) dalam jiwa dan kehidupan sehari-hari.
Imam Asy-Syaukani di dalam Fathul Qadir menambahkan penjelasan tentang ayat ini, bahwa melalui ikatan pernikahan sebagian manusia condong kepada yang lainnya, yang sebelumnya tidak saling mengenal, tidak saling mencintai dan tidak saling mengasihi. Melalui ikatan suami-isteri itulah maka timbul kecintaan di antara keduanya.
Ibn Katsir di dalam Tafsir Al-Quranul ‘Adzim menjelaskan, bahwa ayat ini menandaskan tentang di antara tanda kebesaran Allah yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya adalah Allah menciptakan wanita yang menjadi pasangan pria, agar tumbuh ketenteraman karenanya.
Kaitan Sakinah Mawaddah Warahmah
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
Pada surat Ar-Ruum ayat 21 tersebut terdapat tiga kata yang saling berkaitan, yaitu : sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Secara bahasa, sakinah artinya tenang, mawaddah artinya mencintai, dan rahmah artinya kasih sayang.
Melalui tali pernikahan, pasangan suami isteri saling condong kepada sebagian lainnya, yang sebelumnya tidak saling mengenal, tidak saling mencintai dan mengasihi. Kemudian timbullah ketenangan dalam jiwa, tumbuh rasa saling mencintai, hingga tertanam kasih sayang di antara keduanya dan seisi rumah tangga.
Karena itulah, maka rasa kasih dan sayang yang tertanam sebagai fitrah Allah di antara pasangan suami-isteri akan bertambah besar, seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Sang suami sebagai kepala rumah tangga, atau dalam hadits disebut dengan “ro’in” (penggembala, pemimpin). Sang suami adalah pemimpin yang memiliki kewenangan mengatur rumah tangganya, tetapi bukan berarti sewenang-wenang, seenaknya tanpa aturan dan tanpa perhatian terhadap seisi rumahnya.
Pemimpin rumah tangga di sini lebih bersifat menuntun seluruh anggota keluarganya menuju ridha Allah, bukan menuntut apa-apa yang menjadi keinginan nafsunya.
Di dalam ayat disebutkan :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ …
Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)….” (QS An-Nisa / 4 : 34).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Pada ayat tersebut disebutkan bahwa “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin” atau “qawwaamuuna”. Kata “qawwaamuuna” artinya adalah melaksanakan tugas secara sempurna dan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, laki-laki yaitu suami atau ayah adalah pemimpin yang mempunyai tugas melaksanakan tugas kepemimpinan di dalam rumah tangganya dengan sebaik-baiknya. Seorang suami atau ayah, ia bukan hanya sekedar memerintah atau menyuruh. Akan tetapi lebih dari itu, yaitu ia memberikan teladan dan arahan kebaikan setiap saat.
Di dalam sebuah hadits juga disebutkan:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar).
Pergaulan yang Baik
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Untuk memperkuat dan mempererat ikatan rumah tangga, yang perlu ditekankan adalah masalah pergaulan yang baik di antara keduanya, pasangan suami isteri di tengah berbagai problematika yang dihadapi. Terlebih saat pandemi saat ini, penuh dengan keterbatasan di berbagai sektor pekerjaan. Pergaulan yang baik tetap harus berlangsung.
Allah mengingatkan kita di dalam ayat-Nya:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [QS Al-Baqarah / 2 : 228].
Tentang pergaulan yang baik, ditegaskan oleh Allah di dalam ayat lain :
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوف
Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka (isteri-isteri kamu) secara patut.”(QS An Nisaa’ / 4 : 19).
Di dalam Tafsir Ibnu Kastir dijelaskan tentang ayat ini, yakni agar para suami memperindah ucapan terhadap mereka (istri). Juga agar memperbagus akhlak serta penampilan sesuai kemampuan. Sebagaimana suami menyukai bila isterinya berbuat demikian, maka suamipun hendaknya berbuat yang sama.
Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menekankan keteladanan itu, seperti dalam sabdanya :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِيْ
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarga (isteri)-nya. Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi).
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Jika terdapat kesalahan atau kekeliruan di pihak isteri misalnya, maka mesti diluruskan karena Allah, dengan baik dan hati-hati.
Seperti tuntunan Nabi.
إِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلْعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلْعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ وَفِيْهَا عِوَجٌ
Artinya : “Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan sungguh bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah yang paling atasnya. Bila engkau ingin meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau ingin bersenang-senang dengannya, engkau bisa bersenang-senang namun padanya ada kebengkokan.” (HR Bukhari dan Muslim).
Laki-laki sebagai suami bagi isterinya dan ayah bagi anak-anaknya merupakan pemimpin di dalam rumah tangga.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
Untuk terus menjaga keluarga sakinah mawaddah warahmah, ada satu doa yang Allah ajarkan di dalam Al-Quran yaitu:
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
Artinya : “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS Furqan/25 : 74).
Semoga keluarga-keluarga kita menjadi keluarga sakinah mawaddah warahmah, dalam ridha Allah.
Semoga dari keluarga kita terlahir pula generasi shalihin-shalihat, yang memberikan menfaat untuk umat, bangsa dan dunia, serta menjadi penegak agama Islam dan pejuang di jalan-Nya. Aamiin. (A/RS2/P1)
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
Mi’raj News Agency (MINA)