Memetik Hikmah dari Kisah Bani Israil

Ilustrasi The Story of Moses (FOTO:Netflix)

Oleh Bahron Ansori, wartawan Kantor Berita MINA

Bani Israel secara harfiah berarti “anak-anak Israel” dan mengacu pada keturunan nabi Yakub AS atau dikenal juga dengan sebutan Israel. Nabi Yaqub merupakan anak dari Nabi Ishaq AS atau cucu dari Nabi Ibrahim AS. Dalam Al-Qur’an, istilah Bani Israel merujuk pada keturunan Nabi Yaqub sebelum zaman Nabi Muhammad SAW, dan belum tentu merujuk pada seluruh keturunannya saat ini.

Bangsa Israel memiliki sejarah yang panjang dan kompleks serta memainkan peran penting dalam sejarah agama dan budaya. Mereka mendapat wahyu dari Allah SWT melalui para nabi dan rasul, termasuk Nabi Musa AS, dan dipercaya untuk menjadi teladan bagi umat manusia.

Namun kaum Israel sering kali mengingkari perjanjiannya dengan Allah SWT dan melakukan berbagai dosa dan keburukan. Akibatnya mereka mendapat hukuman dari Allah SWT dan mengalami berbagai masa perbudakan dan pengasingan. Meskipun demikian, Bani Israel telah memainkan peranan penting dalam sejarah keselamatan. Mereka adalah nenek moyang Yesus Kristus dan dijanjikan akan kembali ke tanah air suatu hari nanti.

Pembangkangan Bani Israil

Bani Israil, keturunan Nabi Yaqub AS, memiliki sejarah panjang. Di balik kisah mereka yang penuh mukjizat dan keistimewaan, terselip pula kisah-kisah pembangkangan yang menjadi pelajaran berharga bagi umat manusia. Berikut beberapa pembangkangan yang dilakukan oleh Bani Israil.

Pertama, menolak perintah Allah SWT. Disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an jika Bani Israil senang sekali melakukan pembangkangan padahal sejatinya mereka sudah menjadi orang yang beriman. Hanya saja karena keimanan mereka masih lemah, setan berhasil menyesatkan. Di antara pembangkangan yang dilakukan seperti berikut ini.

– Membuat patung sapi. Ketika Nabi Musa AS diutus untuk menyampaikan wahyu di Gunung Sinai, Bani Israil justru membuat patung sapi emas untuk disembah, menunjukkan kemusyrikan dan ketidakpatuhan mereka. Hal ini seperti difirmankan Allah, “Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Syuaib berkata, “Wahai Syuaib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, kecuali engkau kembali kepada agama kami.”Syuaib berkata, “Apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak suka? Orang-orang yang mendustakan Syuaib seakan-akan mereka belum pernah tinggal di (negeri) itu. Mereka yang mendustakan Syuaib, itulah orang-orang yang rugi.”  (QS. Al-A’raf: 88-92)

Baca Juga:  Rihlah ke Taman Dinosaurus, Perkuat Iman dan Semangat Hafalan

Menolak memasuki tanah yang dijanjikan. Setelah diselamatkan dari Mesir dan diberi tanah yang dijanjikan, Bani Israil justru ragu dan menolak memasukinya karena ketakutan mereka terhadap musuh. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai kaumku! Masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang yang rugi. Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” (QS. Al-Maidah: 21-24)

Melanggar aturan Sabat. Allah SWT memerintahkan Bani Israil untuk beristirahat di hari Sabat, namun mereka melanggarnya dengan melakukan berbagai aktivitas. Allah Ta’ala berfirman, “Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah.” Nabi mereka menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang juga?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.”  (QS. Al-Baqarah: 246)

Kedua, mengingkari perjanjian. Ini terlihat saat terjadi Perjanjian di Gunung Sinai. Bani Israil berjanji untuk menaati Allah Ta’ala dan para nabi-Nya setelah menyaksikan berbagai mukjizat di Gunung Sinai, namun mereka berkali-kali mengingkari janji tersebut. (QS. Al-A’raf: 171).

Lalu, ada juga Perjanjian dengan Nabi Daud AS. Kala itu Bani Israil berjanji untuk menaati Nabi Daud AS dan mengamalkan hukum Taurat. Namun, mereka mengingkari janji tersebut dan melakukan berbagai dosa. (QS. Al-Anbiya: 7).

Ketiga, menganiaya para Nabi. Bani Israil membunuh Nabi Zakariya AS dan putranya. Mereka membunuh ayah dan anak itu karena Nabi Zakariya AS dan putranya menegur mereka atas kezaliman yang dilakukan. (QS. Al-Anbiya: 3). Mereka melempari Nabi Yahya AS dengan batu karena menegur mereka atas kemaksiatan mereka. (QS. Al-Anbiya: 4). Mereka juga menyalib Nabi Isa AS meskipun mereka tahu kenabiannya. (QS. Al-Nisaa: 157-159)

Baca Juga:  Iran akan Adakan Pilpres Putaran Kedua antara Pezeshkian dan Jalili

Keempat, Bani Israil menyombongkan diri. Mereka sombong karena merasa mereka adalah bangsa yang mulia, superior dan lebih berhak atas rahmat Allah SWT dibandingkan dengan umat lain, menunjukkan kesombongan dan kesombongan mereka. (QS. Al-Maidah: 18). Mereka juga merasa lebih baik dari Nabi Musa AS dan mengkritiknya, menunjukkan kurangnya rasa hormat dan keangkuhan mereka. (QS. Al-Baqarah: 51)

Kelima, berbuat dosa dan kemungkaran. Bani Israil melakukan berbagai dosa dan perbuatan tercela, seperti zina, riba, dan pembunuhan. (QS. Al-Isra’: 28-33). Bani Israil juga menyembah berhala meskipun mereka telah menerima wahyu Allah SWT. (QS. Al-Ahzab: 62). Lalu, Bani Israil juga melakukan riba dan korupsi, menunjukkan keserakahan dan ketidakadilan mereka. (QS. Al-Baqarah: 275-279)

Akibat Pembangkangan

Pertama, terjadi bencana alam. – Wabah: Ketika Bani Israil melanggar aturan Sabat, Allah SWT menurunkan wabah penyakit kepada mereka. (QS. Al-Baqarah: 246).

– Kekeringan dan kelaparan: Bani Israil mengalami kekeringan dan kelaparan ketika mereka mengingkari nikmat Allah SWT dan mengeluh tentang makanan yang mereka terima. (QS. Al-A’raf: 162-163).

– Gempa bumi: Bani Israil mengalami gempa bumi dahsyat ketika mereka membunuh Nabi Zakariya AS dan putranya. (QS. Al-Anbiya’: 3).

Kedua, kekalahan dalam perang. – Kekalahan di Perang Badar: Bani Israil mengalami kekalahan memalukan di Perang Badar melawan kaum Muslim karena kesombongan dan meremehkan kekuatan kaum Muslim. (QS. Al-Anfal: 4).

– Kekalahan di Perang Tabuk: Bani Israil gagal memenuhi janji mereka untuk membantu Nabi Muhammad SAW dalam Perang Tabuk dan dihukum dengan kekalahan dan kehinaan. (QS. At-Taubah: 38-41)

Ketiga, pengusiran dari tanah air. – Pengusiran dari Mesir: Bani Israil diusir dari Mesir setelah berabad-abad hidup dalam perbudakan karena kezaliman Fir’aun dan ketidakpatuhan mereka kepada Allah SWT. (QS. Al-A’raf: 141-142).

– Pengusiran dari Tanah Palestina: Bani Israil diusir dari tanah Palestina beberapa kali karena pembangkangan mereka kepada Allah SWT dan pelanggaran terhadap perjanjian-Nya. (QS. Al-Isra’: 104, Al-Anbiya’: 7)

Keempat, kutukan dan kehinaan. – Kutukan Allah SWT: Bani Israil ditimpa kutukan Allah SWT karena pembangkangan mereka, seperti menjadi hina di mata manusia dan kehilangan keberkahan. (QS. Al-Ma’idah: 64)

Baca Juga:  Karakter Kaum Muslimat Shalihat

– Kehilangan keberkahan: Bani Israil kehilangan berbagai keberkahan yang telah diberikan Allah SWT kepada mereka, seperti kenabian dan kepemimpinan. (QS. Al-Anbiya’: 7)

Pelajaran Berharga

Kisah Bani Israil yang diceritakan di berbagai ayat Al-Quran merupakan salah satu kisah yang paling kaya akan hikmah. Berikut beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik.

Pertama, pentingnya bersyukur dan mengikuti perintah Allah SWT. Bani Israil sering kali mengeluh dan mempertanyakan perintah Allah SWT, bahkan setelah mereka menerima berbagai nikmat dan mukjizat. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak bersyukur atas karunia Allah dan tidak patuh kepada perintah-Nya. Kita harus mengambil pelajaran dari hal ini dan selalu bersyukur atas nikmat Allah SWT serta patuh kepada perintah-Nya.

Kedua, bahaya kesombongan dan keangkuhan. Bani Israil sering kali merasa superior dibandingkan dengan umat lain dan menganggap diri mereka sebagai “bangsa pilihan”. Kesombongan dan keangkuhan ini membuat mereka terjerumus ke dalam berbagai dosa dan kemungkaran. Kita harus selalu rendah hati dan tidak menyombongkan diri, karena Allah SWT tidak menyukai orang yang sombong.

Ketiga, pentingnya persatuan dan ukhuwah. Bani Israil sering kali terpecah belah dan tidak bersatu. Hal ini membuat mereka mudah dikalahkan oleh musuh. Kita harus belajar dari hal ini dan selalu menjaga persatuan dan ukhuwah sesama umat Islam.

Keempat, konsekuensi dari ketidakpatuhan. Bani Israil sering kali dihukum oleh Allah SWT karena ketidakpatuhan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT tidak segan-segan untuk menghukum hamba-Nya yang tidak patuh. Kita harus selalu patuh kepada Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kelima, pentingnya iman dan takwa. Iman dan taqwa adalah kunci keselamatan bagi umat manusia. Bani Israil yang memiliki iman dan taqwa yang kuat mampu melewati berbagai cobaan dan rintangan. Kita harus selalu memperkuat iman dan taqwa agar dapat menjalani kehidupan dengan penuh ketenangan dan kebahagiaan.

Kisah Bani Israil penuh dengan pelajaran berharga bagi umat manusia. Kita dapat belajar dari kisah mereka tentang pentingnya bersyukur kepada Allah SWT, mengikuti perintah-Nya, hidup dengan penuh iman dan taqwa. Kita juga dapat belajar dari kesalahan mereka dan berusaha untuk tidak mengulanginya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Bahron Ansori

Editor: Rudi Hendrik