Quebec, MINA – Salah satu hal terakhir yang diingat Aymen Derbali adalah berdiri di masjid Quebec City, Kanada, saat seorang pria bersenjata dengan membabi buta melepaskan tembakan ke arah jamaah di sekelilingnya.
Tapi ayah tiga anak itu tidak panik. Sebaliknya, Derbali menarik perhatian penyerang agar berfokus pada dirinya saja, dengan harapan untuk menyelamatkan rekan-rekan sesamanya.
“Saya mencoba untuk tidak panik atau melarikan diri,” ujar Derbali baru-baru ini kepada The Globe and Mail seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (20/12).
“Saya mencoba menumpukan perhatian agar dia (pelaku) tidak menembaki yang lain, saya lebih baik lumpuh seumur hidup daripada melarikan diri atau selamat tanpa cedera, tanpa berbuat sesuatu untuk membantu orang-orang,” ia mengisahkan tekadnya.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Enam pria Muslim tewas dalam serangan yang menargetkan Pusat Kebudayaan Islam Quebec pada 29 Januari itu. Pelaku penyerangan, Alexandre Bissonnette, seorang mahasiswa di Quebec, telah ditangkap dan didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan dan lima tuduhan percobaan pembunuhan sehubungan dengan serangan tersebut.
Derbali ditembak beberapa kali dari jarak dekat dan dilarikan ke rumah sakit setempat di Quebec City, tempat dia menghabiskan dua bulan dalam keadaan koma.
Ketika terbangun dari koma, Derbali menyadari dirinya tidak akan pernah bisa berjalan lagi atau lumpuh.
Dia Pahlawan
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Kini, warga Kanada menggalang donasi untuk membantu Derbali, yang menggunakan kursi roda dan sedang menjalani perawatan, agar bisa pindah ke rumah baru bersama keluarganya.
“Intinya, dia (Derbali) adalah pahlawan,” kata Amira Elghawaby, sukarelawan yang berbasis di Ottawa yang bekerja untuk DawaNet, sebuah kelompok masyarakat Muslim di Ontario yang mengorganisasikan penggalangan dana tersebut.
“Dia ditembak tujuh kali. Dua peluru secara permanen bersarang di akord tulang belakangnya sekarang. Dia tidak dapat berjalan. Dia telah berada di pusat rehabilitasi sejak tragedi tersebut,” kata Elghawaby kepada Al Jazeera.
Istri Derbali dan tiga anak mereka saat ini tinggal di sebuah apartemen kecil di lantai empat sebuah gedung di Quebec City, kata dia.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Dengan posisi tempat tinggal seperti itu benar-benar sulit untuk bisa diakses oleh dia karena lumpuh dan menggunakan kursi roda. Jika terjadi keadaan darurat, jika ada kebakaran atau hal lain, tidak mungkin dia bisa pergi dengan selamat,” kata Elghawaby.
Dalam video bersama DawaNet, Derbali mengatakan kondisinya kian membaik dari hari ke hari.
“Saya sedang menggerakkan lengan saya dan saya melakukan fisioterapi,” ungkapnya. Ia berterima kasih kepada orang-orang yang telah mengulurkan tangan untuk memantau dan memeriksa kesehatannya.
Pada Rabu lalu, penggalangan dana secara daring telah mengumpulkan lebih dari Can$43.500 atau seitar Rp457 juta.
Penyelenggara berharap bisa mengumpulkan Can$400.000 atau Rp4,2 miliar untuk membantu Derbali pindah ke rumah yang dapat diakses kursi roda.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Elghawaby menambahkan hal yang penting lainnya adalah Derbali ingin bisa tinggal di dekat masjid, tempat dia tetap menghadiri Shalat Jumat saban pekan.
“Hatinya terpaut di sana. Meski mengalami tragedi ini, dia sangat terhubung dengan masyarakat setempat, dengan saudara dan saudarinya di tempat itu,” kata dia.
“Kini waktunya kita semua untuk melangkah dan menjadi pahlawan dalam kehidupannya,” ia Elghawaby.
Alexandre Bissonnette, seorang mahasiswa universitas di Quebec, ditangkap dan didakwa dengan enam tuduhan pembunuhan dan lima tuduhan percobaan pembunuhan sehubungan dengan serangan yang hamper merenggut nyawa Derbali.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Kejahatan Kebencian
Jelang peringatan satu tahun penembakan mematikan tersebut terjadi, yanh jatuh pada 29 Januari, pejabat Quebec City telah memperingatkan tentang meningkatnya jumlah kasus atau insiden kebencian yang menargetkan komunitas Muslim setempat pada 2017.
Robert Pigeon, kepala polisi kota tersebut, baru-baru ini mengatakan kepada wartawan bahwa laporan polisi terkait kejahatan kebencian yang menargetkan Muslim atau institusi Muslim di Kota Quebec City meningkat dua kali lipat sejak insiden penembakan tersebut.
“Sejauh ini, 71 insiden atas dasar kebencian dilaporkan terjadi di Quebec City dan 42 di antaranya menargetkan orang-orang Muslim,” kata Pigeon, menurut CBC News.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Tahun lalu, 21 dari 57 total insiden kebencian yang dilaporkan di kota tersebut menargetkan umat Islam.
Menurut Elghawaby, kisah Derbali harus dilihat sebagai “tindakan berani dan pengorbanan yang luar biasa dalam menghadapi kejahatan kebencian.”
“Cara terbaik untuk menghadapi kebencian adalah melalui cinta. Cinta yang telah memenuhi ruang-ruang kehidupan Aymen dan keluarganya (sunguh) penuh harapan,” ujarnya. (T/R11/RS2)
Miraj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat