Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meminjamkan kepada Allah dengan Pinjaman yang Baik, Oleh: Deni Rahman

Widi Kusnadi - Senin, 10 Juli 2023 - 14:28 WIB

Senin, 10 Juli 2023 - 14:28 WIB

560 Views

Deni Rahman adalah Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Al-Fatah, Cileungsi, Kab Bogor.

Meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik” adalah terjemah dari kalimat Yuqridhullaha Qardhan Hasanan. Qardhan Hasan adalah istilah lain dari menafkahkan harta di jalan Allah, yang Allah Ta’ala sendiri menjanjikan balasan dengan melipatkan gandakan pembayarannya dengan lipat ganda yang banyak.

Term Qardh Hasan ini sedikitnya bisa kita dapati di lima tempat dalam Al-Quran yaitu surat Al-Baqarah ayat 245, surat Al-Maidah ayat 12, surat al-Hadid ayat 11, surat At-Taghobun ayat 17 dan surat Al-Muzzammil ayat 20.

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Baca Juga: Cahaya Kebenaran yang Selalu Menyala

Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Qs. Al Baqarah: 245)

 لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ

“…. sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus. (Qs Al Maidah : 12)

مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ وَلَهُ أَجْرٌ كَرِيمٌ

Baca Juga: Jalan Jama’ah: Jalan Para Nabi dan Siddiqin

Barang siapa meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan mengembalikannya berlipat ganda, dan baginya pahala yang mulia. (Qs. Al Hadiid: 11)

إِنْ تُقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعِفْهُ لَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ

Jika kamu meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya Dia melipat gandakan (balasan) untukmu dengan mengampuni kami. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Penyantun. (Qs. At Taghaabun: 17)

 ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Baca Juga: Menyoal Yayasan Kemanusiaan Gaza yang Dikelola AS dan Israel

“…. dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (AlMuzzamil : 20)

Secara bahasa, Qardh Hasan berasal dari dua kata, yaitu Al-Qardhu yang berarti maju dan Al-Hasan yang berarti bagus. ada pula yang berpendapat qardhu artinya potongan dari harta yang diberikan kepada orang yang meminjam atau muqaridh sedangkan kata hasan yaitu berarti kebaikan.

Dalam bahasa fiqh muamalah, Qardh Al-Hasan diartikan sebagai Al-Qardh (pinjaman) sebagaimana diterangkan dalam Fatwa DSN MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Al-Qardh yaitu pinjaman yang diberikan kepada nasabah lembaga keuangan syariah (muqtaridh) bagi yang memerlukan dengan tidak menetapkan imbalan. Adapun jika ada sumbangan sukarela dari peminjam, lembaga keuangan syariah dapat menerimanya.

Abu Dahdah dan 600 pohon Kurma

Baca Juga: Haji, dari Ibadah Ritual menuju Transformasi Kehidupan

Berkenaan dengan surat Al Baqarah ayat 245 tersebut di atas, Para ulama tafsir dalam kitab-kitab tafsir mereka, di antaranya Imam Qurtubi dalam kitabnya Al-Jâmi li Ahkâmil Qur’ân, menuturkan, ketika ayat ini turun, salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam yang bernama Abu Dahdah segera datang menghadap beliau. Abu Dahdah mengatakan kepada Rasulullah, “Tebusanmu bapak dan ibuku wahai Rasul. Benarkah Allah meminta pinjaman kepada kami padahal Ia tak membutuhkannya?”

Rasulullah menjawab, “Benar. Dengan pinjaman itu Allah berkehendak memasukkan kalian ke dalam surga-Nya.” Kembali Abu Dahdah bertanya, “Bila aku meminjami-Nya akankah itu menjaminku dan anak perempuanku Dahdah masuk surga bersamaku?” “Ya,” Rasul menjawab tegas. “Bila demikian,” kata Abu Dahdah kemudian, “ulurkan tangamu kepadaku.” Maka Rasulullah mengulurkan tangan mulianya bersalaman dengan tangan Abu Dahdah.

Dalam posisi demikian sahabat dari golongan Anshor itu menyampaikan pernyataan, “Aku memiliki dua kebun kurma. Yang satu ada di bawah dan satunya lagi ada di atas. Demi Allah, kini aku tak lagi memiliki keduanya, aku jadikan keduanya sebagai pinjaman untuk Allah ta’ala.” Atas pernyataan Abu Dahdah ini Rasulullah bersabda, “Jadikan yang satu untuk Allah dan biarkan satunya lagi menjadi penghidupan bagimu dan keluargamu.” Abu Dahdah menimpali, “Kalau begitu aku persaksikan kepadamu wahai Rasul, aku jadikan kebun kurma yang terbaik untuk Allah. Di dalamnya ada enam ratus pohon kurma.” Mendengar ikrar sahabatnya ini Rasulullah berkomentar seraya berdoa, “Bila demikian, semoga Allah membalasmu dengan surga.” Abu Dahdah pun undur diri.

Ia segera menemui istrinya yang sedang bersama anak-anaknya di kebun kurma yang telah disedekahkan itu. Kepada sang istri ia ceritakan semuanya. “Istriku, keluarlah engkau dari kebun ini. Kebun ini telah aku pinjamkan kepada Allah,” kata Abu Dahdah kemudian. Mendengar apa yang dikatakan Abu Dahdah sang istri menimpalinya, “Semoga beruntung jual belimu. Semoga Allah melimpahkan kebaikan bagimu pada apa yang telah engkau beli.” Kemudian istri Abu Dahdah mendatangi anak-anaknya. Ia keluarkan apa-apa yang ada di dalam mulut mereka dan ia kibaskan apa-apa yang ada pada lengan baju mereka hingga ia sampai di kebun yang lainnya. Melihat itu semua Baginda Rasulullah bersabda, “Begitu banyak pohon kurma besar yang menjulurkan akarnya ke Abu Dahdah di surga.”

Baca Juga: Senjakala Negara Zionis Israel

 

Syarat Qardh Hasan

Imam Al-Qurthubi ketika menafsirkan surat Al-Hadid ayat 11 menukilkan pendapat dari Imam Al-Qusyairy yang  mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan qardh hasan harus memenuhi 9 syarat sebagai berikut:

Pertama, seseorang yang harus ikhlas pada Allah Ta’ala, dia berinfaq dan bersedekah bukan karena riya’, sum’ah, bukan karena ingin dipuji, dan bukan karena ingin disanjung. Akan tetapi benar-benar ikhlas karena Allah saja.

Baca Juga: Jama’ah Tempat Ukhuwah, Bukan Ajang Permusuhan

Kedua, dia harus berinfaq dan bersedekah dari harta yang halal, karena Allah Ta’ala tidak menerima kecuali dari harta yang halal.

Ketiga, dia berinfaq dan bersedekah dengan harta yang baik bukan dengan harta yang buruk.

Keempat, dia berinfaq dan bersedekah ketika dia berada dalam kondisi sehat dan dia ingin hidup panjang dan harta yang banyak. Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam pernah ditanya tentang sedekah yang paling banyak pahalanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imaam Al-Bukhari & Muslim, beliau menjawab: Engkau bersedekah ketika kamu masih sehat, sangat senang dengan harta, engkau takut miskin, dan engkau sangat ingin memiliki harta yang sangat banyak. kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya: Jangan kau tunda sedekahmu hingga sampai ketika nyawa berada di kerongkongan, kemudian kamu mengatakan: Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan sekian, padahal sudah menjadi milik orang lain.

Kelima, berinfak berusaha sebisa mungkin dengan cara menyembunyikannya.

Baca Juga: Kisah Dr. Alaa Al-Najjar dan Genosida di Gaza, Dokter yang Tak Bisa Menyelamatkan Anaknya

Keenam, berinfaq dengan tidak mengungkit-ungkit dan menyakiti hati orang yang telah dia bantu.

Ketujuh, berusaha berinfak dengan harta yang paling dia cintai.

Kedelapan, berusaha berinfak dengan yang banyak atau harta yang berharga.

Kesembilan, jangan pernah merasa apa yang sudah dikeluarkan itu banyak. Karena yang kita keluarkan itu adalah dunia dan dunia nilainya sedikit di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baca Juga: Skandal Spionase Israel atas ICC Ancam Masa Depan Keadilan Global

Balasan Infaq

Nash Al-Qur’an dan Al-Hadits menyebutkan beberapa balasan amalan infaq dengan ikhlas, diantaranya adalah akan mendapatkan perlindungan dan naungan Arsy di hari kiamat.  Juga menjadi obat bagi penyakit, baik penyakit jasmani maupun rohani.  Berinfaq juga dapat membersihkan harta yang dimiliki karena dalam rezeki yang diperoleh ada sebagian hak orang lain. Selain itu Infaq dapat menjadi penghapus kesalahan, perisai dari neraka, pelindung di padang mahsyar, juga merupakan wujud syukur dan juga wujud ketakwaan kepada Allah SWT.

Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam sangat menganjurkan agar infaq dikeluarkan setiap hari, dengan maksud agar didoakan oleh malaikat. Nabi bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Baca Juga: Jejak Pertama di Tanah Suci: Haru, Lelah, dan Syukur yang Membuncah

Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua Malaikat yang turun dan berdoa, Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak.Malaikat yang lain berdoa, Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan berinfaq.(HR Bukhari dan Muslim).

Penutup

Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Dzat yang Mahakaya, sama sekali tidak membutuhkan bantuan apa-apa dari makhluk ciptaan-Nya, yaitu manusia.  Namun melalui firman-Nya, Allah SWT mengajak manusia untuk meminjamkam hartanya yang baik-baik kepada-Nya. Meminjam yang dimaksud adalah memberi infaq, sedekah dan semacamnya. Tentunya bukan untuk digunakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi untuk kebaikan sesama manusia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan dengan “meminjam”, seakan-akan Dia memposisikan diri-Nya sedang meminjam dari hamba-Nya.  Maka tidak perlu kita ragu pasti diganti oleh-Nya. Digunakan kata ‘pinjaman’ juga menandakan bahwa semua itu akan dikembalikan kepada orang-orang yang meminjamkannya dengan ikhlas. Bahkan, pinjaman yang dikembalikan bukanlah sejumlah harta yang telah dipinjamkan.  Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji akan melipatgandakannya.

Baca Juga: Setelah Bill Gates Bicara Vaksin, Jakarta Mendadak Siaga TBC, Adakah Hubungannya?

Mari berinfaq..

Wallahu a’lam bish showab.

(A/Dr/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda