London, MINA – Keberhasilan pembicaraan rekonsiliasi Palestina yang disponsori Turki antara Hamas dan Fatah di Istanbul belum lama ini membuat popularitas Pemerintah Ankara semakin meningkat di Palestina, seiring menurunnya peran Mesir, menurut laporan Middle East Monitor (MEMO), Sabtu (10/10).
Sebelumnya Mesir telah gagal menengahi gencatan senjata antara Hamas dan Israel, yang malah dilakukan oleh Qatar.
MEMO mengatakan, Mesir telah gagal mendukung Palestina dalam beberapa kesempatan, meskipun fakta bahwa Pemerintah Kairo menganggap Jalur Gaza sebagai halaman belakangnya dan menganggap bahwa ia memiliki hak eksklusif untuk berbicara atas nama rakyat Palestina.
“Apakah Palestina berpaling ke pihak lain karena merasa Mesir adalah mediator yang tidak jujur dan bias terhadap Israel?” tanya media Timur Tengah yang berbasis di London itu.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Dalam analisanya, MEMO mengatakan, adalah penting bahwa delegasi resmi Fatah yang dipimpin Jibril Rajoub dan Rouhi Fattouh bertemu di Turki dengan delegasi Hamas yang dipimpin oleh Ismail Haniyeh dan wakilnya, Saleh Al-Arouri. Mereka membahas penghentian divisi, melaksanakan rekomendasi rapat sekretaris jenderal baru-baru ini di Beirut, dan membahas pengaktifan mekanisme kepemimpinan bersama.
Pemimpin Fatah, PLO dan Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mendukung inisiatif rekonsiliasi dan penyelenggaraan pemilu di Palestina. Erdogan diminta mendukung pemilu dengan mengirimkan pengamat resmi.
Ketika sekretaris jenderal dari faksi-faksi Palestina bertemu di Beirut pada awal September, mereka membentuk tiga komite, yang paling penting adalah komite dialog untuk rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas. Pertemuan Istanbul baru-baru ini merupakan awal dari dialog, masing-masing pihak tampaknya senang dengan lokasi pertemuan mereka. (T/RI-1/P2)
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)