Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menag Ajak Elit Menyikapi Secara Serius Kasus Yuyun

Risma Tri Utami - Senin, 9 Mei 2016 - 21:01 WIB

Senin, 9 Mei 2016 - 21:01 WIB

289 Views ㅤ

Jakarta, 2 Sya’ban 1437 / 9 Mei 2016 (MINA) – Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengajak para elit Indonesia untuk menyikapi secara serius kasus yang menimpa Yuyun. Elit yang dimaksud Menag adalah elit formal, dari mulai pemerintah pusat sampai pemerintah daerah, dan elit informal seperti tokoh masyarakat, pendidik, dan tokoh agama.

“Semua elit termasuk orang tua harus lebih serius menyikapi hal ini,” kata Menag dalam dialog di salah satu televisi nasional bertajuk “Keadilan untuk Yuyun”, Jakarta, Senin (9/5). Demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Sebelumnya Menag didaulat membacakan puisi karyanya yang berjudul “Nyala Untuk Yuyun”. Menag sendiri secara jujur menilai bahwa untaian kalimat yang ditulisnya itu bukanlah puisi, tapi sekedar curahan hati. “Saya tidak ingin mengotori atau merusak para ahli puisi, ini hanya sekadar curahan mungkin tidak layak disebut puisi.”

Disebut curahan, karena Menag merasa sangat terhenyak ketika mendengar kabar berita kasus Yuyun. Dia bahkan mengaku sulit tidur karena terfikirkan betapa masyarakat Indonesia harus lebih serius lagi bekerja agar kompleksitas persoalan sosial yang sampai merenggut nyawa anak, apalagi perempuan, dengan cara yang begitu mengengenaskan tidak terjadi lagi.

Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi

“Pada masyarakat yang semakin beradab seharusnya tidak boleh terjadi. Kematian Yuyun harus betul-betul kita tangkap maknanya dan harus kita jadikan pelajaran yang begitu berarti,” tegasnya.

Menag Lukman juga tidak memungkiri bahwa pelaku kejahatan terhadap Yuyun yang masih remaja juga korban. Para pelaku yang masih remaja, sebagian masih duduk di bangku sekolah adalah harapan orang tua. Karenanya, tanpa mengecilkan kejahatan yang sudah dilakukan, Menag menilai mereka juga korban.

“Karena kondisi kemiskinan, lalu dipicu miras dan pengaruh pornografi, mereka melakukan kegiatan tidak terpuji. Jadi ini adalah korban dari sistem yang harus kita benahi bersama,” ujarnya.

Akan hal ini, Menag Lukman mengatakan bahwa ada 5 hal yang bisa dilakukan ke depan. Satu hal bersifat kuratif, empat hal lainnya preventif. Hal kuratifnya adalah memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada pelaku dengan tetap berpegang pada azas keadilan.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Adapun keempat hal preventif yang bisa dilakukan: pertama, memperkuat ketahanan keluarga sebagai banteng dan jaring pengaman sosial. Kedua, memperbanyak aktivitas keremajaan. “Para remaja mempunyai energi yang luar biasa sehingga harus disalurkan ke beragam aktivitas positif,” ungkapnya.

Ketiga, hindari paham misoginis. Menurut Menag, misoginis adalah paham tidak senang dengan anak perempuan sehingga dalam menghadapi apapun, reaksi yang muncul adalah menyalahkan perempuan. “Keempat, meningkatkn sensivitas kita terkait potensi pelanggaran kekerasan terhadap anak dan perempuan dalam semua komunitas kita, serta harus lebih banyak bersiap melakukan tindakan preventif,” tambahnya.

Mendikbud Anis Baswedan dalam kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa kasus Yuyun adalah kebiadaban dan tangis orang tua Yuyun adalah tangis bangsa Indonesia. “Ini adalah peringatan buat kita semua. Mari biasakan anak kita dari kecil untuk menghormati perempuan. Tidak boleh laki-laki bertindak biadab seperti itu. Menghardik saja sudah harus ditegur. Peristiwa ini tidak boleh terulang.”

Mendikbud mengamini puisi Menag Lukman yang memberi pesan bahwa persoalan ini merupakan sesuatu yang kompkeks yang berujung pada peristiwa yang tidak terbayangkan. Karenanya, dia melgajak semua pihak untuk mengambil tangung jawab.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

“Orang dewasa, perhatikan anak muda dan adik kita seperti adik kandung sendiri. Bila mereka berada di tempat yang beresiko, sapa dan ajak kembali. Bila mereka di jalan yang ramai, sapa jangan tunggu ada kecelakaan. Ini semua adik kita,” pesannya.

Pemerhati anak, Seto Mulyadi juga mempunyai pandangan yang sama dan berharap kasus serupa tidak terulang. Kak Seto menggarisbawahi bagian akhir puisi Menag Lukman dan berharap pesan didalamnya bisa disadari semua pihak, bahwa lentera perlindungan anak dan perempuan harus terus menyala.

“Marilah lentera perlindungan anak ini kita terus nyalakan bersama dengan membentuk satgas perlindungan anak di RT dan RW. Di sekolah juga perlu dibentuk satgas perlindungan anak untuk memantau apakah sekolah aman pulang sekiolah,” katanya. (ima/R01)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Rekomendasi untuk Anda