Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menag Ajak Sarjana Muslim Indonesia Lebih Lantang Suarakan Moderasi Islam

Risma Tri Utami - Ahad, 19 Maret 2017 - 09:07 WIB

Ahad, 19 Maret 2017 - 09:07 WIB

290 Views ㅤ

Menag beri sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. (Foto: Sandi)

Menag beri sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. (Foto: Sandi)

 

Surabaya,  20 Jumadil Akhir 1438/19 Marer 2017 (MINA) – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, mengajak para sarjana Muslim Indonesia untuk lebih lantang menyuarakan moderasi Islam.

Menurutnya, moderasi menjadi kunci yang paling relevan dengan konteks keindonesiaan yang majemuk.

Menag menyoroti mayoritas kaum moderat yang masih lebih banyak diam. “Suara yang lebih lantang dari para sarjana Muslim sangat diperlukan dalam mewujdukan Indonesia yang moderat dalam realitas keragaman. Untuk bisa menjadi moderat, kita harus lebih banyak menyuarakan suara moderasi,” terangnya saat memberikan sambutan pada Wisuda Sarjana dan Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (18/3).

Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru

Namun ia mengakui bahwa orang-orang yang arif dan berwawasan luas memang cenderung tidak mudah kagetan dalam menghadapi perbedaan, bahkan seekstrim apapun.

“Mereka umumnya memiliki kemampuan untuk memahami dan memakluni perbedaan yang ada, meski sikap itupun bukan berarti menerimanya. Kemampuan memahami itu tidak jarang menjadikan mereka untuk cenderung diam. Sekarang menurut saya tidak bisa lagi seperti itu. Kaum moderat di republik ini harus speak up dan speak out, lebih banyak bersuara,” ujarnya.

Kalau saat ini tidak mulai lantang menyuarakan moderasi Islam, kata Menag, tidak ada yang bisa menjamin 5, 10, atau 100 tahun yang akan datang, bagaimana warna keberagamaan dan keberislaman di Indonesia. “Kita sudah punya contoh di beberapa negara lain, bagaimana sesama umat Islam dan sama-sama meneriakan takbir, tapi juga saling menumpahkan darah. Sesuatu yang tentu tidak diajarkan dalam Islam,” tuturnya.

Kepada para wisudawan UIN Surabaya, Lukman Hakim berharap mereka dapat mencontoh dakwah Sunan Ampel yang sarat dengan hikmah. Sunan Ampel mengembangkan Islam di Indonesia dengan bijak sehingga mampu menjaga tradisi dan memberi ruh dari tradisi itu sehingga Islamisasi berjalan tanpa pertumpahan darah.

Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia

“Ini menjadi tanggungjawab kita semua. Harus kita jaga dan dikembangkan sesuai situasi dan kondisi yang mengitarinya,” pesannya. (T/R09/P1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Dunia Islam