Banten, 25 Dzulqa’dah 1437/28 Agustus 2016 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, banyak misteri di alam raya ini yang belum dikuak manusia.
“Al-Qur’an mampu menjadi semacam keyword untuk menunjukkan kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mengaji Al-Qur’an dan mengkaji alam, seseorang akan mendapatkan samudra ilmu pengetahuan yang luas, terang Lukman dalam Orasi Ilmiahnya tentang “Membumikan Kandungan Al-Qur’an di Bumi Nusantara” dalam acara Dies Natalis ke-39, Wisuda S-1 ke-17 dan Wisuda S-2 ke-10, sekaligus meresmikan Program Doktor (S-3) Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT), Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, di Kampus IIQ, Jalan Moh Toha No 31, Pamulang Timur, Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (27/8).
Menag melihat, meski pendidikan Al-Qur’an awalnya dilakukan dengan metode dan cara sangat sederhana, dengan sarana dan fasilitas apa adanya, namun para ulama penyebar Islam di Nusantara, mampu membumikan Al-Qur’an dengan baik dan tepat sasaran.
Dalam perkembangannya, pengajaran dan pembelajaran Al-Qur’an kemudian semakin baik, hingga muncul para ulama dan Karya monumentalnya, seperti Hamka dengan al-Azhar-nya, M Hasbi As-Shiddiqy dengan al-Bayan-nya, KH Bisri Mustafa dengan al-Ibriz-nya, tak lupa, Prof Quraish Shihab dengan al-Misbah-nya. Dalam ilmu Tilawah, muncul KH Tubagus Saleh Ma’mun, KH Bashori Alwi, Muammar ZA dan jebolan IIQ; Hj Maria Ulfa.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menteri Lukman melanjutkan, di bidang Ilmu Qira’at, ada tokoh monumental seperti KH Arwani Kudus, LH Abdullah Salam, KH Nawawi Yogyakarta, KH Amrin Rawasari Semarang, Nyai Hj Nur Isman dan tak lupa Rektor IIQ 2004-2014, KH Ahmad Fatoni dan KH Ahsin Sakho Muhammad.
Menag melihat, tantangan ke depan adalah bagaimana lembaga pendidikan modern mampu melahirkan ulama al-Qur’an yang juga menguasai teknologi dan keilmuan modern, sehingga mampu mewarnai dan mengawal peradaban dunia dengan nilai-nilai dan spirit al-Qur’an.
“Ada lima metode untuk membumikan al-Qur’an, Pertama, Tilawah (membaca), Kedua, Tahfizh (menghafal), Ketiga, Tafsir, yakni memahami isi dan kandungan al-Qur’an, Keempat, Tadabbur. Yakni merenungkan isi kandungan al-Qur’an dan Kelima, Tafakkur, yakni merenungkan isi kandungan al-Qur’an dengan mengaitkannya dengan ayat dan tanda kekuasaan Allah SWT yang ada di alam raya,” terang Menag.
Ia mendorong agar IIQ terus melakukan peningkatan mutu, pengelolaan manajemen administrasi, mutu akademik, pelayanan publik dan lain sebagainya agar ke depan IIQ bisa menjadi lebih baik.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Selain itu, ia juga menyatakan, IIQ harus mempertahankan ciri khas kajian ke-al-Qur’an-an yang selama ini menjadi focus IIQ.
“Jaga dan persolid kekompakan tim, nyamankan suasana akademik agar proses kaderisasi dan produksi ulama-ulama Al-Qur’an terwujud dengan baik demi kemaslahatan umat, bangsa, dan negara,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, diungkapkan, saat ini Kemenag memiliki serangkaian program penguatan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Ada program 5.000 doktor, ada Academic Recharging for Islam Higher Education (ARFI) untuk percepatan studi S-3 bagi dosen PTKI, ada Postdoctoral Fellowship for Islamic Higher Education (FOSFI), ada kegiatan kemahasiswaan, pemberian beasiswa Tahfizd, perbaikan infrastruktur hingga pengadaan bantuan sarana dan pra sarana.
“Saya berharap, IIQ ikut bersedia mendukung program di atas,” terang Menag yang didampingi Direktur Urais Bimas Islam Muchtar Ali dan Kasubdit Ketenagaan Diktis Ditjen Pendis Imam Syafi’i. (T/R05/P2)
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)