Menag: Bukan Pesantren, Jika Merongrong NKRI

Sumenep, 15 Shafar 1438/15 November 2016 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan, pondok merupakan salah satu unsur penting dalam menegakkan dan mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (). Karenanya, bukanlah pondok pesantren jika dia melakukan rongrongan dan upaya meruntuhkan NKRI.

Hal ini ditegaskan Menag Lukman di hadapan para kyai, ustadz, dan ribuan santri pada acara Kesyukuran 64 Tahun Pondok Pesantren Al Amin, Prenduan, Sumenep, Senin (14/11), demikian laporan laman resmi yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Menurutnya, NKRI didirikan oleh ulama, kyai, dan para pendiri pondok pesantren. Mulai dari ujung barat sampai ujung timur, hampir semua perlawanan, perjuangan rakyat dalam melawan penjajah dipimpin oleh ulama, kyai, guru-guru yang menunjukkan rasa cinta, terhadap tanah air Indonesia. “Itu tidak dapat diragukan lagi,” tegasnya.

Saking cintanya terhadap NKRI, lanjut Menag, di kalangan umat Islam Indonesia dikenal slogan hubbul wathon minal iman, cinta tanah air bagian tidak terpisahkan dari keimanan. “Itu tidak kita dapatkan di negara lainnya, bahkan di Negara Islam sekalipun,” tandasnya.

“Jika kita dalami, pondasi dasar berdirinya bangsa ini sarat nilai-nilai Islam. Tidak satupun sila yang tidak merujuk pada ajaran Islam. Lima sila adalah prinsip dasar dalam menata kehidupan bangsa dan UUD 1945 sangat kaya akan nilai-nilai Islam,” ujar Menag.

Sebelumnya, pengasuh Ponpes Al-Amin Prenduan, KH Fauzi Tinjani menyampaikan, nilai-nilai Pesantren harus diestafetkan, bukan diwariskan. Untuk itu, dia minta kesiapan seluruh santri Ponpes Al-Amin untuk menerima estafet nilai-nilai para pejuang terdahulu. Di antara nilai tersebut adalah kemitmen untuk berdakwah.

Pengasuh Ponpes Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal yang juga hadir dalam kesempatan itu berpesan, kerukunan merupakan hadiah dari Allah bagi Indonesia. Karenanya, ponpes dan alumninya harus senantiasa siap menegakkan kemaslahatan.

“Di pesantren, santri yang berasal satu provinsi tidak tinggal dalam satu kamar yang sama. Tujuannya, agar mereaka dapat saling mengenal, baik budaya, kebiasaan, dan kehidupan sehari-hari. Inilah NKRI, pesantren dan pejuang kemeredekaan Republik Indonesia,” tutur KH Sahal.

Tampak hadir dalam acara ini, Bupati Sumenep, Kepala Kanwil Jatim, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Budayawan KH Zawawi Imron, serta ribuan santri dan wali santri. (T/P006/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.