Wonosobo, 28 Dzulqo’dah 1435/23 September 2014 (MINA) – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin mengingatkan, agar inovasi dan keunggulan yang dimiliki pesantren dan madrasah harus tetap dijaga, bahkan harus ditingkatkan.
“Pesantren tidak boleh melunturkan keunggulan khasnya, yaitu membaca kitab kuning dan budaya pesantren dengan figur sang kyai,” katanya ketika melaunching Madrasah Al Hikam Cendekia Wonosobo, Jawa Tengah, Senin (22/9).
Menurutnya, walaupun setiap hari santri bisa mendengar dan menonton kyai di pesantren atau kuliah seorang guru besar terbaik yang di-download dari internet, namun santri tidak bisa men-download suasana belajar yang dibentuk atau terbentuk di dalamnya.
“Suasana kehidupan pesantren tidak semua orang dapat secara tiba-tiba mentransfernya. Sebab, di sini membutuhkan usaha yang luar biasa, termasuk menciptakan budaya bagi komunitas di dalamnya yang “committed” dengan dunia keilmuan,” ujarnya seperti dipublikasikan di laman resmi Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: ICMI Punya Ruang Bentuk Kader-kader Indonesia Emas 2045
Dikatakan, pesantren dan madrasah kini mampu tampil percaya diri dalam melakukan perubahan-perubahan, bahkan menjadi “trendsetter” bukan “follower”.
“Madrasah kini telah menjadi pengendali “trend”, bukan sekedar pengikut bagi model pendidikan di Indonesia,” kata Menag.
Kemajuan pendidikan madrasah dan pesantren ditandai dengan para alumninya yang sukses dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Melalui pemberian bea siswa santri berprestasi, hasil nyata sudah terlihat. Dengan bea siswa yang diterima, banyak di antaranya melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
Fakta ini merupakan upaya menepis tuduhan bahwa ikut pendidikan di madrasah akan masuk jurang “madesu” atau masa depan suram. Padahal belajar di madrasah dan pondok pesantren dapat memiliki ilmu agama yang bagus, moderat dan progresif dan kedalaman ilmu umum pada saat bersamaan.
Baca Juga: Antisipasi Kerawanan Pangan, Wamendes PDT Wacanakan Satu Provinsi Satu Desa ICMI
Dengan cara ini, Menag menegaskan, diharapkan lahir kiayi haji yang ahli biotelnologi, ahli fisika modern, atau fasih berbicara manajemen dan akhirnya mengharumkan agamadi dunia internasional.
Sebelumnya Menag Lukman menjelaskan bahwa bangsa Indonesia harus bangga dengan adanya pesantren, yang merupakan “rahim” lahirnya madrasah, bahkan perguruan tinggi. Kini pendidikan tersebut mengalami kebangkitan dengan ditandai bahwa pendidikan berbasis agama menjadi incaran, tumpuan masyarakat agar terbentuk generasi muslim yang memiliki karakter unggul, kemampuan ilmu yang kombinatif; agama dan umum secara bersamaan.
“Jika dulu pendidikan agama Islam seperti identik dengan keterbelakangan, statis dan jauh dari dinamis, saat ini persepsi seperti itu sudah berubah. Pesatnya penidikan di madrasah dan pesantren menjadi simbol kemajuan sistem pendidikan, yang mampu mengintegrasikan iman, taqwa, dan ilmu pengetahuan. Atau dengan sebutan lain integrasi Islam dan “sciences”,” kata Menag.
Hadir dalam kesempatan itu Direktur Pendidikan Madrasah M. Nur Kholis Setiawan, Kakanwil Kemenag Prov. Jateng Khaeruddin, Kanwil Kemenag Prov DIY Maskhul Haji, Pimpinan Pondok Pesantren KH Mahmud Ismail, Wakil Bupati wonosobo Maya Rosyida dan sejumlah pejabat setempat, para ulama dan tokoh masyarakat. (T/R11/R03)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Sabtu Ini, Sebagian Hujan Ringan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)