Sumenep, 14 Shafar 1438/14 November 2016 (MINA) – Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin berharap para kyai dan santri pesantren istiqamah dalam dakwah yang menenangkan dan menyejukkan umat.
Menurutnya, dinamika media sosial saat ini demikian hebat sehingga pertukaran informasi sangat cepat. Ironisnya, tidak sedikit ujaran yang beredar justru penuh cacian, hinaan, ungkapan kemarahan, dan menyebarkan kebencian.
Menag Lukman mengajak tokoh agama dan masyarakat untuk meneduhkan umat dengan dakwah yang menyejukkan bukan menyesatkan, kesantunan bukan kesombongan, menghargai perbedaan pendapat bukan memaksakan. Dengan begitu, Menag berharap akan terbangun situasi dan kondisi yang damai, tenteram, dan akur.
“Kita jangan mudah terprovokasi, jangan sembarangan untuk men-share informasi yang belum diketahui kebenarannya, berhati-hatilah dalam bertutur kata, bermedia sosial, dan berperilaku,” tegas Menag Lukman di hadapan ribuan santri dan wali santri yang hadir pada Kesyukuran 64 Tahun Ponpes Al-Amien, Prenduan, Sumenep-Madura, Senin (14/11).
Menurut Lukman, pesantren kaya akan nilai dan budaya hidup. Nilai persaudaraan dan gotong-royong mewujud dalam keseharian para santri, menjadi kekuatan tersendiri dalam menimba ilmu dan mengaji. Santri diajari berbagai disiplin ilmu, sehingga tidak picik dan berwawasan sempit. Santri juga dilatih untuk saling membantu antar sesama.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
“Budaya semacam ini sangat tepat untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa secara luas,” pesannya.
Pesantren Al-Amien Prenduan lahir sejak awal abad ke-20. Kyai Chatib mulai merintis pesantren ini dengan membangun langgar kecil yang kemudian dikenal dengan pesantren Congkop. Pasca wafatnya Kyai Chatib (1930), aktivitas pengajian dilanjutkan Kyai Djauhari. Putra ke-7 Kyai Chatib ini membangun Madrasah Mathlab dan Tarbiyatul Banat.
Meski harus berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang serta mempertahankan kemerdekaan, Kyai Djauhari tetap istiqamah mendidik umatnya. Tahun 1951, Kyai Djauhari membangun kembali pesantren Congkop yang pernah dirintis ayahnya. Tanggal 10 November 1952, Kyai Djauhari mendirikan Pesantren Tegal yang kemudian berkembang tanpa putus hingga kini menjadi Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan.
Di usia ke-64, Menag berharap Pesantren Al-Amien Prenduan tetap mempertahankan jati dirinya sembari mengembangkan inovasi. Melalui Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 18 Tahun 2014 tentang Satuan Pendidikan Muadalah pada Pondok Pesantren, KMI (Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah) yang dikembangkan Pesantren Al-Amin Prenduan kini mendapat pengakuan dan setara dengan pendidikan lainnya, semisal madrasah dan sekolah.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
“Atas nama Menteri Agama, saya menyampaikan selamat atas Peringatan ke-64 Tahun Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan. Semoga Pondok Pesantren Al-Amin Prenduan menjadi tempat yang selalu membekali tumbuhnya jiwa santri yang ulet, mandiri, dewasa, dan berbudi pekerti yang luhur,” tutup Menag. (T/R05/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri