Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menag Minta Ulama Indonesia Kawal dan Jaga Islam

Risma Tri Utami - Selasa, 30 Januari 2018 - 16:46 WIB

Selasa, 30 Januari 2018 - 16:46 WIB

96 Views ㅤ

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin. (Foto: Risma/MINA)

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin. (Foto: Risma MINA)

Jakarta, MINA – Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin menyerukan moderasi Islam dan meminta ulama muda di seluruh Indonesia agar mengawal serta menjaga Islam.

Hal tersebut dikatakan Menag Lukman saat membuka Kongres Ulama Muda Muhammadiyah bertajuk ‘Membumikan Dakwah Kaum Muda Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan’ di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (30/1).

“Kita semua berkewajiban untuk menjaga dan mengawal moderasi Islam. Ahlul Hadis dan Ahlul Ra’yi tidak perlu diperhadapkan dan dibenturkan. Belakangan ini kita merasakan ada pihak-pihak tertentu yang membenturkan ahlul hadis dan ahlul ra’yi. Jadi saya tegaskan hal ini bukanlah untuk dibenturkan,” kata Menag saat membuka kongres tersebut.

Menurut Menag, beragama itu hakikatnya berindonesia. Berislam itu ya Indonesia, sebagaimana berindonesia bagi seorang muslim adalah berislam itu sendiri. “Antara Islam, Agama, dan Indonesia adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,“ tegas Menag.

Baca Juga: Prof Asrorun Niam: Tujuan Fatwa untuk Kemaslahatan Hakiki

Kita semua, tambah Menag, harus mampu mengembalikan pemahaman Islam ke tengah. Itulah Islam wasathiyah, Islam yang di tengah-tengah. Islam yang di tengah-tengah, kata Menag, bermakna tidak ekstrem dan tidak berlebihan.

“Mereka yang terlalu konservatif sama bahayanya dengan mereka yang terlalu liberal dalam memahami agama,” ujar Menag.

Menag menilai metodologi dalam memahami ajaran agama, baik secara teks maupun nalar, sebetulnya sama-sama pentingnya dalam rangka melengkapi dan mengisi satu sama lain. Namun ia menyayangkan adanya pihak yang ingin dengan sengaja membenturkan, sehingga energi umat Islam hanya habis dan tersita untuk urusan itu.

Ia mencontohkan lelaki yang mengenakan celana panjang. “Di atas mata kaki atau menutupi mata kaki masing-masing punya hujjah sendiri. Perbedaan itu, bukan untuk dibenturkan karena lebih benar atau salah,” jelasnya.

Baca Juga: KH Afifuddin Muhajir: Fatwa Dibutuhkan Sepanjang Zaman

Pada kesempatan yang sama, Menag juga mengapresiasi pemuda Muhammadiyah yang telah menginisiasi kongres ulama muda ini.

“Saya sangat mengapresiasi, kegiatan ini sangat strategis dan merupakan terobosan positif bagaimana ulama muda untuk berkumpul serta melakukan kajian mendalam terkait isu aktual dalam kontek kehidupan berbangsa,” pungkasnya. (L/R09/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Pelatihan UMKM di Jakarta Diharap Lahirkan Muzaki Baru

Rekomendasi untuk Anda