Ciputat, 11 Sya’ban 1428/8 Mei 2017 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan (tafaqquh fid-din) harus terus diperkuat.
Menurutnya, sebagai tulang punggung dan jantung pendidikan Islam di Indonesia, pesantren harus terus dikembangkan agar terjaga relevansi, urgensi, serta kemampuannya merespon tantangan dan harapan masyarakat. Demikian laporan pers Kemenag yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Penguatan tidak hanya menyangkut institusionalnya semata, tapi juga agar para pengelola, pengasuh, guru, dan semua pihak yang berkecimpung di dunia pesantren mengalami proses pengembangan ke arah yang lebih baik.
Sebab, tantangan ke depan semakin tidak sederhana karena ekspektasi publik sangat besar,” ujarnya saat membuka Diklat Teknis Substantif Wirausaha, Agrobisnis, Koperasi, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi Pimpinan/Guru Pondok Pesantren di Pusdiklat Kemenag, Ciputat, Senin (8/5).
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Menurut Menag, apapun pengembangan yang dilakukan dalam rangka merespon harapan masyarakat, tidak boleh melupakan hakikat pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memperdalam ilmu keislaman.
“Ini yang tidak boleh dilupakan. Ada beberapa contoh pesantren yang kehilangan orientasi, terlalu asik mengembangkan diri misalnya di bidang kewirausahaan, lalu semakin turun kualitas out putnya dalam penguasaan studi keislaman,” kata Menag.
Di samping itu, lanjut Menag, pesantren mendidik para santrinya untuk memiliki wawasan luas dalam bidang keagamaan. Dengan itu, para santri dididik menjadi pribadi yang arif dalam menyikapi keragaman.
“Semakin luas wawasan, semakin arif. Sebaliknya, semakin sempit wawasan, semakin mudah menyalahkan yang berbeda dari dirinya,” ujarnya.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
Juga harus diperhatikan dalam pengembangan pesantren adalah penguatan kemandirian. Menurutnya, pendidikan keislaman tertua di Indonesia ini berkembang dengan dijiwai nilai keikhlasan, kemandirian, dan semangat persaudaraan. Ketiganya bahkan menjadi ciri dari pendidikan pesantren. Karenanya, pengembangan pesantren.
Menag mengapresiasi sejumlah pondok pesantren yang selama ini tidak hanya berkiprah pada aspek tafaqquh fiddiin, tapi juga berhasil mengembangkan potensi lainnya sesuai kondisi masing-masing.
Program pengembangan ke depan akan difokuskan pada pemetaan 8 potensi pesantren, yaitu: koperasi dan baitul mal wattamwil, pertanian/agrobisnis, peternakan, kewirausahaan, perkebunan, perdagangan, perikanan dan kelautan, serta potensi teknologi.
“Saya apresiasi pelaksanaan diklat ini yang fokus pada pengembangan potensi-potensi tersebut,” ujar Menag.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
“Saya mengajak, selain memperkuat aspek tafaqquh fiddiin, kita perkuat juga kemandirian Pondok Pesantren dengan mengembangkan potensi yang dimiliki,” katanya.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Abd. Rahman Masud dalam laporannya menyampaikan, diklat wirausaha, agrobisnis, koperasi, serta teknologi informasi dan komunikasi ini diikuti 120 utusan pesantren dari 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Diklat akan belangsung 11 hari terbagi dalam dua kegiatan, on campus off campus. “On campus 6 hari di kampus Diklat Ciputat. Sedang off campus 5 hari bertempat di 4 pondok pesantren,” ujar Abd. Rahman.
Keempat ponfok pesantren yang akan dikunjungi adalah Al-Ittifaq Ciwidey Bandung untuk Diklat Agrobisnis, Darul Falah Bogor untuk Diklat Kewirausahaan, Al-Musaddaddiyah Garut untuk Diklat TIK, dan Darut Tauhid Bandung untuk Diklat Koperasi. (T/R05/RS 1)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)