MENTERI AGAMA : PONPES MILIKI RELEVANSI HADAPI TANTANGAN GLOBAL

Mentri Agama, Lukman Hakim Saifuddin ketika memberikan sambutan pada acara Milad ke-54 Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Ponorogo-Jawa Timur, Sabtu (4/4). (Foto: Kemenag)
Mentri Agama, ketika memberikan sambutan pada acara Milad ke-54 Wali Songo Ngabar, Ponorogo-Jawa Timur, Sabtu (4/4). (Foto: Kemenag)

Ponorogo, 16 Jumadil Akhir 1436/5 April 2015 (MINA) — Lukman Hakim Saifuddin menekankan bahwa pendidikan pondok pesantren memiliki relevansi dalam menghadapi tantangan global.

“Tidak hanya keagamaan yang kita rawat, tapi juga keindonesiaan, di mana dalam sekarang, jarak tidak lagi menentukan dan masing-masing berada dalam wilayah tanpa batas (borderless),” ujar menteri pada Milad ke 54 Pondok Pesantren Wali Songo, Ngabar, Ponorogo, Sabtu. Demikian keterangan pers Kementerian Agama yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Menurut menteri, di era teknologi informasi ini, setiap orang bisa mengakses apa saja. Tapi itu tidak semuanya positif, karena ada juga  ajaran yang tidak sesuai dengan paham keindonesiaan kita, seperti paham yang mengkafir-kafirkan sesama sehingga  seakan boleh diperangi, katanya.

“Paham seperti ini yang tidak pernah diajarkan oleh guru kita dulu dan tidak ditemukan dulu. Tapi sekarang berbeda,” tandas Menteri Agama yang dalam Milad 54 Pontren Wali Songo ini juga meresmikan gedung Andalusia dan Madinah yang berada di area pondok itu.

Dulu, ujar menteri, kita belajar agama dari ulama atau guru yang menjadi fasilitator, sehingga ada seleksi dalam mentranformasikan nilai-nilai yang diajarkan, dan menyaring mana yang boleh dan tidak boleh. Tidak hanya transformasi ilmu, tapi juga terjadi pembentukan karakter melalui guru yang menjadi roll modelnya.  “Sekarang generasi muda, bisa mengakses apa yang ingin ia ketahui, tanpa filter,” ucap Menteri Agama.

Kondisi seperti ini, menurutnya berpotensi pada berkembangnya cara keagamaan yang cenderung instan, melalui jalan pintas.  Seringkali nampak orang beragama dengan instan, hanya belajar melalui media online atau situs internet, sehingga cara pandangnya hitam putih, saling salahkan, kurang kearifan. “Inilah tantangan kita,” tutur Lukman Saifuddin.

Lebih lanjut ia mengemukakan pentingnya menjaga negara ini agar damai. “Karena hanya di negara yang  damai saja kita bisa beribadah, di mana kita bisa mengaktualisasikan diri sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di dunia, dan bisa  optimal beribadah. “Kewajiban umat Islam yang mayoritas untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta kedamaian bangsa ini,” ucap menteri.

“Santri 30 tahun mendatang akan memiliki posisi strategis dalam merawat dan menjaga keindonesiaan ini,” imbuhnya.

Untuk itu, ia menekankan bahwa rasa syukur tersebut harus kita jaga, karena amanah tersebut satu saat akan diminta tanggung jawab. Santri nanti harus menjaga corak keragaman keindonesiaan, dan suatu saat kita akan mewariskan warisan yang lebih baik di masa mendatang.

Dalam kesempata tersebut Menteri Agama menyampaikan apresiasi atas seluruh kiprah pondok pesantren Wali Songo dalam menjaga keindonesiaan bangsa ini. “Pemerintah sangat terbantu karena apa yang dilakukan pondok pesantren ini telah menjalankan misi Kementerian Agama. Pondok pesantren adalah jantung umat Islam,” ujarnya. (T/P011/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0