Singapura, 18 Syawwal 1438/12 Juli 2017 (MINA) – Menteri Agama (Menag) RI Lukman Hakim Saifuddien mengingatkan adanya tantangan besar yang dihadapi oleh pimpinan agama dan penyelenggara negara sekarang ini, yaitu upaya mengembalikan esensi agama yang memuliakan manusia.
“Banyak manusia sekarang ini berupaya memenangkan kompetisi maupun konflik dengan menggunakan agama. Bahkan kemudian, agama menjadi pembenar untuk memenangkan konflik atau kompetisi tersebut,” ujarnya dalam pidato kunci saat pembukaan The 1st Indonesia-Singapore Interfaith and Intercultural Dialogue (ISID) di Singapura (11/7). ISID tersebut diselenggarakan tanggal 11-14 Juli 2017.
Menanggapi hal tersebut, Menag menjelaskan, “Globalisasi dan digitalisasi memiliki sisi positif dan negatif dalam mendorong kerukunan dan menerapkan nilai-nilai kehidupan beragama. Dilihat dari sisi negatifnya, digitalisasi bisa menimbulkan pergeseran dalam memahami makna suatu agama. Oleh karena itu, digitalisasi harus digunakan dan berorientasi kepada upaya-upaya edukasi yang mendukung masyarakat memahami makna sebenarnya ajaran suatu agama.” Demikian keterangan pers Kemlu RI, Rabu (12/7).
Sementara itu Duta Besar RI untuk Singapura, I Gede Ngurah Swajaya, dalam sambutannya mengatakan, ISID diselenggarakan dalam rangka meningkatkan hubungan dan kerjasama antar masyarakat Indonesia dan Singapura dalam hal mengatasi tantangan global saat ini, khususnya di bidang ekstrimisme dan radikalisme.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Lebih lanjut Duta Besar Ngurah Swajaya mengatakan bahwa ISID juga diselenggarakan untuk memperingati 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura.
ISID dengan tema “Sharing of Best Practices, Lessons Learnt and Way Forward” itu diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri RI bekerjasama dengan Kementerian Agama RI, Kedutaan Besar RI di Singapura dan sejumlah pemangku kepentingan di Singapura.
ISID diinisiasi oleh Wakil Menteri Luar Negeri, A.M. Fachir ketika bertemu dengan Presiden Singapore’s Inter-Religious Organisation (IRO) and Galery of Harmony in Diversity tanggal 17 Januari 2017.
Plt. Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik, Duta Besar Niniek Kun Naryatie pada kesempatan terpisah mengatakan, dialog ini menjadi momentum penguatan komitmen kedua negara untuk meningkatkan nilai persatuan, perdamaian dan toleransi guna menghadapi tantangan peradaban global saat ini, antara lain ekstremisme dan kekerasan berbasis agama dan budaya, terorisme, radikalisme dan islamophobia.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Forum ISID diharapkan dapat menghasilkan berbagai rekomendasi kebijakan dan program tindak lanjut konkrit antara lain joint publication, Interfaith Youth Camp, pemberian beasiswa bagi future faith leadres dll.
Rangkaian kegiatan ISID antara lain courtesy call delegasi Indonesia kepada Menteri Kebudayaan, Komunitas dan Pemuda Singapura pada tanggal 11 Juli 2017 dan Menteri Luar Negeri Singapura pada tanggal 13 Juli 2017.
Forum diisi dengan dialog dan diskusi terbuka serta site visit ke Komunitas Islam di Masjid Ba’alwi dan Majelis Ugama Islam Singapura, Komunitas Katolik/Kristen di Church of St. Mary of the Angels, Komunitas Hindu di Hindu Endownment Board, dan Komunitas Buddha di Mahakaruna Buddhist Society.
Pembukaan ISID dihadiri oleh sekitar 250 tokoh dan komunitas lintas agama serta akademisi, termasuk sejumlah pejabat tinggi Singapura.
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain
ISID akan ditutup secara resmi oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, A.M. Fachir dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur sekaligus Menteri Transportasi, Khaw Boon Wan, pada Jumat (14/7).(T/R04/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain