Wajo, 10 Rabiul Awwal 1438/10 Desember 2016 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mewisuda Maha Santri Ma’had Aly di Kampus 2, Pondok Pesantren As’adiyah Kota Sengkang Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu (10/12).
Di Ma’had Aly As’adiyah, Maha Santri yang telah belajar selama 4 tahun, diwisuda dan mendapat gelar Kiai Muda. Wisuda kali ini merupakan angkatan yang ke-9 dan Ma’had Aly Asadiyah berkonsentrasi pada kajian Tafsir.
“Pada hakikatnya, tafsir bukanlah Al Quran. Al Quran berasal dari Allah, sedang tafsir berasal dari pemahaman manusia,” kata Menag dalam pidatonya.
Baca Juga: Wamenag Sampaikan Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Guru dan Perbaiki Infrastruktur Pendidikan
Menurutnya, dalam keterangan pers yang dikutip MINA, sebagian masyarakat kita ada yang belum bisa membedakan antara Al Quran dengan Tafsir Al Quran. Sebagian ada yang menganggap bahwa tafsir bagian dari Al Quran sehingga merasa tafsirnya sebagai yang paling benar.
“Dampaknya, kemudian kita menyalahkan dan mengkafirkan tafsiran lain yang berbeda. Nah, di tengah keberagamaan Indonesia, kita harus memiliki kebijakan menyikapi perbedaan,” ujar Menag.
Menag melihat, sehebat apa pun, manusia tetaplah manusia, penuh dengan kekhilafan. “Karenanya, seluruh ahli tafsir selalu menyatakan: Wallahu a’lam bis-shawab, artinya, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah yang Maha Segala dan paling bisa memberikan kebenaran,” imbuhnya.
Manusia terbatas, kata Menag, sehingga hanya sebatas menafsirkan makna Al-Quran. Karena keterbatasan manusia, maka muncullah keragaman. “Tafsir tidak tunggal. Sangat beragam, ini menjadi bukti tanda keterbatasan manusia sendiri,” katanya.
Baca Juga: Hari Guru, Kemenag Upayakan Sertifikasi Guru Tuntas dalam Dua Tahun
Menag berharap, lulusan Ma’had Aly As’adiyah yang mendalami tafsir, mampu mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin, moderat, dan tidak ekstrim. Sebagai orang yang mendalami tafsir, alumni Mahad Aly diharapkan dapat menafsirkan Al Quran sesuai konteks.
“Ini penting karena dinamika perubahan masyarakat sangat cepat dan diperlukan ahli tafsir yang mampu menafsirkan Al Quran sesuai konteksnya,” ujarnya.
Selain wisuda, Menag juga merilis i-Santri di Mahad Aly Asadiyah. i-Santri merupakan aplikasi berbasis elektronik yang menghimpun kitab muktabaroh yang menjadi rujukan mainstream jumhur ulama secara elektronik.
“Ke depan ada ratusan ribu halaman. Kitab-kitab besar yang bisa dipelajari secara gratis, hanya bermodal handphone dan data,” kata Menag.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Ponpes As’adiyah adalah satu dari 13 Ponpes yang mempunyai program Ma’had Aly. Ponpes yang berdiri pada 1930 ini kini mengelola pendidikan mulai dari RA, MI, MTs, MA, STAI, Ma’had Aly hingga Pasca Sarjana bidang Studi Islam.
Hadir dalam Wisuda tersebut, Bupati Wajo, Dirjen Pendis, Sesditjen Bimas Islam, Kakanwil Kemenag Sulsel, keluarga besar PB As’adiyah dan masyarakat umum. (T/Ima/R01)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia