Oleh : M.Abdullah Rosyid, Reporter Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Saat ini, perang yang tidak seimbang antara pejuang muslim di Jalur Gaza melawan pasukan penjajah negara boneka, Zionis Israel sedang terjadi di kawasan yang diblokade sejak 2007 silam. Sudah pasti bisa ditebak pihak mana yang menderita korban paling banyak.
Dengan senjata yang ada, pejuang muslim Gaza yang diwakili oleh sayap militer HAMAS, Izzuddin Al-Qassam dengan gagah berani melawan kecongkakan pasukan Israel.
Sudah lebih dari 11 ribu jiwa warga Gaza menjadi korban kebiadaban kaum Yahudi yang memang telah dituliskan dalam Al-Qur’an sebagai kaum yang congkak tersebut. Sementara dari pihak lawan sangat timpang sekali jumlahnya.
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim
Namun yang membedakan adalah korban dari Gaza sebagian besar adalah warga sipil, kebanyakan anak-anak, kaum ibu, dan lanjut usia. Sementara dari pihak Zionis Israel, tercatat 121 yang tewas adalah tentara, termasuk dari pasukan elite.
Mendiami wilayah yang hanya seluas 365 kilometer persegi, sekitar 1,8 juta warga Gaza harus menerima kenyataan menjadi sasaran empuk tank-tank dan senjata canggih milik Israel.
Warga Gaza yang sudah lama hidup terblokade, kini harus lebih bersabar dengan adanya serangan Zionis Israel. Rafah, satu-satunya jalan keluar menuju dunia luar pun ditutup oleh tetangga mereka sesama Arab, Mesir. Hal ini menambah parah kondisi tragedi kemanusiaan yang terjadi. Ironis.
Beberapa waktu lalu, rekonsiliasi Palestina telah memasuki tahap implementasi dan tinggal menunggu waktu untuk benar-benar terwujud secara utuh. Semua mata menanti hasil yang akan didapatkan dari pembicaraan internal antara dua kubu, Hamas dan Fatah.
Baca Juga: Bantuan Pangan untuk Palestina
Setelah kunjungan pihak Fatah ke Gaza, “kota penjara” yang dipimpin oleh Hamas, untuk menandatangani kesepakatan rekonsiliasi antara dua faksi terbesar di Negeri Para Nabi itu. Banyak pihak yang menunjukkan reaksinya baik itu pro maupun kontra.
Beberapa pimpinan negara-negara Arab pun sontak langsung menunjukkan dukungannya terhadap langkah penyatuan kembali kedua saudara tersebut. Dan yang kontra, tentu saja Israel dan sapi perahnya, Amerika Serikat yang langsung kebakaran jenggot setelah terjadinya kesepakatan tersebut.
Israel mengecam rekonsiliasi itu dan mengancam akan menghentikan pembicaraan damai yang tidak pernah terwujud dengan Palestina, karena ulah Israel sendiri yang memang tidak ingin berdamai dengan bangsa Arab Palestina. Sementara AS, setali tiga uang dengan Israel, mereka kecewa dan menyebut kesepakatan rekonsiliasi akan mengancam pembicaraan damai yang sedang ditengahi oleh AS.
Dan kini, apa yang mereka sebut dengan menghentikan pembicaraan damai sepertinya benar-benar terwujud. Israel dengan dibantu dan didukung penuh oleh AS menyerang Gaza secara membabi buta serta tidak mengindahkan seluruh “kutukan” dari masyarakat internasional. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, “Mengapa semua hanya bisa mengutuk tanpa ada langkah nyata untuk menghentikan Israel yang terus berulah?”
Baca Juga: Keutamaan Menulis: Perspektif Ilmiah dan Syari
Turki, yang sekarang menjadi negara terdepan dalam membela Palestina, memang sudah mulai mampu berbicara banyak. Indonesia pun demikian, dengan jumlah muslim terbanyak di dunia, berpartsisipasi dalam membantu Palestina.
Di antaranya melalui aksi masyarakat yang memang peduli dan konsen terhadap Palestina, melalui pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Ada juga pembangunan Rumah Tahfidz Darul Qur’an yang juga dikelola oleh orang Indonesia. Akan tetapi dari sisi pemerintah Indonesia, sepertinya belum terlalu berani tegas terhadap Israel dan AS.
Masyarakat dunia mengecam, dari berbagai negara dengan latar belakang agama, profesi, tingkat pendidikan, mereka yang punya hati nurani pasti mengutuk apa yang dilakukan oleh Israel terhadap Jalur Gaza. Namun sedikit sekali dampak dari itu semua. Para elit politik hanya bisa mengecam dan mengutuk tanpa dibarengi tindakan nyata yang bisa dilakukan.
Kita, sebagai masyarakat dunia yang mempunyai hati nurani menunggu perubahan sikap dunia terhadap Palestina. Apakah mereka pantas diperlakukan seperti itu? Apakah Palestina berdosa sehingga harus menanggung penderitaan yang sedemikian rupa? Buka mata kalian wahai bangsa merdeka, masih ada di sekitar kita bangsa yang teraniaya, PALESTINA. (P01/R1).
Baca Juga: Daftar Hitam Pelanggaran HAM Zionis Israel di Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)