Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“MENARI DI ANGKASA”; MENYIBAK TABIR RAHASIA HUBUNGAN MESRA INDONESIA-ISRAEL (Bag. 3 – tamat)

Bahron Ansori - Senin, 31 Agustus 2015 - 20:35 WIB

Senin, 31 Agustus 2015 - 20:35 WIB

907 Views

Nurhabibi, MP
Nurhabibi, MP
Nurhabibi, MP

Nurhabibi, MP

Oleh : Nurhabibi, M.P, Koresponden MINA Nanggroe Aceh Darussalam

Buku “Menari di Angkasa” ini sebenarnya layak dijadikan referensi renungan secara mendalam oleh Umat Islam agar bisa memantau dan mengawasi langkah Pemerintah Indonesia dalam menjalankan amanah konstitusi. Memantau dan mengawasi bukan untuk mencurigai secara sporadis, namun memiliki tujuan untuk meluruskan dalam kebenaran dan kesabaran.

Menari di Angkasa” merupakan kegundahan nurani Marsma (Purn) Djoko F Poerwoko untuk mengungkapkan kebohongan yang selama ini ditutupi pemerintah dari Umat Islam Indonesia. Sebagai informasi tambahan, hingga saat ini bahkan setelah A-4 digrounded pada tahun 2004, Mabes TNI AU tidak pernah mengakui Operasi Alpha pernah terjadi.

Namun jika hendak ditelusuri, jauh sebelum Operasi Alpha (1980-an) berlangsung, tepatnya akhir tahun 1969, MI6, Dinas Intelijen Luar Negeri Inggris, mengirim personelnya guna memberikan pelatihan intelijen (Kontra Spionase) kepada anggota Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel) Indonesia di bawah Komando Bakin (Badan Koordinasi Intelijen Negara) saat itu. Satsus Intel ini dibuat untuk membongkar dan menangkap spionase asing yang beroperasi di Indonesia.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Pada November 1970, seorang warga Inggris, Anthony Tingle, juga datang ke Indonesia sebagai utusan MI6, untuk melanjutkan pelatihan secara bertahap selama empat minggu kepada para anggota Satsus Intel mengenai teknik pengumpulan informasi. Uniknya, fakta yang mencengangkan setelah ditelusuri rekam jejaknya, Anthony Tingle ini sebenarnya adalah seorang Brigadir Israel berusia 50 tahun dan bekerja untuk badan Intelijen Israel, Mossad.

Mendapatkan izin untuk seorang instruktur Israel masuk ke Indonesia bukanlah perkara mudah, apalagi indentitas sebagai negara muslim terbesar yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, Indonesia akan berfikir ulang untuk membuka pintu masuk bagi instruktur ini.

Namun itulah yang terjadi pada rentang tahun 1969-1970 bahkan berlanjut hingga 1973, tahapan demi tahapan anggota Satsus Intel ini mengenyam pendidikan dan pelatihan intelijen ala Mossad. Diklat yang diadakan di pusat pelatihan Cipayung ini memberikan sinyal betapa tergiurnya pemerintah untuk membuka kran hubungan yang lebih serius dengan Israel.

Tahapan-tahapan pendekatan ala Israel ini akan terus merembes masuk menerobos pertahanan kedaulatan bangsa kita, termasuk kasus Misha Zilberman, atlet Israel yang berhasil diloloskan bertanding di Jakarta, Investor Israel berkewarganegaraan Singapore yang berinvestasi pertanian di Nusa Tenggara Timur, semuanya merupakan bagian dari upaya lain penerobosan mereka dalam merobek kehormatan bangsa kita demi sebuah kemenangan bagi terciptanya jalinan persahabatan yang menyayat hati Bangsa Palestina.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Misha Zilberman mengatakan “Izin yang diberikan kepada saya merupakan sebuah kemenangan besar bukan hanya bagi diri saya pribadi, namun lebih khusus lagi bagi negara saya, Israel yang memang sangat menginginkan terbukanya hubungan diplomatik dengan Indonesia.

Belajar dari sejarah, pada saat Yahudi meminta Khalifah Turki Ustmani, Sultan Abdul Hamid II agar menyerahkan Palestina kepada mereka, segala usaha mereka lakukan, dari iming-iming harta, emas, penghapusan hutang sampai dengan usaha licik dengan menyusupkan sebanyak 50.000 Yahudi Dunamah dari Salonika, sebuah wilayah yang sekarang menjadi bagian Yunani Timur, ke dalam Gerakan Persatuan dan Pembangunan yang bertujuan merongrong kekuasaan Sultan Abdul Hamid II.

Diceritakan oleh Theodore Hertzl, tokoh Zionisme, dalam catatan hariannya. Alkisah, dengan ditemani oleh aktivis dan dua orang miliuner Yahudi, Dr Theodore Hertzel menemui Sultan Abdul Hamid. Kepada Sultan, Hertzel meminta agar diberi keluasan bagi orang Yahudi untuk datang berziarah dan bermukim sementara di tanah Palestina yang pada masa itu berada di bawah kekuasaan Turki. Kepada Sultan, Hertzel mengumbar janji manis dengan memberikan kompensasi yang menggiurkan jika Sultan mengabulkan permohonannya.

Kompensasi itu adalah:

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

  1. Orang-Orang Yahudi bersedia membangun armada laut kerajaan Turki untuk melindungi diri dari serangan musuh dari laut sebesar 120 Juta Frank Swiss.
  2. Orang-orang Yahudi bersedia membayar hutang kerajaan Turki kepada beberapa negeri asing sebesar 132 juta poundsterling emas.
  3. Orang-orang Yahudi akan memberikan bantuan hutang kepada pemerintah kerajaan Turki tanpa bunga sebesar 35 juta lira emas, untuk memulihkan kerajaan Turki dan armada lautnya, serta untuk membiayai eksploitasi sumber alam yang ada.

Tawaran menggiurkan itu tak pernah mendapat respon dari Sultan Abdul Hamid II. Bahkan, konon dengan sangat marahnya, sultan sempat meludahi wajah dedengkot Zionis itu. Sebagaimana ditulis dalam catatan harian Hertzl, Sultan Abdul Hamid II saat itu mengatakan, “Dr. Hertzel agar berhati-hati! Jangan teruskan langkah-langkah anda lebih lanjut dalam hal ini. Karena aku tidak akan pernah memberikan sejengkal pun dari tanah Palestina, karena tanah itu bukan milik pribadiku, tapi milik umat Islam yang diperoleh dengan darah dan napas mereka. Dan harta-harta orang Yahudi itu supaya disimpan saja. Hingga seandainya pada suatu hari mereka bisa merobek-robek kekuasaanku, maka saat itu mereka boleh mengambil wilayah itu. Tetapi hal itu tidak mungkin bisa mereka lakukan selagi aku masih hidup.” (Dikutip dari Dr Ali Garishah, Wajah Dunia Islam Kontemporer, Pustaka Al-Kautsar, 1989, hal.97)

Semoga pemimpin bangsa ini dapat terketuk nuraninya, bagaimana mungkin kita akan menutup mata jika saudara kita yang telah membantu perjuangan kemerdekaan kita dibantai di depan mata kita. Bukankah Allah akan menolong seorang hamba selama hambanya mau membantu saudaranya dalam kesusahan. Bangsa ini akan terhormat, akan dibantu oleh Allah perekonomiannya, pendidikannya, kesehatannya, stabilitas pertahanan dan kemanannya manakala tetap tegak menentang segala bentuk kedzaliman dan penjajahan.

Mengikuti jejak Sultan Abdul Hamid II, bangsa kita butuh pemimpin yang amanah dalam menjaga isi konstitusi yang mengamanahkan untuk tegak berdiri menghapus segala bentuk penjajahan di muka bumi. Hanya pemimpin yang diridhoi Allah lah yang akan konsisten menyuarakan jeritan hati Bangsa Palestina dan berani mengatakan tidak untuk Zionis. Wallahua’lam.(R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

 

 

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Rekomendasi untuk Anda