Oleh Irwan Amrullah, Staf Majelis Taklim dan Tadrib Jama’ah Muslimin (Hizbullah)
Kemajuan teknologi memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh dari majunya sebuah teknologi informasi adalah hadirnya media sosial yang bisa menghubungkan kita dengan siapa pun dan kapan pun tanpa harus bertemu secara langsung.
Dewasa ini, media sosial menjadi hal yang candu bagi seluruh kalangan masyarakat, terutama generasi Z atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gen Z. Generasi Z dikenal sebagai generasi yang sejak kecil sudah akrab dengan adanya teknologi informasi khususnya internet, gadget. Umumnya, mereka senang terhadap kepopularitasan, mengumpulkan pengikut (followers) dan penyuka (like) pada unggahannya di media sosialnya.
Pengguna internet di Indonesia seiring berjalanya waktu selalu mengalami kenaikan per tahunnya. Menurut Arif (2023), dari hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet di Indonesia mencapai 215,63 juta pada periode 2022-2023, ada peningkatan sebesar 2,67% dari periode sebelumnya yang tadinya hanya 210,03 juta pengguna. Jumlah ini setara dengan 78,19% dari banyaknya populasi di Indonesia yaitu 275,77 juta jiwa.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Menurut Mulyadi, Hasan (2006) durasi yang diperlukan oleh generasi Z dalam menggunakan media sosial tiap harinya bisa menghabiskan waktu sekitar 6 sampai 7 jam per hari, sedangkan 44% dari mereka memeriksa media sosialnya hampir di setiap jam.
Degradasi Moral
Degradasi adalah istilah yang berkaitan dengan sebuah penurunan, kemunduran, ataupun kemerosotan seseorang atau suatu kelompok. Sedangkan moral menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak dan budi pekerti.
Sementara itu menurut Chaplin (2006), moral adalah hal yang sesuai aturan yang mengatur hukum sosial, adat, atau prilaku di masyarakat. Kemudian, menurut Hurlock (1978), moral adalah sopan santun, kebiasaan adat istiadat, dan aturan prilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota di suatu budaya. Jika kita interpretasikan ketiganya, degradasi moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang maupun sekelompok orang.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Secara keseluruhan, degradasi moral dimaknai oleh para ahli sebagai perilaku individu atau kelompok yang dianggap sebagai nilai-nilai budaya karena menyimpang dari kebiasaan adat masyarakat atau dianggap sebagai penurunan tingkah laku manusia akibat kurangnya kesadaran diri terhadap melakukan sosialisasi dengan lingkungan di masyarakat.
Solusi Mencegah Degradasi Moral
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang informasi seperti media sosial menjadi problematika baru. Ketidaksiapan masyarakat khususnya generasi saat ini (Gen Z) terhadap arus perkembangan media sosial menimbulkan distorsi perilaku atau gejala dari degradasi moral yang banyak menyelimuti kalangan remaja generasi Z di Indonesia.
Fenomena ini sudah menjadi kekhawatiran banyak pihak, termasuk orangtua, pendidik, hingga tokoh agama dan masyarakat. Untuk mencegah terjadinya degradasi moral di kalangan remaja generasi Z, terutama di era media sosial seperti sekarang, diperlukan pendekatan strategis dan berkelanjutan. Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan:
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
1. Pendidikan Literasi Digital
Pendidikan literasi digital harus menjadi prioritas utama dalam menghadapi tantangan moral di era digital. Remaja generasi Z perlu diajarkan cara menggunakan medsos dengan bijak, termasuk memahami etika online, menaga privasi, serta memahami dampak dari jejak digital yang mereka tinggalkan.
Literasi digital tidak hanya tentang bagaimana menggunakan teknologi, tetapi juga mengenai pemahaman terhadap konsekuensi dari informasi yang mereka konsumsi dan sebarkan. Lembaga pendidikan berperan penting dalam menyediakan program yang fokus pada literasi digital, mencakup diskusi tentang konten yang layak dan tidak layak, serta cara mengindentifikasi dan menghadapi berita palsu atau hoaks beredar di media sosial.
2. Penguatan Nilai Agama dan Moral
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Pondasi pengetahuan agama dan moral yang kuat sangat diperlukan oleh remaja generasi Z untuk menghadapi pengaruh negatif dari media sosial. Penguatan nilai-nilai agama dan moral di lingkungan rumah dan sekolah merupakan hal yang krusial. Orangtua dan pendidik harus berperan aktif dalam memberikan pemahaman tentang pentingnya ilmu agama, etika dan adab, serta bagaimana menjaga integritas diri.
Nilai-nilai agama yang disampaikan dengan pendekatan yang relevan dan menarik bisa menjadi filter internal yang kuat bagi remaja untuk menyaring berbagai pengaruh negatif. Program kajian keagamaan, kegiatan sosial, dan diskusi moral bisa menjadi media untuk menanamkan nilai-nilai positif pada generasi muda.
3. Keterlibatan Orangtua yang Lebih Aktif
Peran orangtua di era digital sangat krusial. Pengawasan dan komunikasi yang terbuka antara orangtua dan anak merupakan kunci mencegah terjadinya degradasi moral. Orangtua harus peka terhadap aktivitas anak mereka di media sosial, mulai dari siapa yang mereka ikuti, konten yang mereka konsumsi, hingga interaksi yang mereka lakukan.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Pendekatan dan pendidikan yang lebih bersahabat perlu diterapkan oleh orangtua, bukan hanya memberikan batasan atau larangan. Menjadikan diri sebagai teman diskusi bagi anak, orangtua dapat mendampingi dan memberikan arahan ketika anak-anak menghadapi berbagai tantangan di dunia maya.
4. Pengembangan Diri Melalui Aktivitas Positif
Salah satu dampak negatif media sosial adalah menciptakan persepsi yang tidak realistis tentang kesuksesan dan kebahagiaan. Remaja harus diarahkan untuk mengembangkan diri mereka melalui aktivitas positif, seperti ikut pengajian agama, olahraga, seni dan kegiatan sosial. Dengan demikian, mereka akan memiliki identitas yang kuat dan tidak mudah terjebak dalam pencarian validasi semu melalui jumlah “like” atau komentar di media sosial.
Aktivitas positif yang dibangun baik di lingkungan masyarakat, sekolah, komunitas, dan tempat tinggal bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat dan minat mereka, sekaligus membangun karakter yang positif. Ini akan membantu mereka memahami bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur melalui popularitas di media sosial, tetapi melalui kontribusi nyata di kehidupan sehari-hari.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
5. Peran Tokoh Agama, Masyarakat, dan Influencer
Solusi mencegah degradasi moral remaja generasi Z di era media sosial adalah melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan influencer yang memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan pandangan remaja. Oleh karena itu, tokoh agama, masyarakat, dan influencer harus lebih aktif dalam menyebarkan nilai-nilai positif. Kajian keagamaan yang menyentuh kalangan generasi Z, dengan cara penyampaian yang menarik dan diminati mereka.
Para influencer dengan jumlah pengikut yang banyak juga harus lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan konten-konten edukatif dan menjadi contoh perilaku yang baik. Dengan begitu, mereka bisa menjadikan panutan yang positif bagi generasi Z saat ini.
Degradasi moral di kalangan remaja merupakan tantangan besar yang dihadapi di era media sosial. Namun, tantangan tersebut bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Dengan literasi digital yang baik, pendekatan yang baik, penguatan agama dan moral, keterlibatan orangtua, tokoh agama, masyarakat, dan Influencer, serta dukungan lingkungan posistif media sosial, kita bisa menciptakan generasi muda yang tangguh secara moral dan intelektual.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Remaja adalah aset bangsa, dengan perhatian dan upaya yang serius dan kompak oleh semua pihak baik dari orangtua, tokoh agama, masyarakat, dan Influencer hingga pemerintah kita bisa memastikan bahwa mereka tumbuh menjadi generasi yang cerdas, beretika, dan siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan. (Wallahu A’lam).[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika