Mencermati Kedekatan Hubungan Indonesia-Taiwan

(Foto: Widi/MINA)

Oleh: Widi Kusnadi, Wartawan Kantor Berita MINA

merupakan sebuah negeri terletak di kawasan Asia Timur. Sejenak jika kita melihat penduduknya, mereka berkulit putih dan bermata sipit, mirip orang Cina, Korea atau Jepang. Namun tahukah Anda bahwa penduduk asli Taiwan sebenarnya adalah satu rumpun dengan bangsa Melayu.

Saat kunjungan kami bersama dengan beberapa wartawan dari (7-12 Februari 2020, kami diajak berkunjung ke beberapa situs dan bertemu dengan penduduk asli Taiwan. Tourguide (pemandu wisata) kami juga menjelaskan panjang lebar tentang sejarah Taiwan yang ternyata sangat dekat dengan Melayu dan Indonesia.

Ada banyak faktor kedekatan Taiwan dengan Indonesia. Berikut ini akan kami kupas dalam tulisan dengan mengutip informasi yang kami dapat dari tourguide, Mr. Luke Lung yang sudah 35 tahun menjalani profesinya.

Penduduk asli Taiwan adalah berasal dari rumpun Melayu dan Polinesia. Menurut data dari Kementerian Informasi dan Pariwisata Taiwan, ada 16 suku asli yang diakui di negeri itu. Saat ini, jumlah mereka hanya 530 ribu jiwa atau sekitar dua persen dari total populasi keseluruhan Taiwan (25 juta jiwa).

Penelitian terkini menyatakan bahwa leluhur mereka tinggal di Taiwan pada sekitar 8.000 tahun yang lalu, sebelum imigrasi besar etnis Han (Cina daratan) yang dimulai pada abad ke-17 Masehi. Penduduk asli Taiwan memiliki banyak kesamaan bahasa dengan orang-orang Indonesia dan Malaysia. Sebagai contoh jika mereka diminta menghitung antara 1-10 maka sebagian penyebutannya sama dengan bahasa Melayu. Angka tujuh mereka sebut pitu (sama dengan bahasa jawa).

Festival Kebudayaan Austronesia di Kota Taitung adalah salah satu acara yang menjadi tempat para anggota suku mempromosikan budaya asli mereka. Beberapa suku-suku pribumi secara khusus terlibat dalam industri pariwisata dengan tujuan meningkatkan ekonomi berdikari dan menyajikan budaya mereka.

Menurut Pak Luke Lung, di dunia barat, Taiwan dikenal dengan Formosa Island (pulau yang cantik). Nama itu diberikan oleh Spanyol pada abad ke-16 saat mereka berlayar mencari rempah-rempah. Seiring dengan banyaknya penyebutan dalam buku-buku sejarah, suku asli Taiwan kemudian dikenal dengan Suku Formosa.

Disamping kedekatan identitas dan genetik, hubungan antara Indonesia dan Taiwan berkembang sepanjang waktu. Indonesia mendirikan kantor perwakilan di Taipei pada tahun 1971. Kemudian pada 1989, Taiwan mendirikan “Chinese Chamber of Commerce,” yang kemudian berganti nama menjadi “Taipei Economic and Trade Office (TETO).” Pada akhir tahun 2015, dibuka kantor perwakilan di Surabaya.

Hubungan Perdagangan

Indonesia adalah mitra dagang urutan ke-12 terbesar Taiwan dan Indonesia merupakan sumber impor urutan ke-9 terbesar bagi Taiwan.

Ekspor utama Taiwan ke Indonesia adalah produk minyak, produk besi dan baja, bahan baku tekstil, suku cadang mesin, bahan kimia dan produk lainnya. Sedangkan Indonesia mengekspor gas alam, batubara, paduan tembaga dan emas, kayu dan karet dan bahan baku lainnya ke Taiwan.

Perusahaan minyak negara Taiwan CNPC dan BUMN Indonesia telah menandatangani kontrak jangka panjang untuk pengadaan gas alam. Taiwan tidak memiliki sumber energi alam. Mereka impor dari negara-negara Timur Tengah dan Indonesia. Setiap pekan, batubara dari Indonesia datang dengan kapal-kapal untuk memasok bahan energi di negeri itu. Sementara harga BBM (pertamax) saat ini di Taiwan berkisar antara 13 ribu – 15 ribu rupiah perliter.

Untuk meningkatkan promosi perdagangan antara Taiwan dan Indonesia, Menteri Perekonomian Taiwan bersama-sama dengan organisasi non komersial mendirikan Taiwan External Trade Development Council ( TAITRA) dan di Indonesia didirikan Taiwan Trade Center, berlokasi di Jakarta.

Investasi

Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM) sampai pada akhir Desember 2015, jumlah investasi Taiwan di Indonesia mencapai USD17 miliar untuk 1.766 jenis produk. Jenis investasi antara lain; industri mebel, industri tekstil, industri sepatu,industri pertambangan non logam, industri logam, industri roda ban, layanan perdagangan, pertanian dan lainnya.

Menurut data imigrasi Indonesia, saat ini jumlah pengusaha dan teknisi Taiwan yang bekerja di Indonesia sekitar 10.000 orang, dengan lebih dari dua ribu perusahaan.

Perusahaan besar Taiwan terdiri dari: Bank CTBC Indonesia, perusahaan sepatu Bao Cheng, Nan Ya Plastics Corporation , Acer Inc, ASUS, Fengtay, Les Enphants, Tainan Enterprises Co.,Ltd, Makalot Industrial Co.,Ltd, TECO, TATUNG, Uni President Corps, Restoran Din Tai Fung, E United Group, Maxxis, KENDA Rubbers dan lainnya.

Beasiswa

Departemen Pendidikan Republic of China (Taiwan) menyediakan beasiswa bagi siswa berprestasi yang ingin menuntut ilmu ke Taiwan untuk mendapatkan gelar (sarjana, master atau PhD). Selain itu, setiap tahunnya juga menyediakan beasiswa Bahasa Mandarin untuk pelajar Indonesia belajar Bahasa Mandarin di Taiwan.

Setiap tahunnya Pemerintah Taiwan menyediakan sekitar 25 program beasiswa untuk para pelajar Indonesia. Universitas di Taiwan menyediakan pendidikan gratis, akomodasi dan beragam fasilitas demi meningkatkan dan menarik banyak siswa internasional untuk belajar di Taiwan.

Saat ini jumlah pelajar Indonesia yang belajar di Taiwan ada 4.394 pelajar, termasuk 2.745 pelajar Sarjana, Master dan Doktor, 227 siswa pertukaran pelajar dan 1.442 siswa yang belajar Bahasa Mandarin. Indonesia berada di urutan ke tiga sebagai jumlah mahasiswa asing yang belajar di Taiwan, setelah Malaysia dan Jepang.

Menurut statistik Departemen Pendidikan Taiwan, antara periode tahun 2000-2014 Taiwan dan Indonesia telah menandatangani 221 nota kesepakatan kerjasama pendidikan antar-universitas, yang menunjukkan semakin meningkatnya pertukaran kerjasama pendidikan antara kedua belah pihak.

Shalat Idul Fitri

Pemerintah Taiwan mengakui hari raya Idul Fitri sama dengan hari raya Imlek. Para pekerja yang beragama Islam, terutama dari Indonesia diberi cuti satu hari pada hari itu. Pemerintah juga mengizinkan halaman utama stasiun utama kereta api Taipei (Taipei Main Station) sebagai tempat untuk menyelenggarakan Shalat Idul Fitri, sekaligus sebagai ajang silaturahim pekerja.

Sudah empat tahun berturut-turut sejak 2016, pemerintah Taiwan memberikan izin penggunaan tempat umum itu (Taipei Main Station) karena di tempat itulah akses paling mudah bagi para pekerja Indonesia untuk saling bertemu. Setiap akhir pekan (Sabtu dan Ahad), Taipei Main Station juga ramai oleh para pekerja dari Indonesia. Mereka menggunakan tempat tersebut untuk saling bertemu dan membuat janji antar teman dan saudara. (L/P2/)

Mi’raj News Agency (MINA)