Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mencintai Rasulullah SAW

Widi Kusnadi - Jumat, 17 Juni 2016 - 09:07 WIB

Jumat, 17 Juni 2016 - 09:07 WIB

970 Views

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” (Qs. Ali Imran : 31)

Dijelaskan dalam sebuah riwayat, Jabir adalah seorang sahabat Rasul yang fisiknya pendek, kulitnya hitam dan berekonomi lemah (miskin). Kesetiaannya kepada Islam tak mungkin diragukan lagi. Dia berasal dari Yamamah menuju Makkah karena ingin memeluk Islam.

Rasul mengizinkannya tinggal di shuffah (tempat penampungan orang-orang miskin). Suatu ketika, Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menemuinya dan berkata, “Wahai Jabir, engkau hanya seorang diri. Apakah kau tidak ingin memiliki seorang isteri yang menemanimu?”

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Jabir terkejut, dengan pertanyaan Rasul. Lalu dia balik bertanya, “Ya Rasul, di kota ini mana ada wanita dan orang tua yang rela menikahkan puterinya dengan aku yang jelek, miskin, bahkan tak punya rumah.”

Rasul berkata, “Wahai Jabir, Allah bersama kita. Engkau orang yang bertakwa dan derajat manusia sangat ditentukan oleh ketakwaannya, bukan karena tampan dan kaya. Sekarang, berangkatlah ke rumah Ziad bin Labid untuk melamar anaknya, Zulfah,” pinta Rasul.

Dengan perasaan berat, Jabir pun berangkat menuju rumah orang yang dikenal ketokohan dan kekayaannya. Dan anaknya adalah salah seorang wanita cantik di kota Madinah, tentu saja banyak pemuda kala itu yang tertarik kepadanya.

Sesamapainya di rumah Ziad, Jabir berkata, “Atas nama Rasul, aku ke sini untuk menyampaikan pesan.”

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

“Adalah suatu kehormatan bila Rasul menyampaikan pesan pada kami, karena itu sampaikanlah pesan itu,” pinta Ziad.

“Rasul memerintahkanku datang ke sini untuk melamar anakmu, Zulfah,” jawab Jabir.

Mendengar itu, Ziad sangat terkejut. Dia tak menduga sama sekali kalau Rasul hendak menjodohkan Jabir yang jelek dan miskin dengan anaknya yang bangsawan, kaya dan cantik. Kemudian dari lisannya keluar kata-kata yang tak layak diucapkan oleh seorang muslim, apalagi dia menganggap aneh keinginan Rasul itu. Dia berkata kepada Jabir, “Sekarang, silahkan engkau pergi, aku ingin menemui Rasulullah.”

Mendengar ungkapan sang ayah, Zulfah sebagai anak yang shaleh tak senang dengan sikap ayahnya, lalu katanya, “Ayah, barangkali dia berkata benar, jika ayah menolak berarti menolak perintah Rasul. Susullah dia sebelum jauh dan segeralah menemui Rasul wahai ayah,” pinta Zulfah.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Setiba di rumah Rasul, Ziad berkata, “Bukankah menurut tradisi, kita hanya menikahkan anak dengan yang sederajat?”

Jabir orang yang bertakwa, karena itu tak ada hubungannya dengan derajat yang kau maksud,” tegas Rasul.

Setelah itu Zulfah meminta ayahnya untuk menerima lamaran Jabir. Lalu, dilangsungkanlah pernikahan keduanya.

Selang beberapa hari setelah pernikahan itu, Jabir tak menemui isteri tercintanya untuk selamanya. Jabir syahid dalam sebuah peperangan. Zulfah sangat kehilangan dengan suami yang amat dicintainya. Tetapi ia juga bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebab suaminya telah gugur sebagai syuhada. Mati dalam keadaan mulia.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Begitulah, Zulfah memilih Jabir sebagai suaminya bukan karena melihat fisik dan status sosial, tetapi karena cinta sucinya kepada Allah dan Rasul begitu besar. Dia tak melihat Jabir dari kacamata dunia, tapi lebih pada ketakwaannya.

Sementara Jabir, layaknya manusia biasa, tentu merasa berat untuk memenuhi panggilan jihad, apalagi statusnya masih sebagai pengantin baru. Tetapi semua perasaan itu dibuangnya jauh-jauh. Dan karena cintanya yang begitu besar kepada Allah dan Rasul-Nya serta jihad fie sabilillah, maka ia ikhlas meninggalkan isteri tercintanya demi memenuhi panggilan jihad. Isterinya yang cantik rupawan tak menjadi penghalang baginya untuk mencapai syahid.

Begitulah cermin cinta kepada Rasulullah. Cinta suci yang mampu mengalahkan cinta kepada apa pun dan siapa pun. Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang pasik.” (QS. 9 : 24). Wallahua’lam.(R02/P4)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

 

Rekomendasi untuk Anda

Kolom